Railfans
Yogya Jelajahi Jalur Non Aktif Purworejo-Kutoarjo
Tidak sekedar menyukai untuk diri
sendiri, namun juga memberikan bukti nyata. Itulah kiranya yang bisa dikatakan
untuk menggambarkan aktivitas pecinta kereta api dari Yogyakarta yang tergabung
dari Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) dan Railfans Yogyakarta (RF
YK). Pada Minggu (16/9/2012), mereka melakukan penjelajahan jalur non aktif
Purworejo-Kutoarjo sepanjang sekitar 12 kilometer tersebut.
Tim penjelajah dari IRPS dan RF YK sedang menelusuri bekas halte Batoh. Tampak di belakang jalur rel tertutup rerumputan sehingga terkesan hilang. Dok Pri |
Berangkat dari kota Yogya secara
terpisah, sekitar 12 orang pecinta kereta api yang identik dengan sebutan Railfans ini
berkumpul di stasiun Purworejo sekitar pukul 10.00. Setelah berdiskusi di
kompleks stasiun dan melakukan pengamatan, sekitar pukul 11.00 penjelajahan
dilakukan dengan sepeda motor menuju Kutoarjo. Di sepanjang perjalanan, banyak
hal menarik ditemukan.
Koordinator kegiatan, Fajar Arifianto
menjelaskan, penjelajahan ini merupakan satu dari berbagai kegiatan railfans.
Dengan menjelajah jalur yang telah lama tidak aktif, kecintaan terhadap dunia
perkeretaapian dapat diperdalam dengan mengenal jalur-jalur yang telah lama
dilupakan orang.
"Setelah sekitar dua tahun non
aktif, terdapat banyak kerusakan prasarana perkeretaapian yang ditemukan. Di
beberapa tempat, rel bahkan tidak terlihat karena tertutup rerumputan yang
cukup tinggi. Tentunya hal ini sangat disayangkan," jelas Fajar.
Fajar berharap, jalur kereta tersebut
dapat segera diaktifkan kembali. Menurutnya, apabila terus dibiarkan, jalur
tersebut berpotensi diserobot untuk penggunaan masyarakat setempat secara
sepihak.
Kondisi tiang sinyal dan jalur yang tidak terurus di dekat Stasiun Purworejo.Dok Pri |
"Di beberapa jalur mati yang
pernah kami jelajahi, jalur sudah hampir hilang karena bangunan rumah penduduk
berdiri di atas jalur tersebut. Hal ini tentu saja akan membuat pengaktifan
kembali lebih sulit dan rumit," ungkapnya.
Tim yang berangkat dari stasiun
Purworejo tidak hanya berjalan sambil mengamati jalur kereta. Sesekali mereka
berhenti dan mengambil gambar. Satu contohnya adalah ketika mereka sampai di
daerah Grantung. Di tempat ini dulu terdapat satu halte perhentian kereta api.
namun pada penjelajahan kali ini, bahkan bekas pondasi halte pun sudah tidak
terlacak lagi.
Namun, situasi berbeda ditemukan
ketika tim sampai di daerah Batoh, Kec Bayan. Di lokasi yang tidak terlalu jauh
dari pos jaga lintasan (PJL) Batoh, terdapat bekas pondasi halte Batoh. Tim pun
segera mengabadikan lokasi tersebut. Selain itu, ditemukan pula kondisi PJL
sudah tidak dilengkapi lagi dengan palang kayu yang biasa dipakai untuk
menghentikan arus kendaraan ketika kereta lewat.
"Sebetulnya dulu di jalur
Purworejo-Kutoarjo terdapat banyak halte. Contohnya saja halte Grantung, Batoh,
dan Kentheng. Namun yang ditemukan pada penjelajahan kali ini baru bekas halte
Batoh," jelas Fajar.
Titik akhir penjelajahan adalah ujung
percabangan jalur Purworejo-Kutoarjo di desa Bandung Kidul, Bayan. Di tempat
ini tim mengamati beberapa jembatan dan jalur rel. Selain itu, tidak lupa
beberapa orang sengaja mengambil gambar kereta yang melintas di jalur aktif
Kutoarjo-Yogyakarta.
"Secara umum, kami sebagai
pencinta kereta api berharap jalur tersebut segera direvitalisasi. Bagaimanapun
juga, kereta api merupakan transportasi massal yang efisien. Lagipula, saya
sekali apabila jalur yang telah susah payah dibangun ini akhirnya cuma
ditelantarkan," ungkap Fajar.
Narendro Anindito, seorang
anggota tim mengatakan, sebenarnyakondisi jalur mati Purworejo-Kutoarjo ini
masih lebih baik dari berbagai jalur mati lain. "Mungkin karena baru
sekitar dua tahun non aktif," ulasnya. Railfan ini berharap, di masa mendatang jalur ini memiliki KA reguler yang melintas
setiap hari.
Seorang anggota lain, Donny Achmad menyatakan, kondisi jaur yang kurang terawat sangat
disayangkan. "Meski jalur mati, seharusnya jangan dilupakan. Tetap harus
dirawat, jangan sampai jalur menghilng begitu saja tertutup semak
belukar," jelasnya.
Kondisi tiang sinyal dan jalur yang tidak terurus di dekat Stasiun Purworejo.Dok Pri |
Sementara itu Kahumas Daops V
Purwokerto, Surono menyatakan dukungannya atas aktivitas pecinta kereta api
ini. "Kami sangat mendukung kegiatan railfans ini. Hal ini merupakan suatu
kebanggaan bagi kami karena ada pihak dari luar perusahaan yang peduli dengan
kereta api dan asetnya. Selain itu, permohonan ijin sebelum melakukan kegiatan
ini menunjukkan suatu usaha yang beritikad baik, tidak main selonong
saja," papar Surono.
Kahumas juga menyatakan, kondisi
jalur Purworejo-Kutoarjo yang non aktif disebabkan oleh kerusakan pada rel.
Kondisi ini membahayakan keselamatan perjalanan kereta api sehingga jalur harus
dinonaktifkan untuk sementara sambil menunggu perbaikan.
"Sekalipun non aktif, kami
sesekali masih melakukan peninjauan dengan lori. Namun, waktunya tidak bisa
dipastikan," lanjut Surono. Ketika disinggung mengenai revitalisasi, ia
menyatakan, hal itu masih menunggu upaya yang dilakukan oleh Satuan Kerja
(Satker) Dirjen Perkeretaapian.(*)
No comments:
Post a Comment