Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Saturday 13 December 2014

Memoar 14: Jelajah Jalur KA Purworejo-Kutoarjo


Railfans Yogya Jelajahi Jalur Non Aktif Purworejo-Kutoarjo

Tidak sekedar menyukai untuk diri sendiri, namun juga memberikan bukti nyata. Itulah kiranya yang bisa dikatakan untuk menggambarkan aktivitas pecinta kereta api dari Yogyakarta yang tergabung dari Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) dan Railfans Yogyakarta (RF YK). Pada Minggu (16/9/2012), mereka melakukan penjelajahan jalur non aktif Purworejo-Kutoarjo sepanjang sekitar 12 kilometer tersebut.
Tim penjelajah dari IRPS dan RF YK sedang menelusuri bekas halte Batoh. Tampak di belakang jalur rel tertutup rerumputan sehingga terkesan hilang. Dok Pri

Berangkat dari kota Yogya secara terpisah, sekitar 12 orang pecinta kereta api yang identik dengan sebutan Railfans ini berkumpul di stasiun Purworejo sekitar pukul 10.00. Setelah berdiskusi di kompleks stasiun dan melakukan pengamatan, sekitar pukul 11.00 penjelajahan dilakukan dengan sepeda motor menuju Kutoarjo. Di sepanjang perjalanan, banyak hal menarik ditemukan.

Koordinator kegiatan, Fajar Arifianto menjelaskan, penjelajahan ini merupakan satu dari berbagai kegiatan railfans. Dengan menjelajah jalur yang telah lama tidak aktif, kecintaan terhadap dunia perkeretaapian dapat diperdalam dengan mengenal jalur-jalur yang telah lama dilupakan orang.

"Setelah sekitar dua tahun non aktif, terdapat banyak kerusakan prasarana perkeretaapian yang ditemukan. Di beberapa tempat, rel bahkan tidak terlihat karena tertutup rerumputan yang cukup tinggi. Tentunya hal ini sangat disayangkan," jelas Fajar.

Fajar berharap, jalur kereta tersebut dapat segera diaktifkan kembali. Menurutnya, apabila terus dibiarkan, jalur tersebut berpotensi diserobot untuk penggunaan masyarakat setempat secara sepihak.
Kondisi tiang sinyal dan jalur yang tidak terurus di dekat Stasiun Purworejo.Dok Pri

"Di beberapa jalur mati yang pernah kami jelajahi, jalur sudah hampir hilang karena bangunan rumah penduduk berdiri di atas jalur tersebut. Hal ini tentu saja akan membuat pengaktifan kembali lebih sulit dan rumit," ungkapnya.

Tim yang berangkat dari stasiun Purworejo tidak hanya berjalan sambil mengamati jalur kereta. Sesekali mereka berhenti dan mengambil gambar. Satu contohnya adalah ketika mereka sampai di daerah Grantung. Di tempat ini dulu terdapat satu halte perhentian kereta api. namun pada penjelajahan kali ini, bahkan bekas pondasi halte pun sudah tidak terlacak lagi.

Namun, situasi berbeda ditemukan ketika tim sampai di daerah Batoh, Kec Bayan. Di lokasi yang tidak terlalu jauh dari pos jaga lintasan (PJL) Batoh, terdapat bekas pondasi halte Batoh. Tim pun segera mengabadikan lokasi tersebut. Selain itu, ditemukan pula kondisi PJL sudah tidak dilengkapi lagi dengan palang kayu yang biasa dipakai untuk menghentikan arus kendaraan ketika kereta lewat.

"Sebetulnya dulu di jalur Purworejo-Kutoarjo terdapat banyak halte. Contohnya saja halte Grantung, Batoh, dan Kentheng. Namun yang ditemukan pada penjelajahan kali ini baru bekas halte Batoh," jelas Fajar.

Titik akhir penjelajahan adalah ujung percabangan jalur Purworejo-Kutoarjo di desa Bandung Kidul, Bayan. Di tempat ini tim mengamati beberapa jembatan dan jalur rel. Selain itu, tidak lupa beberapa orang sengaja mengambil gambar kereta yang melintas di jalur aktif Kutoarjo-Yogyakarta.

"Secara umum, kami sebagai pencinta kereta api berharap jalur tersebut segera direvitalisasi. Bagaimanapun juga, kereta api merupakan transportasi massal yang efisien. Lagipula, saya sekali apabila jalur yang telah susah payah dibangun ini akhirnya cuma ditelantarkan," ungkap Fajar.

Narendro Anindito, seorang anggota tim mengatakan, sebenarnyakondisi jalur mati Purworejo-Kutoarjo ini masih lebih baik dari berbagai jalur mati lain. "Mungkin karena baru sekitar dua tahun non aktif," ulasnya. Railfan ini berharap, di masa mendatang jalur ini memiliki KA reguler yang melintas setiap hari.

Seorang anggota lain, Donny Achmad  menyatakan, kondisi jaur yang kurang terawat sangat disayangkan. "Meski jalur mati, seharusnya jangan dilupakan. Tetap harus dirawat, jangan sampai jalur menghilng begitu saja tertutup semak belukar," jelasnya.
Kondisi tiang sinyal dan jalur yang tidak terurus di dekat Stasiun Purworejo.Dok Pri

Sementara itu Kahumas Daops V Purwokerto, Surono menyatakan dukungannya atas aktivitas pecinta kereta api ini. "Kami sangat mendukung kegiatan railfans ini. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi kami karena ada pihak dari luar perusahaan yang peduli dengan kereta api dan asetnya. Selain itu, permohonan ijin sebelum melakukan kegiatan ini menunjukkan suatu usaha yang beritikad baik, tidak main selonong saja," papar Surono.

Kahumas juga menyatakan, kondisi jalur Purworejo-Kutoarjo yang non aktif disebabkan oleh kerusakan pada rel. Kondisi ini membahayakan keselamatan perjalanan kereta api sehingga jalur harus dinonaktifkan untuk sementara sambil menunggu perbaikan. 

"Sekalipun non aktif, kami sesekali masih melakukan peninjauan dengan lori. Namun, waktunya tidak bisa dipastikan," lanjut Surono. Ketika disinggung mengenai revitalisasi, ia menyatakan, hal itu masih menunggu upaya yang dilakukan oleh Satuan Kerja (Satker) Dirjen Perkeretaapian.(*)

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya