Menuju ke Madiun Sembari Melepas Lelah di
Telaga Sarangan
Sebagai railfans,
adalah hal yang wajar untuk terus mengenal seluk-beluk dunia perkeretaapian,
satu di antaranya adalah sarana. Setelah beberapa waktu yang lalu melihat
proses perawatan sarana perkeretaapian di Balai Yasa Yogyakarta dan proses
pelatihan masinis di Balai Pelatihan Teknik Traksi (BPTT) Darman Prasetyo
Yogyakarta, kali ini pabrik pembuat sarana perkeretaapian yang menjadi tujuan.
Adalah PT Industri
Kereta Api (INKA) yang menjadi tujuan kunjungan saya pada pertengahan November
lalu. Banyak hal saya pelajari dari pabrik sarana perkeretaapian kebanggaan
bangsa Indonesia ini.
Di tengah derasnya
gempuran produk dan teknologi impor, ternyata bangsa Indonesia telah memiliki
keunggulan di bidang kereta api. Hal itu terlihat dari keberadaan PT INKA di
Madiun yang merupakan satu-satunya pabrik Kereta Api (KA) di kawasan Asia
Tenggara sampai saat ini.
Sebagai produsen
sarana perkeretaapian, PT INKA telah menghasilkan banyak produk yang dipakai di
dalam dan luar negeri. Mulai dari kereta penumpang berbagai kelas, gerbong
barang hingga lokomotif telah dibuat oleh perusahaan yang diprakarsai BJ
Habibie ini.
Pekan lalu, PT Kereta
Api Indonesia (KAI) Daop V Purwokerto sebagai satu dari beberapa klien PT INKA
melakukan kunjungan ke pabrik yang terletak di kawasan Stasiun Madiun. Dalam
kunjungan tersebut, beberapa awak media termasuk penulis turut diajak untuk
melihat proses pembuatan sarana perkeretaapian.
Rombongan PT KAI yang
dipimpin Corporate Communication Manager Daop V, Surono berangkat dari
Purwokerto bersama sejumlah wartawan. Menggunakan KA Gaya Baru Malam Selatan,
rombongan pun bertolak ke Madiun. Perjalanan yang diharapkan cukup lancar
sempat tersendat karena kedatangan KA GBMS yang terlambat sekitar 20 menit di
Stasiun Purwokerto.
Stasiun Lempuyangan yang tidak terlalu ramai menjelang kedatangan KA Gaya Baru Malam Selatan. Dok Pri |
Menggunakan
perhitungan tersebut, sambil terus mengontak pak Surono, penulis pun menunggu
di Stasiun Lempuyangan mulai pukul 19.00. Menjelang pukul 19.30 yang merupakan
waktu kedatangan normal KA GBMS, PPKA stasiun Lempuyangan mengumumkan bahwa KA
GBMS diperkirakan mengalami keterlambatan sekitar 40 menit.
Jadilah kereta
kemudian masuk ke Lempuyangan sekitar pukul 20.15. Setelah mendapatkan tiket
keberangkatan dan kepulangan, penulis pun bergegas masuk ke kereta 1 dimana
jajaran DAOP V dan media telah menunggu. Tidak lama kemudian KA GBMS berangkat
menuju Madiun.
KA Gaya Baru Malam Selatan yang akan membawa saya ke Madiun tiba di Lempuyangan sekitar pukul 20.15. Dok Pri |
Perjalanan
berlangsung penuh gurauan dan canda tawa awak media dan jajaran DAOP V. Pak
Surono terlihat santai meladeni gurauan para pewarta tersebut. AC kereta yang
tidak terlalu dingin membuat kondisi kereta nyaman.
Hanya saja, baru
beberapa saat berjalan, tercium bau “khas” kereta kelas ekonomi zaman dahulu:
aroma toilet. Celakanya lagi, pintu bordes tidak bisa ditutup karena daun pintu
anjlok dari relnya. Beberapa rekan wartawan yang kesal hanya bisa bergurau,
“kelingan jaman semono, masnya…” Sementara itu, beberapa staff humas yang ikut,
utamanya kaum hawa terpaksa menutup hidung menggunakan masker.
Beberapa kali kereta
harus berhenti karena disusul ataupun bersilang dengan kereta lainnya.
Maklumlah, kereta bernomor besar memang harus mengalah dengan kereta bernomor
kecil.
Hingga akhirnya,
sekitar pukul 24.00 sampailah kereta ke stasiun Madiun. Nyaris seluruh anggota
rombongan telah terlelap. Hanya saya dan beberapa orang yang masih terjaga.
Saya yang terkantuk-kantuk tersentak ketika melihat sosok BB304 yang biasa
dipakai di kawasan stasiun Madiun. Segera saya membangunkan beberapa orang
terdekat.
Selain rombongan kami, penumpang yang turun di Stasiun Madiun tidak terlalu banyak. Beberapa anggota rombongan yang mengantuk memanfaatkan momen ini untuk beristirahat sejenak. Dok Pri |
Stasiun cukup lengang
ketika kami turun. Karena kereta berhenti cukup lama, sebenarnya tidak perlu
terburu-buru untuk turun.
Kantuk pun masih
menemani ketika rombongan beristirahat sejenak di tempat duduk yang disediakan.
Beberapa anggota rombongan memanfaatkan waktu rehat itu untuk sejenak
meregangkan otot tubuh yang pegal ataupun ke toilet.
Sebagian anggota rombongan antre ke toilet setelah beberapa jam berada di kereta yang dingin. Dok Pri |
Tulisan yang ada di pintu keluar Stasiun Madiun. Dok Pri |
Rombongan berjalan menuju ke bus yang terparkir depan stasiun Madiun. Dok Pri |
Suasana dalam bus. Awalnya sepi. Namun semuanya berubah ketika kru bus memutar video dangdut koplo :D Dok Pri |
Tujuan pertama tour
kali ini adalah Telaga Sarangan di Kabupaten Magetan yang akan ditempuh
menggunakan bus. Kata kru biro wisata, perjalanan akan memakan waktu sekitar
30-40 menit. Meski sudah lelah dan mengantuk, namun semangat sebagian rombongan
kembali. Sebabnya, kru memutar musik dan video dangdut koplo sepanjang
perjalanan.
Namun, ternyata
diperlukan waktu lebih lama untuk mencapai Sarangan. Sebabnya, kondisi bus
kurang terlalu fit. Bus hanya bisa melaju tidak terlalu kencang. Bahkan ketika
mencapai tanjakan jelang masuk ke hotel, bus sempat mati mesin. Hal ini membuat
sebagian anggota rombongan yang belum tidur panik luar biasa. Ditakutkan, bus
akan melaju mundur tak terkendali.
Untungnya kru bus
sigap dan mengganjal bus dengan balok. Sopir pun berupaya menghidupkan mesin
dan berhasil. Perlahan bus kembali meluncur menuju hotel tempat kami menginap.
Tepat pukul 01.00 kami sampai di Hotel Nusa Indah yang terletak sekitar 50
meter dari Telaga Sarangan.
Ketika saya baru
sampai di Madiun, saya memosting perjalanan ke Sarangan melalui Facebook.
Rupanya hal ini menarik perhatian seorang teman. Ia mengatakan bahwa Telaga Sarangan
di musim hujan justru debit airnya kurang. Hal itu disengaja agar ketika hujan
deras mengguyur, air tidak meluap dan menyebabkan masalah.
Hal ini sedikit
banyak mengurangi minat saya pada Telaga Sarangan. Fokus saya lebih pada
kunjungan ke INKA, demikian pula beberapa rekan wartawan yang menyukai dunia
teknologi dan industri.
Sesampainya di hotel
kami minum teh hangat sebelum tidur. Sementara itu, beberapa rekan yang hobi
fotografi buru-buru ke Telaga. Entah apa maksudnya. Apakah memotret dalam kondisi
gelap dan mendung bisa? Entahlah…
Dingin segera
menyergap begitu kami masuk ke kamar hotel. Kami bersyukur karena Hotel menyediakan selimut tebal. Selain itu, kamar mandi juga dilengkapi air panas sehingga kami tidak perlu khawatir untuk mandi pada keesokan harinya. Lelah dan dingin membuat tidur pun
terasa begitu cepat. Tak terasa telah pukul 06.00 ketika kami terbangun. Sinar
matahari yang hangat segera menjadi rebutan untuk berjemur. Sementara itu saya
memanfaatkan waktu luang itu untuk berjalan melihat lingkungan sekitar hotel.
Di belakang hotel
terdapat bentangan tanah yang bergelombang. Sayangnya, banyaknya bangunan cukup
mengganggu pemandangan perbukitan yang sesungguhnya indah itu. Namun tidak
mengapa, hawa udara segar dan sejuk sudah cukup meredakan pikiran dari beban
pekerjaan setiap harinya :D
Setelah mandi rombongan pun sarapan. Menu pagi itu adalah sate ayam dan sop ayam. Sate yang panas segera membuat tubuh kami bertenaga sementara sop ayam yang hangat membuat tubuh kami tidak terlalu kedinginan lagi. Sekitar pukul 08.00 rombongan pun melanjutkan perjalanan ke Madiun. Untuk menuju ke Madiun, bus harus memutar di Telaga Sarangan. Momen ini saya manfaatkan untuk memotret Telaga ini.
Namun ternyata, kami tidak langsung ke Madiun. Biro wisata membawa kami berhenti sejenak di pusat kerajinan kulit Magetan di kawasan Jalan Sawo.
Beberapa kapal tertambat di tepian Telaga Sarangan yang airnya sengaja dibuat surut. Meskipun begitu, kami masih bisa melihat riak ombak di tengah Telaga. Dok Pri. |
Namun ternyata, kami tidak langsung ke Madiun. Biro wisata membawa kami berhenti sejenak di pusat kerajinan kulit Magetan di kawasan Jalan Sawo.
Beberapa rekan
gembira ketika berhasil memborong berbagai kerajinan kulit berharga miring.
Saya sendiri hanya melihat-lihat dan mengabadikan momen itu. Unik juga melihat
rombongan menyebar ke berbagai kios dan toko untuk mencari oleh-oleh.
Bau khas kulit
menyeruak setiap kali kami memasuki toko. Meski menjadi pusat kerajinan kulit,
namuntidak semua produk yang dijual merupakan produk Magetan. Beberapa
merupakan produk buatan pabrik atau daerah lain. Karenanya, rekan-rekan pun
cukup selektif.
Sekitar pukul 10.00
perjalanan dilanjutkan, kali ini langsung menuju ke PT INKA!
No comments:
Post a Comment