Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Friday 19 December 2014

Memoar 20: Manis dan Gurihnya Kue Lompong

Kue Tradisional Perpaduan Budaya
Purworejo memiliki beberapa makanan khas yang selalu dicari penggemarnya. Satu di antaranya adalah Kue Lompong. Kekhasan rasanya menjadikan kue ini selalu dicari warga Purworejo perantau ketika kembali ke daerahnya. Peluang inilah yang ditangkap oleh Sulimah (45) warga Jln Brigjend Katamso 50A Pangen Juru Tengah Kelurahan/Kecamatan Purworejo.
Sulimah menunjukkan kue lompong buatannya. Dok Pri

Sekitar tiga tahun menekuni usaha pembuatan kue Lompong, Sulimah kini menjadi satu dari sekian pembuat Kue Lompong yang kebanjiran pesanan kala liburan tiba. Masa liburan sekolah memang menjadi masa-masa sibuk bagi Ema, demikian Sulimah dipanggil. Pesanan Kue Lompong membludak dari para warga Purworejo perantau yang sedang mudik. Rupanya rasa khas Kue Lompong menjadi primadona tersendiri.

"Ya memang andalannya kalau liburan, seperti liburan Natal dan Tahun Baru ini. Produksi saya bisa meningkat sampai dua kali lipat. Biasanya buat dua kilo sehari, bisa sampai empat atau lima kilo kalau liburan," jelas Ema ketika ditemui di rumahnya, Minggu (6/1/2013).

Menurut Ema, para pembeli umumnya kangen dengan rasa kue Lompong yang khas. Selain menikmati kekhasan Purworejo melalui makanan, tidak sedikit yang memborongnya sebagai oleh-oleh. Dengan harga Rp 1200-2000 per biji, manisnya kue yang berwarna hitam dengan isi kacang sudah bisa dinikmati. Tentunya bukan sekedar manis, sentuhan merang bakar dan rebusan gagang Lompong (talas) memperkaya cita rasanya.


Untuk membuat kue Lompong, bahan utamanya adalah tepung ketan dengan isi kacang tanah tumbuk yang telah disangrai. Pembuatan diawali dengan persiapan bahan isi dengan menyangrai kacang tanah, kemudian ditumbuk. Kacang kemudian dicampur gula pasir, lada, garam, dan bawang merah goreng. Bahan isi kemudian dibentuk menjadi bulatan kecil-kecil.

Untuk bahan pelapis, Ema membuat adonan dari tepung ketan yang dicampur air rebusan gagang Lompong. Setelah itu arang pembakaran merang atau gagang padi dimasukkan. Adonan kemudian diaduk sampai merata. Setelah bahan isi dan pelapis selesai, Ema pun menyiapkan daun pisang kering sebagai pembungkus.

"Untuk pembungkusnya, memang harus dari klaras (daun pisang kering). Kalau pake yang basah, kue Lompong bisa cepat basi dan rasanya beda. Kalo pake yang kering, rasanya khas dan awet. Kue bisa tahan 2-3 hari," jelasnya.
Sulimah menunjukkan proses pembuatan kue lompng. dok pri

Setelah dibungkus dengan klaras, kue Lompong mentah tersebut kemudian dikukus selama sekitar satu jam. Setelah matang, aroma ketan akan tercium kuat. Hal inilah rupanya yang selalu menjadi penggugah selera penggemar Kue Lompong.

"Nggak hanya orang biasa, kantor-kantor pemerintah juga sering pesen kesini. Biasanya kalau ada acara yang melibatkan kunjungan tamu dari luar, mereka bisa pesen sampai sekitar 2000 bungkus kue Lompong," papar Ema.

Suami Ema, Supriyono (47) menambahkan, Kue Lompong merupakan makanan khas Purworejo yang memiliki sejarah tersendiri. Sampai kini, ia mengaku hanya sedikit tahu tentang sejarah awal mula pengkreasian kue ini.

"Yang kami tahu, awalnya ada seorang Tionghoa yang sering buat kue Lompong. Sebelum dia meninggal, pengetahuan pembuatan Kue Lompong sempat diajarkan kepada beberapa orang. Sampai kini, Kue Lompong berkembang dengan kreativitas dan cita rasa masing-masing pembuatnya," jelasnya.

Ema menyambung, untuk membuat Kue Lompong, ia hanya belajar dari pengamatan saja. Dengan melihat bentuk, mempelajari cita rasa yang terkandung dan menghafal takaran pas, ia mengembangkan kue Lompongnya. 
Suasana di warung Sulimah yang sederhana namun ramai ketika musim liburan tiba. Dok Pri

"Modal saya setelah tahu bahan dasarnya ya hanya hafal cita rasa. Itu saja," jelas Ema.

Hidayati (22) merupakan satu dari sekian pelanggan Ema. Mahasiswi yang kuliah di suatu perguruan tinggi swasta di Yogya ini sering menjadikan Kue Lompong oleh-oleh tatkala kembali ke Yogya.

"rasanya ngangenin banget. Jadi keinget rumah kalau makan Kue Lompong. Makanya saya sering beli kue ini sebelum balik ke Yogya tiap awal pekan," ujar perempuan berjilbab ini.

Hidayati mengaku, terkadang teman-teman kosnya ketagihan dengan rasa khas kue Lompong. Jadilah ia sering membeli dalam jumlah besar untuk melayani permintaan rekan-rekannya itu.(*)

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya