Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Friday, 5 December 2014

Jalan-jalan ke Madiun dan Sekitarnya (1)

Menuju ke Madiun Sembari Melepas Lelah di Telaga Sarangan

Sebagai railfans, adalah hal yang wajar untuk terus mengenal seluk-beluk dunia perkeretaapian, satu di antaranya adalah sarana. Setelah beberapa waktu yang lalu melihat proses perawatan sarana perkeretaapian di Balai Yasa Yogyakarta dan proses pelatihan masinis di Balai Pelatihan Teknik Traksi (BPTT) Darman Prasetyo Yogyakarta, kali ini pabrik pembuat sarana perkeretaapian yang menjadi tujuan.

Adalah PT Industri Kereta Api (INKA) yang menjadi tujuan kunjungan saya pada pertengahan November lalu. Banyak hal saya pelajari dari pabrik sarana perkeretaapian kebanggaan bangsa Indonesia ini. 

Di tengah derasnya gempuran produk dan teknologi impor, ternyata bangsa Indonesia telah memiliki keunggulan di bidang kereta api. Hal itu terlihat dari keberadaan PT INKA di Madiun yang merupakan satu-satunya pabrik Kereta Api (KA) di kawasan Asia Tenggara sampai saat ini.

Sebagai produsen sarana perkeretaapian, PT INKA telah menghasilkan banyak produk yang dipakai di dalam dan luar negeri. Mulai dari kereta penumpang berbagai kelas, gerbong barang hingga lokomotif telah dibuat oleh perusahaan yang diprakarsai BJ Habibie ini.

Pekan lalu, PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop V Purwokerto sebagai satu dari beberapa klien PT INKA melakukan kunjungan ke pabrik yang terletak di kawasan Stasiun Madiun. Dalam kunjungan tersebut, beberapa awak media termasuk penulis turut diajak untuk melihat proses pembuatan sarana perkeretaapian.

Rombongan PT KAI yang dipimpin Corporate Communication Manager Daop V, Surono berangkat dari Purwokerto bersama sejumlah wartawan. Menggunakan KA Gaya Baru Malam Selatan, rombongan pun bertolak ke Madiun. Perjalanan yang diharapkan cukup lancar sempat tersendat karena kedatangan KA GBMS yang terlambat sekitar 20 menit di Stasiun Purwokerto.
Stasiun Lempuyangan yang tidak terlalu ramai menjelang kedatangan KA Gaya Baru Malam Selatan. Dok Pri

Menggunakan perhitungan tersebut, sambil terus mengontak pak Surono, penulis pun menunggu di Stasiun Lempuyangan mulai pukul 19.00. Menjelang pukul 19.30 yang merupakan waktu kedatangan normal KA GBMS, PPKA stasiun Lempuyangan mengumumkan bahwa KA GBMS diperkirakan mengalami keterlambatan sekitar 40 menit.

Jadilah kereta kemudian masuk ke Lempuyangan sekitar pukul 20.15. Setelah mendapatkan tiket keberangkatan dan kepulangan, penulis pun bergegas masuk ke kereta 1 dimana jajaran DAOP V dan media telah menunggu. Tidak lama kemudian KA GBMS berangkat menuju Madiun.
KA Gaya Baru Malam Selatan yang akan membawa saya ke Madiun tiba di Lempuyangan sekitar pukul 20.15. Dok Pri

Perjalanan berlangsung penuh gurauan dan canda tawa awak media dan jajaran DAOP V. Pak Surono terlihat santai meladeni gurauan para pewarta tersebut. AC kereta yang tidak terlalu dingin membuat kondisi kereta nyaman.

Hanya saja, baru beberapa saat berjalan, tercium bau “khas” kereta kelas ekonomi zaman dahulu: aroma toilet. Celakanya lagi, pintu bordes tidak bisa ditutup karena daun pintu anjlok dari relnya. Beberapa rekan wartawan yang kesal hanya bisa bergurau, “kelingan jaman semono, masnya…” Sementara itu, beberapa staff humas yang ikut, utamanya kaum hawa terpaksa menutup hidung menggunakan masker.

Beberapa kali kereta harus berhenti karena disusul ataupun bersilang dengan kereta lainnya. Maklumlah, kereta bernomor besar memang harus mengalah dengan kereta bernomor kecil.
Satu stasiun kecil dimana KA Gaya Baru Malam Selatan berhenti untuk bersilang adalah Stasiun Kemiri. Di sini, rombongan yang keasyikan merokok di peron sempat kalang kabut karena ternyata KA yang bersilang melintas di jalur 1. Dok Pri

Hingga akhirnya, sekitar pukul 24.00 sampailah kereta ke stasiun Madiun. Nyaris seluruh anggota rombongan telah terlelap. Hanya saya dan beberapa orang yang masih terjaga. Saya yang terkantuk-kantuk tersentak ketika melihat sosok BB304 yang biasa dipakai di kawasan stasiun Madiun. Segera saya membangunkan beberapa orang terdekat.
Selain rombongan kami, penumpang yang turun di Stasiun Madiun tidak terlalu banyak. Beberapa anggota rombongan yang mengantuk memanfaatkan momen ini untuk beristirahat sejenak. Dok Pri

Stasiun cukup lengang ketika kami turun. Karena kereta berhenti cukup lama, sebenarnya tidak perlu terburu-buru untuk turun.
Suasana Stasiun Madiun yang relatif lengang di tengah malam. Dok Pri

Kantuk pun masih menemani ketika rombongan beristirahat sejenak di tempat duduk yang disediakan. Beberapa anggota rombongan memanfaatkan waktu rehat itu untuk sejenak meregangkan otot tubuh yang pegal ataupun ke toilet.
Sebagian anggota rombongan antre ke toilet setelah beberapa jam berada di kereta yang dingin. Dok Pri



Tulisan yang ada di pintu keluar Stasiun Madiun. Dok Pri
Rombongan berjalan menuju ke bus yang terparkir depan stasiun Madiun. Dok Pri
Tidak berselang lama, kru biro wisata yang akan membawa kami jalan-jalan ke Madiun dan sekitarnya telah menjemput. Sambil masih menahan kantuk, kami pun berjalan keluar stasiun menuju bus tanggung yang telah terparkir manis depan stasiun.
Suasana dalam bus. Awalnya sepi. Namun semuanya berubah ketika kru bus memutar video dangdut koplo :D Dok Pri

Tujuan pertama tour kali ini adalah Telaga Sarangan di Kabupaten Magetan yang akan ditempuh menggunakan bus. Kata kru biro wisata, perjalanan akan memakan waktu sekitar 30-40 menit. Meski sudah lelah dan mengantuk, namun semangat sebagian rombongan kembali. Sebabnya, kru memutar musik dan video dangdut koplo sepanjang perjalanan.

Namun, ternyata diperlukan waktu lebih lama untuk mencapai Sarangan. Sebabnya, kondisi bus kurang terlalu fit. Bus hanya bisa melaju tidak terlalu kencang. Bahkan ketika mencapai tanjakan jelang masuk ke hotel, bus sempat mati mesin. Hal ini membuat sebagian anggota rombongan yang belum tidur panik luar biasa. Ditakutkan, bus akan melaju mundur tak terkendali.

Untungnya kru bus sigap dan mengganjal bus dengan balok. Sopir pun berupaya menghidupkan mesin dan berhasil. Perlahan bus kembali meluncur menuju hotel tempat kami menginap. Tepat pukul 01.00 kami sampai di Hotel Nusa Indah yang terletak sekitar 50 meter dari Telaga Sarangan.
Hotel Nusa Indah yang terletak hanya sekitar 50 meter dari Telaga Sarangan. Dok Pri

Ketika saya baru sampai di Madiun, saya memosting perjalanan ke Sarangan melalui Facebook. Rupanya hal ini menarik perhatian seorang teman. Ia mengatakan bahwa Telaga Sarangan di musim hujan justru debit airnya kurang. Hal itu disengaja agar ketika hujan deras mengguyur, air tidak meluap dan menyebabkan masalah.

Hal ini sedikit banyak mengurangi minat saya pada Telaga Sarangan. Fokus saya lebih pada kunjungan ke INKA, demikian pula beberapa rekan wartawan yang menyukai dunia teknologi dan industri.

Sesampainya di hotel kami minum teh hangat sebelum tidur. Sementara itu, beberapa rekan yang hobi fotografi buru-buru ke Telaga. Entah apa maksudnya. Apakah memotret dalam kondisi gelap dan mendung bisa? Entahlah…

Dingin segera menyergap begitu kami masuk ke kamar hotel. Kami bersyukur karena Hotel menyediakan selimut tebal. Selain itu, kamar mandi juga dilengkapi air panas sehingga kami tidak perlu khawatir untuk mandi pada keesokan harinya. Lelah dan dingin membuat tidur pun terasa begitu cepat. Tak terasa telah pukul 06.00 ketika kami terbangun. Sinar matahari yang hangat segera menjadi rebutan untuk berjemur. Sementara itu saya memanfaatkan waktu luang itu untuk berjalan melihat lingkungan sekitar hotel.

Di belakang hotel terdapat bentangan tanah yang bergelombang. Sayangnya, banyaknya bangunan cukup mengganggu pemandangan perbukitan yang sesungguhnya indah itu. Namun tidak mengapa, hawa udara segar dan sejuk sudah cukup meredakan pikiran dari beban pekerjaan setiap harinya :D
Kondisi belakang Hotel Nusa Indah. Dok Pri

Setelah mandi rombongan pun sarapan. Menu pagi itu adalah sate ayam dan sop ayam. Sate yang panas segera membuat tubuh kami bertenaga sementara sop ayam yang hangat membuat tubuh kami tidak terlalu kedinginan lagi. Sekitar pukul 08.00 rombongan pun melanjutkan perjalanan ke Madiun. Untuk menuju ke Madiun, bus harus memutar di Telaga Sarangan. Momen ini saya manfaatkan untuk memotret Telaga ini.
Beberapa kapal tertambat di tepian Telaga Sarangan yang airnya sengaja dibuat surut. Meskipun begitu, kami masih bisa melihat riak ombak di tengah Telaga. Dok Pri.

Namun ternyata, kami tidak langsung ke Madiun. Biro wisata membawa kami berhenti sejenak di pusat kerajinan kulit Magetan di kawasan Jalan Sawo.
Gerbang menuju ke Jalan Sawo di Kabupaten Magetan yang dipenuhi pusat kerajinan kulit. Dok Pri

Beberapa rekan gembira ketika berhasil memborong berbagai kerajinan kulit berharga miring. Saya sendiri hanya melihat-lihat dan mengabadikan momen itu. Unik juga melihat rombongan menyebar ke berbagai kios dan toko untuk mencari oleh-oleh.
Anggota rombongan asyik memilih produk kulit di sentra kerajinan kulit Magetan. Dok Pri

Bau khas kulit menyeruak setiap kali kami memasuki toko. Meski menjadi pusat kerajinan kulit, namuntidak semua produk yang dijual merupakan produk Magetan. Beberapa merupakan produk buatan pabrik atau daerah lain. Karenanya, rekan-rekan pun cukup selektif.
Patung sepatu besar menghiasi gerbang menuju ke Jalan Sawo, Magetan. Dok Pri.

Sekitar pukul 10.00 perjalanan dilanjutkan, kali ini langsung menuju ke PT INKA!

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya