Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Tuesday 2 December 2014

Prambanan Ekspres, Sejarah KA Komuter di Jawa Selatan

Meski sering dimaki, namun ia tetap dinanti


KA Prameks tujuan Kutoarjo sedang melintas di kawasan Kalimenur. Dok Pri


Kereta Api (KA) Prambanan Ekspress yang biasa disingkat Prameks tentu tak asing bagi warga Kebumen, Purworejo, Yogyakarta, Klaten, dan Surakarta. Kereta komuter yang merayapi jalur mulus antara Kutoarjo-Yogya-Solo ini memang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat selatan Jawa.

Meski sering naik, belum tentu orang mengenal sejarah KA ini, termasuk penulis. Minimnya literatur mengenai kereta unik ini membuat tidak banyak orang tahu sejarahnya. namun, kecelakaan yang dialami KA Prameks pada medio Oktober 2012 membuat penulis waktu itu tertarik untuk mencari tahu lebih jauh mengenai Prameks. Setelah bertanya ke beberapa pihak dan mencari bahan di internet, akhirnya berhasil disusun sejarah singkat kereta ini.

Belum lengkap apalagi sahih secara menyeluruh. Namun, semoga saja tulisan ini menginspirasi masyarakat terutama Railfans untuk menggali sejarah KA Prameks ini...

Awal mula keberadaan Prameks dimulai dengan beroperasinya Kereta Rel Diesel (KRD) Kuda Putih pada era 1960-1970an.
Kereta ini disebut Kuda Putih karena  memiliki logo kuda di atas jendela masinis dan merupakan KRD pertama di Indonesia. Kereta yang berjalan dengan dua unit kereta ini menghubungkan Yogya-Solo.
 
KRD Kudaputih yang merupakan cikal-bakal KA Prameks beroperasi pada 1960-1970an. Dok MVA Krishnamurti
Meski KRD ini merupakan KRD pertama di Indonesia, namun tidak ada catatan resmi yang berhasil ditemukan mengenai ikhwal keberadaannya. Pengamat perkeretaapian Y Soegeng menjelaskan, terdapat beberapa versi tentang asal usul Kuda Putih.

“Ada yang bilang versi KRD percobaan tapi banyak pula yang bilang itu bekas Kereta Rel Listrik (KRL) yg dimodifikasi menjadi KRD,” jelas Soegeng ketika dihubungi penulis. Namun Ia menolak berspekulasi mengenai kepastian awal mula keberadaan KRD Kuda Putih karena miskinnya data sejarah perkeretaapian.
 
KRD Kudaputih ketika stabling di Stasiun Solobalapan. DOk MVA Krishnamurti
Pada akhir 1980an operasional kereta ini ditutup karena kerusakan pada armada yang tidak dapat diperbaiki lagi. Soegeng melanjutkan, sama dengan nasib KRDE (Prameks Kuning) dan KRDH (Prameks Janda/ungu), armada KRD Kuda Putih rusak karena tidak ada spareparts dan miskin perawatan.

“Padahal saat itu okupansi banyak. Bahkan sejarah lesehan Pramekers sudah tampak waktu itu. Banyak penumpang berebutan (naik KRD Kuda Putih) karena ada kebanggaan bisa naik terbawa Kuda Putih. Mereka yang sudah dan sempat naik akan bercerita ke teman-temannya. Kalau hari minggu, kebanyakan orangtua momong anak-anaknya sambil naik Kuda Putih,” ulas Soegeng.
 
KRD Kudaputih di Stasiun Solobalapan. Dok MVA Krishnamurti
Setelah Kuda Putih tidak aktif (dihentikan operasionalnya pada 1980-an), tidak ada lagi kereta api komuter yang menghubungkan kedua kota itu. Hal ini sangat disayangkan mengingat kebutuhan transportasi masyarakat Yogya-Solo pada saat itu. Selain itu, hal ini menunjukkan rendahnya kepedulian Perumka pada saat itu terhadap pelayanan penumpang.

“Ya, sejak lama kan orang-orang keretaapi tidak paham pelayanan. Tidak ada kereta yang dibutuhkan masyarakat Jogja-Klaten-Solo ya mereka tidak merasa berdosa. Mereka kan merasa masyarakat yang butuh keretaapi. Mereka tidak butuh masyarakat. Kalau mereka butuh masyarakat (konsumen) mestinya kan ada upaya mengganti Kuda Putih/ Prameks,” tegas Soegeng.

Paska dinonaktifkan, armada KA Kuda Putih mangkrak di dipo Solo Balapan. Namun mulai akhir 2011 KRD Kuda Putih yang tersisa telah diselamatkan dan di bawa ke sebelah timur stasiun Lempuyangan dan direncanakan menjadi Kereta Pustaka.

Selanjutnya, setelah tidak beroperasinya KRD Kuda Putih, selama beberapa waktu jalur KA Yogya-Solo tidak memiliki armada KA Komuter. Barulah pada 20 Mei 1994 KA Prameks Solo–Yogyakarta pergi pulang (PP) kali pertama diluncurkan menggunakan empat rangkaian kereta kelas bisnis yang ditarik oleh lokomotif diesel dengan tarif Rp 2000 rupiah. Rangkaian ini memakai armada KA Senja Utama Solo yang beroperasi hanya pada malam hari. Karena pada siang harinya tidak digunakan, armada kemudian dioperasikan sebagai KA Prameks.
 
CC20143 dengan Prambanan Ekspres sebelum digantikan KRD. Rangkaian yang digunakan diambil dari Senja Utama Solo dan Senja Ekonomi (Bengawan) Foto diambil pada 1998. Dok Indra Krishnamurti
Pada awalnya KA itu berjalan hanya dua kali sehari pergi-pulang. Selain itu, dalam kurun pengoperasiannya, KA Prameks telah mengalami beberapa kali perubahan jadwal pemberangkatan maupun sarana yang dipergunakan. Hal ini dilakukan menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan penggunanya. Bahkan untuk periode yang singkat, ke dalam rangkaian ini pernah pula ditambahkan satu kereta eksekutif bertarif 5000 rupiah.
Armada KA Prameks ternyata memiliki livery yang cukup bervariasi. Satu di antaranya adalah livery ungu-wayang yang sering disebut prameks Janda ini. Dok Pri




Setelah pola keberangkatannya diubah sesuai dengan keinginan pelanggan menjadi lima kali PP sehari, maka pada masa angkutan Lebaran 1998, manajemen PT KA (Persero) mengganti rangkaian kereta yang ditarik oleh lokomotif menjadi tiga set rangkaian KRD (kereta rel diesel).
KRD Prameks bercat kuning memasuki stasiun Lempuyangan. Dok Pri

Sayangnya, karena rangkaian KRD ini telah uzur (buatan tahun 1980-an), KA Prameks sering mengalami kerusakan yang mengakibatkan keterlambatan. Akhirnya Ditjen KA Dephub bersama manajemen PT KA menambah satu set armada Prameks berupa Kereta Rel Diesel Elektrik (KRDE) prototipe pertama dari PT Inka Madiun pada 1 Maret 2006.

Rangkaian ini adalah yang pertama kali dioperasikan di Indonesia. KRDE ini merupakan modifikasi dari KRL buatan BN/Holec ("Belgien-Nederland-Holland Electric", perusahaan KA Belanda-Belgia), Belgia, yang dimodifikasi oleh PT INKA dengan mengganti sumber daya menggunakan satu mesin diesel.
KRL Holec angkatan kedua (1996 dst.) di stasiun Bogor. Unit KRL ini kemudian dimodifikasi menjadi KRDE yang digunakan untuk beberapa KA komuter satu di antaranya KA Prameks. Dok. Indra Krishnamurti

Lima unit kereta Prameks per rangkaian KRDE tersebut terdiri atas satu unit kereta mesin (engine, KDE) diesel, satu unit kereta ko-trailer, dua unit kabin trailer dan satu unit trailer ditambah kabin masinis. KRDE ini diberi kode KDE-3, yang berarti KRDE kelas ekonomi.
KRDE Prameks berjalan langsung melintasi Stasiun Srowot. Dok Pri

Sejak 13 Maret 2006, KA Prameks ditambah sebanyak dua perjalanan sehingga total terdapat tujuh kali perjalanan PP. Seiring dengan dioperasikannya jalur rel ganda Yogyakarta-Kutoarjo pada 29 September 2007 dan sekaligus untuk memenuhi permintaan masyarakat Kulonprogo dan Purworejo, PT KA Daop VI Yogyakarta sejak 15 Oktober 2007 mulai melakukan uji coba perjalanan KA Prameks Yogyakarta-Kutoarjo-Solo Balapan PP dengan pola operasi dua kali perjalanan sehari.
Keunikan livery KA Prameks kembali terlihat dengan perpaduan warna kuning dan ungu pada KRD Prameks yang sedang melintas Stasiun Maguwo Lama ini. Dok Pri

Dengan bertambahnya dua set KRDE yang diluncurkan oleh Menhub di Stasiun Solo Balapan, 16 Februari 2008, pola operasi KA Prameks Solo-Yogyakarta mengalami peningkatan dari tujuh kali menjadi sepuluh kali PP, sedangkan Solo - Yogyakarta - Kutoarjo menjadi empat kali PP. Kereta api ini juga sekarang berhenti di Stasiun Maguwo (Bandara Adisucipto), sebagai bagian dari sistem terpadu transportasi Yogyakarta yang menghubungkan sarana transportasi umum darat (bus TransJogja dan taksi), kereta api, dan pesawat terbang.

Hingga akhir 2014, Prameks tak lagi sendirian menyusuri jalur ganda Kutoarjo-Yogya-Solo. Kini berbagai kereta komuter lainnya misalnya Sriwedari, Madiun Jaya dan Sidomukti telah menambah frekuensi perjalanan KA Komuter. Tiketnya yang sempat naik mencapai harga Rp 10 ribu pun kini telah mendapat subsidi. Padatnya jalan raya Yogya-Solo membuat KA ini mulai menjadi primadona.(*)
Suasana dalam KRDE Prameks tujuan Kutoarjo. Dok Pri
Referensi:
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_api_Prambanan_Ekspres
2. Wawancara langsung

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya