Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Sunday 30 November 2014

Memoar 6: Mengais Rejeki di Makam Kuno

Sering Dikira Nista Namun Membawa Manfaat
 
Bu Rusmin berjalan di antara nisan kuno nan kusam di Kerkop Purworejo
untuk mencari bunga Kamboja. Dok Pri
Siang itu udara panas yang melanda Purworejo tidak begitu terasa di kawasan pemakaman yang terletak di belakang Kantor Dinas Pengairan Purworejo. Sebabnya, di kawasan pemakaman tersebut banyak terdapat pepohonan tinggi dengan pohon-pohon Kamboja yang mengisi beberapa petak pemakaman. Ketika angin bertiup, beberapa bunga kamboja pun berguguran.

Tidak lama kemudian beberapa orang dengan memakai dua batang bambu sebagai penjepit memunguti bunga-bunga Kamboja tersebut, lalu mengumpulkannya dalam sebuah keranjang bambu kecil. Seorang anak muda, seorang ibu dan dua orang pria paruh baya terlihat menyusuri deretan makam kuno yang di nisannya bertuliskan nama-nama orang Belanda, Perancis bahkan Jerman.

Saturday 29 November 2014

Memoar 5: Kisah Kondektur Perempuan di KA Prameks

Tetap Tersenyum Walau Ada yang Menggoda
Isna sedang bertugas sebagai KP KA Prameks. Meski berkecimpung di dunia kereta api yang identik dengan dunia teknis, namun kelembutan dan pembawaan yang ramah membawa nuansa tersendiri. Dok Pri







Kereta api menyimpan banyak cerita menarik yang sepertinya tidak akan habis diulas. Misalnya saja, meski hal ini sudah cukup lama terjadi yaitu pada awal 2012, namun sampai sekarang masih cukup relevan. Hal menarik yang akan dibahas kali ini adalah keberadaan kru kereta perempuan.

Selama ini dunia perkeretaapian oleh banyak pihak dianggap identik dengan dunianya para laki-laki. Para perempuan pun sebenarnya juga berperan, namun masih dalam hal tertentu yang terbatas misalnya petugas loket, pramugari, hingga karyawan administrasi.

Namun, sejak kepemimpinan Ignasius Jonan, PT Kereta Api Indonesia terus berbenah. Satu di antaranya adalah peningkatan peran perempuan di perkeretaapian.

Friday 28 November 2014

Memoar 4: Money Changer Partikelir Purworejo

Setia Tunggu Penukar Uang

Suryanto sedang menunggu pengguna jasanya di depan Kantor Pos Purworejo.
 Foto diambil pada 2012. Dok Pri.

Uang merupakan suatu benda yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat luas. Tua-muda, kaya-miskin, semua membutuhkan uang dan hidup berjalan dengan keberadaan uang.

Uang yang berlaku di Indonesia adalah Rupiah. Bagaimana dengan mereka, yang karena suatu hal, mendapatkan penghasilan uang asing? Tenaga Kerja Wanita contohnya. Mereka yang bekerja di luar negeri tentu saja mendapatkan upah berupa mata uang asing. Bagaimana seandainya mereka membawa uang tersebut ke Indonesia, bagaimana mereka bisa membelanjakannya? Tentu saja money changer adalah solusinya. Lantas, apabila jumlah uang yang ditukarkan hanya sedikit, apakah money changer bersedia melayani?

Dalam permasalahan di atas, Suryanto (38) menangkap peluang usaha.

Wednesday 26 November 2014

Ketika Pecinta KA Diajak Melihat Jeroan Kereta Api

Puluhan pecinta KA dari Purwokerto, Semarang, Madiun, Surabaya dan Yogyakarta berfoto bersama jajaran PT KAI Daop VI di depan gedung Bimaloka Kompleks Kantor PT KAI Daop VI Yogyakarta. Dok Pri

Perkeretaapian di Indonesia memiliki banyak khasanah unik dan menarik. Sayangnya, tidak banyak orang yang tahu akan hal itu. Namun demikian dari tahun ke tahun semakin banyak hal menarik yang diketahui masyarakat dan kalangan pecinta kereta api.
Satu contohnya adalah ketika puluhan pecinta kereta api (railfans) dari Purwokerto, Semarang, Solo, Madiun, Surabaya dan Yogyakarta melakukan kunjungan ke area kerja PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop VI Yogyakarta. Selain bersilaturahmi dengan jajaran Daop VI, railfans juga melakukan kunjungan ke Balai Yasa Yogyakarta dan Balai Pelatihan Teknik Traksi (BPTT) Darman Prasetyo Yogyakarta.
Balai Yasa Yogyakarta merupakan tempat pemeliharaan dan perawatan lokomotif, Kereta Rel Diesel (KRD), dan kereta genset. Sementara BPTT merupakan tempat pendidikan para calon masinis sebelum ditugaskan untuk menjalankan kereta api. Kunjungan ke dua titik tersebut diharapkan akan memberikan wawasan yang benar mengenai perkeretaapian kepada railfans dan masyarakat luas.
Kunjungan diawali pada Minggu (16/11) di kantor Daop VI di jalan Lempuyangan 1 Yogyakarta dimana puluhan railfans tersebut diterima oleh Corporate Communication Manager Daop VI, Bambang Setiyo Prayitno. Pertemuan diawali dengan diskusi mengenai peran railfans dalam perkembangan perkeretaapian Indonesia. Menurut Bambang, railfans memiliki peran strategis dalam mendukung kemajuan perkeretaapian.

Memoar 3: Geblek Purworejo

Geblek, Enak Dinikmati Selagi Hangat 
Wasini (59) warga dukuh Gumuk, Piji Bagelen adalah salah satu pembuat geblek yang memiliki cita rasa tersendiri. Menempati pos ronda warga di pinggir jalan utama Cangkrep-Krendetan, ia mulai membuka warung gebleknya sekitar pukul 15.30. Dok Pri


Berkunjung atau melintas Purworejo tidak lengkap rasanya kalau tidak mencicipi lezatnya Geblek. Makanan khas Purworejo yang bentuknya seperti angka delapan berwarna putih ini bahan utama pembuatannya dari tepung ketela dan paling enak dimakan selagi hangat. 

Sayangnya Geblek tidak sepanjang waktu bisa didapatkan, rata-rata pedagang menjajakannya selepas luhur. Namun yang paling mudah ditemui sekitar pukul 15.00. Kalau ingin segera mencicipi, datang saja di sekitar Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saras Husada Purworejo. Sepanjang jalan tersebut, pedagang gorengan banyak yang menyediakan. 

Namun, tidak semua gebleg memiliki cita rasa yang sama, tergantung pada pembuatnya. Bila memiliki waktu luang dan tidak terburu-buru, alangkah baiknya mengarahkan kendaraan Anda ke

Sunday 23 November 2014

Memoar 2: Klenteng Thong Hwie Kiong Lambang Kerukunan Tiga Kepercayaan


Foto klenteng pada 2012. Dok Pri
Di belakang hiruk-pikuknya aktivitas Pasar Induk Baledono Purworejo, terselip kisah sejarah yang berusia ratusan tahun. Satu bangunan bercorak China berdiri megah menghadap ke pasar. Suasananya yang tenang kontras dengan ramainya pasar yang padat oleh aktivitas jual-beli. Bangunan yang memiliki patung sosok naga di atapnya tersebut adalah bangunan klenteng Thong Hwie Kiong.

Saturday 22 November 2014

Memoar 1: Kerajinan Bambu Purworejo

Sebagai daerah dengan lansekap komplet, mulai dari gunung, bukit, dataran rendah hingga pantai, Purworejo memiliki banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan. Kekayaan sumber daya alam tersebut sebenarnya sudah diimbangi dengan adanya sumber daya manusia yang mumpuni. Sayangnya, dukungan dari pihak terkait dalam hal ini pemerintah masih belum maksimal...

Tidak hanya terkenal dengan berbagai kulinernya misalnya dawet dan geblek, Purworejo juga memiliki berbagai kerajinan tangan yang berdaya jual tinggi. Satu contohnya adalah kerajinan bambu di wilayah kecamatan Bener.

Wednesday 19 November 2014

Purworejo dalam Bingkai Pengalaman


Purworejo telah mendapat tempat tersendiri dalam hati saya. Selama dua tahun saya bekerja dan beranjangsana dengan kota yang terletak di barat Yogyakarta ini. Banyak hal menarik dan unik yang saya temui, terkadang hal yang membuat kagum, terkadang pula memberi pelajaran hidup.

Setelah tiga bulan “pelatihan” sebagai wartawan di kota Yogyakarta, pada suatu sore pimpinan memanggil saya dan seorang rekan lainnya. Singkatnya, setelah dirasa mendapat pembekalan yang cukup di kota, maka kami diberi tugas baru di luar kota. Saya ditempatkan di Purworejo, sementara rekan saya ditempatkan di Purwokerto.

Sempat saya protes ke pimpinan, bagaimanapun juga saya merasa belum mendapat pembekalan yang cukup. Lagipula Purworejo terasa asing buat saya yang sejak kecil lebih familiar dengan Klaten-Yogya dan Jakarta. Banyak rekan yang bercerita mengenai Purworejo yang terkenal dengan jalannya yang jelek, medan yang berat, dan sepi tanpa tempat hiburan.

Tuesday 18 November 2014

Nasib Lokomotif Sepur Lebar Terakhir di Yogyakarta

Lokomotif Uap Sepur Lebar Terakhir di SMKN 2 Yogyakarta. Dok pri



Di tengah area parkir SMKN 2 Yogyakarta di jalan A.M. Sangaji 47 Yogyakarta terdapat satu monumen berupa lokomotif uap yang telah dibelah. Bagian dalam ketel dan stang-stang penggerak roda terlihat jelas. Di sepasang rel penahan lokomotif terdapat tulisan KRUPP 1921. Itulah tahun penanda, bahwa lokomotif ini mungkin telah ada bahkan sebelum republik ini berdiri. Yang aneh dari loko itu adalah jarak antar relnya yang lebar dari rel yang bisa ditemui saat ini.

Monday 17 November 2014

Paduan Barat dan Timur dalam Karya Perak Kotagede

Bambang sedang mengerjakan cincin perak pesanan pelanggannya. Dok Pri


Kotagede telah lama dikenal sebagai daerah yang menghasilkan kerajinan perak. Bahkan, dalam sejarahnya perak Kotagede pernah menembus mancanegara. Hingga kini, sisa kejayaan Kotagede masih dapat dijumpai.

Matahari belum beranjak tinggi ketika kesibukan dimulai di Kotagede. Jalanan sempit yang membelah deretan toko dan pusat souvenir perak dipadati pengguna jalan. Mulai dari sepeda, becak, andong hingga sepeda motor dan mobil berlalu-lalang.

Nampak depan belum tentu menunjukkan nampak aslinya. Di sela kepadatan kios dan toko berarsitektur modern tersebut, masih terdapat gang-gang yang menyimpan sejuta misteri Kotagede. Misteri tersebut, tidak lain dan tidak bukan adalah perak yang menjadi daya tarik wilayah ini.

Di belakang deretan kios dan toko tersebut, masih banyak pemukiman warga yang dibangun pada era ketika sebelum Indonesia merdeka. Pun begitu, sisa bangunan Jawa kuno juga masih dapat dijumpai meski kini tak sebanyak dulu.

Lebih dari itu, di rumah-rumah tembok dengan kusen-kusen kayu lawas tersebut, terselip kisah pembuatan berbagai kerajinan perak. Tidak hanya mengintip bagaimana berbagai cenderamata yang indah dibuat, pengunjung bisa mendengar penuturan cerita yang menyertainya.

Thursday 6 November 2014

Membezuk Stasiun Purworejo



Agar tidak merusak kesan klasik, maka jam modern yang ada di stasiun untuk sementara dicopot


Layaknya hubungan pertemanan, ketika ada rekan yang sakit sudah sewajarnya menengok. Demikian pula kawan lama pun tak dilupakan. Apabila ada waktu, ada baiknya berkunjung ke karib yang lama tak berjumpa.

Itulah yang dialami oleh stasiun Purworejo. Sejak mati suri pada November 2010, praktis tak ada kegiatan pemmberhentian maupun pemberangkatan kereta. Stasiun yang bahkan telah dipugar oleh pemiliknya yaitu PT Kereta Api Indonesia sepi meski bangunan berdiri megah menjulang. Sayang memang, tapi mau bagaimana lagi.

Namun, rupanya si cantik yang merana ini tak melulu harus dirundung sepi. Pada awal November 2014 ini mulai terlihat geliat di sekitarnya.

Wednesday 5 November 2014

Ketika Indonesia dan Belanda Menyatu Kembali dalam Kerjasama Kereta Api

Kepala Unit Pusat Pelestarian, Perawatan dan Desain Arsitektur PT KAI, Ella Ubaidi menjabat tangan Perwakilan Nederland Smallspoor Museum, Gerard de Graaf setelah penandatanganan perjanjian kerjasama untuk saling memerkenalkan museum perkeretaapian di Belanda dan Indonesia. Dok Pri



PT Kereta Api Indonesia (KAI) memiliki banyak peninggalan sejarah yang tersebar di berbagai wilayah. Banyak peninggalan tersebut yang kurang terawat karena tidak dipakai ataupun kurang mendapat perhatian yang memadai dari pengelolanya. padahal, banyak benda dan bangunan peninggalan sejarah tersebut yang memiliki nilai penting.

Tidak hanya mengandung nilai sejarah, banyak benda dan bangunan bersejarah milik PT KAI yang masih difungsikan misalnya stasiun. Lebih dari itu, beberapa lokomotif uap, kereta dan gerbong juga banyak yang masih difungsikan meskipun untuk tujuan wisata.

Memang, pada 2009 lalu PT KAI mulai menunjukkan kepeduliannya pada aset bersejarah yang dimilikinya. Hal itu terlihat dari pembentukan Unit Pusat Pelestarian, Perawatan dan Desain Arsitektur. Tidak hanya menyelamatkan aset bersejarah, unit ini juga mengubah wajah stasiun yang kebanyakan bangunan bersejarah menjadi bangunan yang mendukung upaya PT KAI memberikan pelayanan maksimal kepada pelanggan.

Monday 3 November 2014

Suatu Ketika...Indonesia Lebih Hebat dari Eropa


Menengok Sejarah Keberadaan Kereta Listrik di Indonesia

Ketika melakukan kunjungan ke Yogyakarta beberapa waktu yang lalu, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), Ignasius Jonan mengatakan pihaknya siap menyediakan Kereta Api Listrik (KRL) untuk melayani kebutuhan para penglaju di Yogya dan Solo. Hal itu didorong tingginya peminat kereta api lokal (komuter) di wilayah Daop 6 Yogyakarta.

Hal ini tak pelak memberi harapan baru untuk para penglaju di kawasan Yogya dan Solo. Semakin macetnya jalanan karena kepadatan kendaraan dan keterbatasan pertumbuhan jalan membuat berkendara tak lagi menyenangkan. Solusinya, jelas transportasi umum yang aman, nyaman dan murah. Satu dari beberapa jawabannya adalah KRL yang dianggap lebih ekonomis dan berdaya angkut lebih besar.

Sebelum wacana ini bergulir lebih jauh, tak ada salahnya menengok sejarah keberadaan KRL di Indonesia. Sejak awal hingga saat ini, KRL memang baru bisa dijumpai di wilayah Jabodetabek. KRL telah menjadi satu dari beberapa tulang punggung transportasi di kawasan ibukota. Namun, ternyata proses pembangunannya tak semulus yang dikira.

Mohon bantuan kliknya