Kokohnya Monumen Pembangunan Jalan
Purworejo-Magelang
Bangunan
bersejarah dengan segala keunikannya memang banyak dijumpai di wilayah
Kabupaten Purworejo. Satu dari sekian banyak bangunan itu adalah tugu
peringatan pembangunan jalan penghubung Kabupaten Puworejo dengan Magelang.
Monumen yang terletak di Desa Bener, Kecamatan Bener ini menyimpan banyak hal
menarik yang tersimpan meski kondisinya kini kurang terawat.
Pada
masanya bangunan tugu yang masih terlihat kokoh berdiri ini di pinggir Jalan
Raya Purworejo-Magelang Km 14, Desa Bener, Kecamatan Bener ini dijadikan
sebagai penanda mulai dibukanya proyek pembangunan jalan raya penghubung
Purworejo dan Magelang. Proyek pembangunan jalan ini di diketahui dilakukan
oleh pemerintah kolonial Belanda yang saat itu tengah menjajah Indonesia.
Tugu
peringatan itu dibangun diatas tanah seluas 36 meter persegi. Bangunan
berbentuk obelisk persegi, dengan tubuh tugu meruncing bagian atas lebih kecil
dan kaki tugu berbentuk persegi. Pada tubuh tugu terdapat tulisan dengan bahasa
Belanda. “Deze weg is daargesteld onder het bestuur der Residen van Bagelen
Jonkh JGOS Don Schmidt Auf Altenstadt En R De Filletaz Bousqet En onder
mederwerking van Raden Adipati Tjokronegoro Regent van Poerworedjo In de jarem
1845-1850.”
Menurut
Kasi Sejarah, Kepurbakalaan, dan Nilai Tradisional Drs Eko Riyanto dengan
membaca tulisan yang terdapat pada tugu peringatan pembangunan jalan
Purworejo-Magelang dapat diterjemahkan dan disimpulkan sebagai berikut, “Jalan
ini sudah dibangun beberapa tahun lalu, ketika Karesidenan Bagelen diperintah
oleh Jonkh JGOS Don Schmidt setelah menugaskan R De Filletaz Bousqet dan jalan
dikerjakan oleh Raden Adipati Tjokronegoro Bupati Purworejo pada tahun
1845-1850.”
Seorang
warga yang kini tinggal di samping Tugu Peringatan Jalan Purworejo-Magelang,
Turimin (85), menceritakan, jalur jalan baru yang diperingati dengan tugu
tersebut dibangun atas perintah penguasa Karesidenan Bagelen dibantu oleh Raden
Adipati Cokronegoro, Regent (Bupati) Purworejo I pada tahun 1845-1850.
“Dengan
adanya jalan baru itu, lalu lintas jalan raya dan angkutan barang dialihkan,
yang semula lewat jalan tradisional dilewatkan jalan baru yang dianggap lebih
aman dari gangguan pemberontak,” ucapnya, kepada penulis, belum lama ini.
Monumen pembangunan jalan Purworejo-Magelang yang berbentuk seperti obelisk. Dok Pri |
Warga
Dusun Krajan RT 3 RW 4, Desa Bener, Kecamatan Bener ini menambahkan, menurut
cerita sejarah, semula jalan Purworejo-Magelang akan dibangun melalui Kecamatan
Kaligesing. Alasanya, karena di daerah timur Sungai Bogowonto sudah cukup
ramai. Jauh lebih ramai dibanding Purworejo menuju utara lewat Geger Menjangan.
Tetapi pembangunan jalan Purworejo-Magelang lewat Kaligesing akhirnya
dibatalkan.
“Diantaranya,
daerah Kaligesing menuju Magelang harus melewati jalan yang sangat menanjak dan
banyak jurang terjal. Selain itu faktor gangguan keamanan juga menjadi salah
satu penyebabnya. Pada waktu itu memang masih banyak gerombolan pengacau
keamanan yang diduga dilakukan oleh sisa-sia pengikut setia Pangeran
Diponegoro,” ungkapnya.
Turimin
menambahkan, konon dahulu di masa penjajahan Jepang, bangunan tersebut sempat
akan dirobohkan. Namun karena kuatnya bangunan membuat peralatan yang digunakan
tidak mampu. Alhasil bangunan tersebut tetap dipertahankan hingga saat ini. Hal
yang cukup disayangkan, tugu peringatan tersebut kini kondisinya kurang terawat
dan semakin tertutup dengan banyaknya pemukiman penduduk.
“Dulu
waktu saya kecil bangunan ini sering dibersihkan dengan cara dilabur. Bentuk
bangunannya sejak dari dulu ya seperti ini dan sama sekali tidak berubah. Kalau
saat ini memang tidak pernah ada yang merawat bangunan ini,” ucapnya.
Sementara
itu, Drs Eko Riyanto menyambung, kondisi bangunan yang tidak terawat disebabkan
pengelolaannya yang tidak jelas. Pihak pengelola masih belum bisa dipastikan
apakah berada di pihaknya ataukah Dinas Pekerjaan Umum.
“Namun ke
depannya, diwacanakan bangunan tersebut akan diserahkan pengelolaannya kepada
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah,” jelasnya.(*)
Mantep Kie Om :D
ReplyDeleteYohanes: Ayo jalan2 :D
ReplyDeletePadahal gede banget tugunya... sayang kalau sampai sekarang belum dirawat selayaknya bangunan cagar budaya.
ReplyDeleteIngat..itu bangunan sejak jaman Bagelen masih bebagai nama karisidenan yang mencakup wilayah Kebumen-Wonosobo-Purworejo.
Iya, semoga saja segera ada tindakan dari pihak terkait :D
ReplyDeleteSekarang sudah terawat tugunya kebetulan mes kerja saya persis dekat rumahnya mbah Turimin. Cekidot aja sekalian jalan jalan
ReplyDeleteKebetulan mess kerja saya persis dekat rumah mbah Turimin,sekarang tugunya terlihat lebih baik...cekidot aja sambil jalan jaln
ReplyDeleteMaaf mAS...mau tanya di kec bener ada gak dusun krandon wetan candi roto...turnuwun
ReplyDelete