Purworejo
memiliki beberapa makanan khas yang selalu dicari penggemarnya. Satu di
antaranya adalah Kue Lompong. Kekhasan rasanya menjadikan kue ini selalu dicari
warga Purworejo perantau ketika kembali ke daerahnya. Peluang inilah yang
ditangkap oleh Sulimah (45) warga Jln Brigjend Katamso 50A Pangen Juru Tengah
Kelurahan/Kecamatan Purworejo.
Sekitar tiga
tahun menekuni usaha pembuatan kue Lompong, Sulimah kini menjadi satu dari
sekian pembuat Kue Lompong yang kebanjiran pesanan kala liburan tiba. Masa liburan
sekolah memang menjadi masa-masa sibuk bagi Ema, demikian Sulimah dipanggil.
Pesanan Kue Lompong membludak dari para warga Purworejo perantau yang sedang
mudik. Rupanya rasa khas Kue Lompong menjadi primadona tersendiri.
"Ya memang
andalannya kalau liburan, seperti liburan Natal dan Tahun Baru ini. Produksi
saya bisa meningkat sampai dua kali lipat. Biasanya buat dua kilo sehari, bisa
sampai empat atau lima kilo kalau liburan," jelas Ema ketika ditemui di
rumahnya, Minggu (6/1/2013).
Menurut Ema,
para pembeli umumnya kangen dengan rasa kue Lompong yang khas. Selain menikmati
kekhasan Purworejo melalui makanan, tidak sedikit yang memborongnya sebagai
oleh-oleh. Dengan harga Rp 1200-2000 per biji, manisnya kue yang berwarna hitam
dengan isi kacang sudah bisa dinikmati. Tentunya bukan sekedar manis, sentuhan
merang bakar dan rebusan gagang Lompong (talas) memperkaya cita rasanya.
Untuk membuat
kue Lompong, bahan utamanya adalah tepung ketan dengan isi kacang tanah tumbuk
yang telah disangrai. Pembuatan diawali dengan persiapan bahan isi dengan
menyangrai kacang tanah, kemudian ditumbuk. Kacang kemudian dicampur gula
pasir, lada, garam, dan bawang merah goreng. Bahan isi kemudian dibentuk
menjadi bulatan kecil-kecil.
Untuk bahan
pelapis, Ema membuat adonan dari tepung ketan yang dicampur air rebusan gagang
Lompong. Setelah itu arang pembakaran merang atau gagang padi dimasukkan.
Adonan kemudian diaduk sampai merata. Setelah bahan isi dan pelapis selesai,
Ema pun menyiapkan daun pisang kering sebagai pembungkus.
"Untuk
pembungkusnya, memang harus dari klaras (daun pisang kering). Kalau pake yang
basah, kue Lompong bisa cepat basi dan rasanya beda. Kalo pake yang kering,
rasanya khas dan awet. Kue bisa tahan 2-3 hari," jelasnya.
Setelah
dibungkus dengan klaras, kue Lompong mentah tersebut kemudian dikukus selama
sekitar satu jam. Setelah matang, aroma ketan akan tercium kuat. Hal inilah
rupanya yang selalu menjadi penggugah selera penggemar Kue Lompong.
"Nggak
hanya orang biasa, kantor-kantor pemerintah juga sering pesen kesini. Biasanya
kalau ada acara yang melibatkan kunjungan tamu dari luar, mereka bisa pesen
sampai sekitar 2000 bungkus kue Lompong," papar Ema.
Suami Ema,
Supriyono (47) menambahkan, Kue Lompong merupakan makanan khas Purworejo yang memiliki
sejarah tersendiri. Sampai kini, ia mengaku hanya sedikit tahu tentang sejarah
awal mula pengkreasian kue ini.
"Yang kami
tahu, awalnya ada seorang Tionghoa yang sering buat kue Lompong. Sebelum dia
meninggal, pengetahuan pembuatan Kue Lompong sempat diajarkan kepada beberapa
orang. Sampai kini, Kue Lompong berkembang dengan kreativitas dan cita rasa
masing-masing pembuatnya," jelasnya.
Ema menyambung,
untuk membuat Kue Lompong, ia hanya belajar dari pengamatan saja. Dengan
melihat bentuk, mempelajari cita rasa yang terkandung dan menghafal takaran
pas, ia mengembangkan kue Lompongnya.
"Modal saya
setelah tahu bahan dasarnya ya hanya hafal cita rasa. Itu saja," jelas
Ema.
Hidayati (22)
merupakan satu dari sekian pelanggan Ema. Mahasiswi yang kuliah di suatu
perguruan tinggi swasta di Yogya ini sering menjadikan Kue Lompong oleh-oleh
tatkala kembali ke Yogya.
"rasanya
ngangenin banget. Jadi keinget rumah kalau makan Kue Lompong. Makanya saya
sering beli kue ini sebelum balik ke Yogya tiap awal pekan," ujar
perempuan berjilbab ini.
Hidayati
mengaku, terkadang teman-teman kosnya ketagihan dengan rasa khas kue Lompong.
Jadilah ia sering membeli dalam jumlah besar untuk melayani permintaan
rekan-rekannya itu.(*)
No comments:
Post a Comment