Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri
Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Friday, 15 December 2017

Railclinic, Klinik Berjalan di Rel


Para pecinta kereta api di Indonesia mengenal beberapa jenis KA selain KA reguler untuk penumpang dan barang. Ada KA khusus perawatan jalan rel, KA Inspeksi, hingga KA Ukur. Namun, pada akhir 2015, ada satu jenis KA baru yang muncul: KA Kesehatan.


Monday, 11 December 2017

Tiket Edmonson, Riwayatmu Dulu...

Mengenang Kembali Tiket Kereta Berbentuk Kartu

Satu dari beberapa benda yang dipajang di stand PT Kereta Api Indonesia dalam Pameran Koleksi Unggulan Museum DIY dan Nusantara adalah tiket kereta api. Sebelum memakai tiket boarding pass seperti sekarang, perkeretaapian Indonesia pernah memakai beberapa bentuk tiket.
Seorang petugas memperlihatkan tiket jenis edmonson di stand PT Kereta Api Indonesia dalam Pameran Koleksi Unggulan Museum DIY dan Nusantara di Jogja City Mall, belum lama ini. Tiket berbentuk kartu ini merupakan bentuk tiket yang sempat dipakai sebelum memakai tiket modern saat ini.

Sejarah panjang perkeretaapian Indonesia selain terlihat dari bentuk sarana kereta juga bisa dinikmati dari fasilitasnya. Satu contohnya adalah bentuk tiket kereta. Sekitar satu setengah abad kehadiran kereta api di Nusantara, berbagai jenis tiket telah dipakai. Namun yang benar-benar cukup lama dipakai adalah tiket edmonson.

Friday, 8 December 2017

"Membangkitkan Kembali" Lokomotif Seri BB200

Mengingat Kembali Era Dieselisasi Perkeretaapian Indonesia

 
Kepala Balai yasa Yogyakarta, Eko Purwanto berdiri di samping lokomotif diesel elektrik seri BB200 no 8 di Balai Yasa Yogyakarta, Kamis (28/5). Setelah beberapa waktu lalu sukses merestorasi lokomotif Bima Kunting, PT KAI kembali melakukan restorasi pada lokomotif yang menjadi tonggak sejarah perkeretaapian di Indonesia. Kali ini lokomotif diesel elektrik seri BB200 direstorasi untuk kemudian dibawa ke Ambarawa untuk melengkapi koleksi museum perkeretaapian di sana.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya, demikian Bung Karno pernah berkata. Mengingat sejarah memang memberikan banyak pelajaran berharga, termasuk bagaiman menatap masa depan. itulah rupanya yang sedang dilakukan oleh jajaran PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Setelah beberapa waktu lalu sukses merestorasi lokomotif Bima Kunting, PT KAI kembali melakukan restorasi pada lokomotif yang menjadi tonggak sejarah perkeretaapian di Indonesia. Kali ini lokomotif diesel elektrik seri BB200 direstorasi untuk kemudian dibawa ke Ambarawa untuk melengkapi koleksi museum perkeretaapian di sana.

PT KAI memang gencar untuk melakukan restorasi pada aset bersejarahnya. Setelah sukses merestorasi beberapa stasiun dan mengumpulkan benda bersejarah seputar perkeretaapian, sarana kereta api mendapat gilirannya. 
 
Dihimpun dari berbagai sumber, tercatat PT KAI telah sukses melakukan langkah besar menghidupkan lokomotif diesel pertama seri CC200, kemudian lokomotif uap seri E10 yang dikenal sebagai Mak Itam, lokomotif uap C12 yang dikenal sebagai Jaladara, hingga restorasi Bima Kunting yang kini sedang menanti sentuhan selanjutnya di Taman Benteng Vredeburg di Yogyakarta.

Tuesday, 24 October 2017

Stasiun Bantul yang Terlupakan




Setelah dari Stasiun Winongo, jalur KA mengarah ke selatan namun agak menyerong menuju ke Jalan Bantul lalu terus ke selatan dengan posisi di tepi barat ruas jalan. Menuju ke selatan, jalur KA ini kemudian berpotongan dengan jalur lori PG Madukismo tepat di simpang empat Kasongan. Bahkan, rel perpotongan masih tersisa dan diletakkan di sebelah barat pos polisi. Jalur lori sendiri masih bisa terlihat di sisi timur simpang empat dimana ada sisi jalan yang menonjol dan rel lori sesekali menyembul dari aspal.

Setelah dari simpang empat Kasongan, jalur KA terus menuju ke selatan memasuki ibukota kabupaten Bantul. Sebelum ke Bantul, sebetulnya di dekat simpang tiga jalan Cepit-Tembi terdapat halte. Namun, halte tersebut hilang tak berbekas.

Friday, 13 October 2017

Jejak NISM di Jembatan Sasak (Winongo)


Jembatan Sasak (Winongo)




Setelah halte ini, jalur terus mengarah ke selatan, menyeberang Ringroad Selatan. Jalur terus berada di sisi barat jalan hingga tiba di kampung Kweni. Di sini rel masuk ke perkampungan di sebelah barat. Beberapa puluh meter masuk ke perkampungan, rel bertemu dengan sungai Winongo. Di sini bekas jembatan rel di sungai Winongo masih terlihat jelas karena jembatan ini kemudian diberi beton dan dimanfaatkan oleh warga sekitar dan diberi nama Jembatan Sasak.

Monday, 5 October 2015

Memoar 28: Misteri dan Pesona Benteng Kalimaro

Jelajah Perbukitan Bersejarah Bersama Bagor Purworejo


Menjadi duta pariwisata tentunya harus mengenal seluk beluk dunia pariwisata di suatu daerah. Karena itu, satu langkah terobosan dilakukan oleh para Bagus-Roro (Bagor) Purworejo 2013. Pada Minggu (15/9/2013) mereka mengunjungi beberapa benteng peninggalan Jepang di kawasan kecamatan Bagelen, Purworejo.

Dipandu oleh beberapa warga yang tergabung dalam Paguyuban Warga Bagelen (PWB), sembilan Bagus-Roro 2013 mengunjungi sekitar lima benteng. Dalam perjalanannya, mereka didampingi oleh Kasi Sejarah dan Kepurbakalaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) Drs Eko Riyanto. Karena itu, mereka tidak hanya sekedar berkunjung, tapi juga

Tuesday, 3 February 2015

Mengantar Karya Kebanggaan Bangsa



Ternyata Indonesia Telah Mampu 

Memroduksi Lokomotif pada 1960an




Lokomotif Bima Kunting yang telah selesai dipreservasi dicuci dan diparkir di spoor cucian Balai Yasa Yogyakarta. Dok Pri
PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan pemindahan lokomotif Bima Kunting pada Kamis (29/1/2015). Tentunya ada alasan kuat mengapa lokomotif ini menjadi pilihan untuk dipindah ke Museum Benteng Vredeburg dari kebun Balai Yasa Yogyakarta. Ke depannya, lokomotif ini akan menjadi monumen untuk menumbuhkan kecintaan pada perkeretaapian dalam negeri.

Di tengah gencarnya berbagai macam produk dan teknologi impor, siapa menyangka bangsa Indonesia sebenarnya telah cukup maju dalam teknologi. Satu contohnya adalah Bima Kunting yang merupakan lokomotif diesel produksi anak bangsa. Hebatnya, hal itu dilakukan pada 1960an!

Wednesday, 28 January 2015

Memoar 25: Saksi KLB Hijrah Presiden Soekarno

Mbah Atmo Sempat Melihat
Bung Karno Naik Kereta Api Uap

Belasan kuli angkut atau yang biasa dikenal dengan istilah porter terlihat berdiri di peron stasiun Kutoarjo siang itu. Mereka menatap ke arah barat menyongsong kedatangan KA Kutojaya Selatan yang akan segera memasuki stasiun. Ketika kereta mulai melambat, tanpa menunggu kereta berhenti mereka naik ke atas kereta untuk menyongsong rejeki: membantu mengangkut barang bawaan milik penumpang.
Petugas porter sedang melayani penumpang yang turun di stasiun Kutoarjo. Dok Pri

Dalam kumpulan belasan porter berseragam kuning tersebut, satu sosok pria lanjut usia turut berdiri menyongsong laju kereta. Meski tidak segesit porter lainnya, namun ia tanpa ragu ataupun takut meloncat ketika kereta mulai berhenti. Tidak lama kemudian ia mendapatkan klien pertamanya. Satu koper berukuran besar dipanggulnya.

Tidak ada gerakan gemetar maupun terhuyung ketika Mbah Atmo, demikian nama pria lanjut usia itu mengangkat barang bawaan milik seorang penumpang. Sigap ia mengikuti pengguna jasanya keluar menuju teras stasiun. Setelah itu upah beberapa kembar uang dua ribu dan seribu rupiah dimasukkannya ke kantong ditemani senyuman lega.

Saturday, 20 December 2014

Memoar 21: Obelisk di Purworejo

Kokohnya Monumen Pembangunan Jalan Purworejo-Magelang

Bangunan bersejarah dengan segala keunikannya memang banyak dijumpai di wilayah Kabupaten Purworejo. Satu dari sekian banyak bangunan itu adalah tugu peringatan pembangunan jalan penghubung Kabupaten Puworejo dengan Magelang. Monumen yang terletak di Desa Bener, Kecamatan Bener ini menyimpan banyak hal menarik yang tersimpan meski kondisinya kini kurang terawat.
 
Monumen pembangunan jalan Purworejo-Magelang yang berbentuk seperti obelisk. Dok Pri
Pada masanya bangunan tugu yang masih terlihat kokoh berdiri ini di pinggir Jalan Raya Purworejo-Magelang Km 14, Desa Bener, Kecamatan Bener ini dijadikan sebagai penanda mulai dibukanya proyek pembangunan jalan raya penghubung Purworejo dan Magelang. Proyek pembangunan jalan ini di diketahui dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda yang saat itu tengah menjajah Indonesia.

Sunday, 14 December 2014

Memoar 15: Mata Air Asin di Pegunungan


Mata Air Bayuasin, Tak Pernah Kering di Musim Kemarau


Sekalipun sebagian wilayahnya berada daerah perbukitan, namun ada satu wilayah di kecamatan Loano, Kab Purworejo yang diberi nama "Banyuasin." Ternyata nama tersebut berasal dari nama mata air Banyuasin yang berada di dukuh Ngemplak, desa Banyuasin Spare, kec Loano, Purworejo. Mata air tersebut tidak pernah kering di musim kemarau.


Sesuai namanya, air yang dihasilkan mata air tersebut berasa asin, jauh berbeda dengan beberapa mata air lain di sekitarnya.
Sriyanto mengambil segayung air asin dari mata air Banyuasin. Dok Pri

Sekretaris desa Banyuasin Spare, Sriyanto (50), yang juga menjadi penjaga mata air tersebut menyatakan, mata air tersebut sering dikunjungi orang dari jauh karena diduga memiliki tuah.

Saturday, 13 December 2014

Memoar 14: Jelajah Jalur KA Purworejo-Kutoarjo


Railfans Yogya Jelajahi Jalur Non Aktif Purworejo-Kutoarjo

Tidak sekedar menyukai untuk diri sendiri, namun juga memberikan bukti nyata. Itulah kiranya yang bisa dikatakan untuk menggambarkan aktivitas pecinta kereta api dari Yogyakarta yang tergabung dari Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) dan Railfans Yogyakarta (RF YK). Pada Minggu (16/9/2012), mereka melakukan penjelajahan jalur non aktif Purworejo-Kutoarjo sepanjang sekitar 12 kilometer tersebut.
Tim penjelajah dari IRPS dan RF YK sedang menelusuri bekas halte Batoh. Tampak di belakang jalur rel tertutup rerumputan sehingga terkesan hilang. Dok Pri

Berangkat dari kota Yogya secara terpisah, sekitar 12 orang pecinta kereta api yang identik dengan sebutan Railfans ini berkumpul di stasiun Purworejo sekitar pukul 10.00. Setelah berdiskusi di kompleks stasiun dan melakukan pengamatan, sekitar pukul 11.00 penjelajahan dilakukan dengan sepeda motor menuju Kutoarjo. Di sepanjang perjalanan, banyak hal menarik ditemukan.

Friday, 12 December 2014

Memoar 13: Masjid Unik di Purworejo

Masjid Berarsitektur Hindu-Islam yang Miliki Lingga-Yoni Sebagai Dasar Bangunan

Purworejo memiliki sekitar 159 benda cagar budaya (BCB), sepuluh diantaranya berupa bangunan masjid. Keberadaan masjid-masjid BCB tersebut tersebar di berbagai wilayah di Kabupaten Purworejo.
Jemaah sedang beribadah di masjid An Nur. Dok Pri

Dari data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo, kesepuluh masjid itu adalah Masjid Santren dan Sunan Geseng di Desa/Kecamatan Bagelen, Masjid An Nur di Purwodadi, Masjid Tiban di Jenar Kidul Kecamatan Purwodadi), Masjid Janatun Na'im di Desa Dlangu Kecamatan Butuh, Masjid Al Izhar di Kelurahan/Kecamatan Kutoarjo, Masjid Darul Mutaqien di Kelurahan/Kecamatan Purworejo), Masjid Al Iman di Loano dan dua masjid lagi di wilayah Cangkrep Lor Purworejo dan Banyuurip.

Satu dari kesepuluh masjid tersebut yaitu Masjid An Nur yang berada di Purwodadi, memiliki keistimewaan berupa dua pasang lingga yoni yang menjadi

Saturday, 6 December 2014

Jalan-Jalan ke Madiun dan Sekitarnya (2)

Blusukan ke Pabrik Sarana Perkeretaapian Satu-satunya di Asia Tenggara

Tiba di kawasan INKA yang terletak di utara stasiun Madiun, rombongan ditemui oleh perwakilan INKA, Wiweka Saputro dan sejumlah staff Humas. Direktur Keuangan Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia (SDM) PT INKA‎ Mohamad Nur Sodiq yang direncanakan menemui rombongan dari Purwokerto ini berhalangan karena sedang mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Jakarta.
Rombongan PT KAI diterima jajaran Humas INKA di aula. Dok Pri

Wiweka pun ramah menyambut kedatangan rombongan DAOP V dan awak media. Menurutnya, INKA sudah banyak mendapat kunjungan tidak hanya dari user produk INKA namun juga dari berbagai komunitas pecinta Kereta Api. Ia mengungkapkan, setiap kunjungan merupakan kesempatan yang berharga untuk INKA memperkenalkan produknya. Karena itu, ia mengapresiasi kedatangan rombongan.

“Kami sangat senang dan bangga ada kunjungan dari user produk INKA dalam hal ini PT KAI. Selain itu, kami juga menyambut kedatangan rekan media massa. Semoga kunjungan kali ini dapat membawa manfaat,” katanya.

Setelah saling beramah-tamah, sejarah singkat INKA pun dipaparkan oleh staff humas. Dalam kesempatan itu, penjelasan juga disertai slide yang menggambarkan perkembangan INKA yang menempati lahan seluas 22,5 Ha ini.

Wednesday, 3 December 2014

Perkenalkan: Railfan Pertama di Dunia

"People are passionate about trains - that will never change."
-Pete Waterman—Pop Music Guru, a Trainspotter-

 
Seorang anak sedang mengamati kereta api Sriwedari yang bersiap memasuki stasiun Lempuyangan dari spoor badug yang terletak di bawah jembatan layang Lempuyangan. Tempat ini menjadi favorit orangtua yang mengasuh anaknya sambil melihat kereta api. Bisa jadi kecintaan kereta api tumbuh dari sini. Dok Pri.

           
        Kereta api, dan manusia. Apa yang menghubungkan keduanya? Sejarah hubungan keduanya bukan sekedar cerita yang mampu dituturkan dalam tempo sekali duduk saja. Namun, sosok yang disebut Railfan menurut saya cukup bisa mewakili hubungan keduanya.
Ketika mendengar kata "Railfan," saat ini masih banyak orang mengernyitkan kening. Apa itu?

Tuesday, 2 December 2014

Prambanan Ekspres, Sejarah KA Komuter di Jawa Selatan

Meski sering dimaki, namun ia tetap dinanti


KA Prameks tujuan Kutoarjo sedang melintas di kawasan Kalimenur. Dok Pri


Kereta Api (KA) Prambanan Ekspress yang biasa disingkat Prameks tentu tak asing bagi warga Kebumen, Purworejo, Yogyakarta, Klaten, dan Surakarta. Kereta komuter yang merayapi jalur mulus antara Kutoarjo-Yogya-Solo ini memang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat selatan Jawa.

Meski sering naik, belum tentu orang mengenal sejarah KA ini, termasuk penulis. Minimnya literatur mengenai kereta unik ini membuat tidak banyak orang tahu sejarahnya. namun, kecelakaan yang dialami KA Prameks pada medio Oktober 2012 membuat penulis waktu itu tertarik untuk mencari tahu lebih jauh mengenai Prameks. Setelah bertanya ke beberapa pihak dan mencari bahan di internet, akhirnya berhasil disusun sejarah singkat kereta ini.

Belum lengkap apalagi sahih secara menyeluruh. Namun, semoga saja tulisan ini menginspirasi masyarakat terutama Railfans untuk menggali sejarah KA Prameks ini...

Awal mula keberadaan Prameks dimulai dengan beroperasinya Kereta Rel Diesel (KRD) Kuda Putih pada era 1960-1970an.

Sunday, 30 November 2014

Memoar 6: Mengais Rejeki di Makam Kuno

Sering Dikira Nista Namun Membawa Manfaat
 
Bu Rusmin berjalan di antara nisan kuno nan kusam di Kerkop Purworejo
untuk mencari bunga Kamboja. Dok Pri
Siang itu udara panas yang melanda Purworejo tidak begitu terasa di kawasan pemakaman yang terletak di belakang Kantor Dinas Pengairan Purworejo. Sebabnya, di kawasan pemakaman tersebut banyak terdapat pepohonan tinggi dengan pohon-pohon Kamboja yang mengisi beberapa petak pemakaman. Ketika angin bertiup, beberapa bunga kamboja pun berguguran.

Tidak lama kemudian beberapa orang dengan memakai dua batang bambu sebagai penjepit memunguti bunga-bunga Kamboja tersebut, lalu mengumpulkannya dalam sebuah keranjang bambu kecil. Seorang anak muda, seorang ibu dan dua orang pria paruh baya terlihat menyusuri deretan makam kuno yang di nisannya bertuliskan nama-nama orang Belanda, Perancis bahkan Jerman.

Sunday, 23 November 2014

Memoar 2: Klenteng Thong Hwie Kiong Lambang Kerukunan Tiga Kepercayaan


Foto klenteng pada 2012. Dok Pri
Di belakang hiruk-pikuknya aktivitas Pasar Induk Baledono Purworejo, terselip kisah sejarah yang berusia ratusan tahun. Satu bangunan bercorak China berdiri megah menghadap ke pasar. Suasananya yang tenang kontras dengan ramainya pasar yang padat oleh aktivitas jual-beli. Bangunan yang memiliki patung sosok naga di atapnya tersebut adalah bangunan klenteng Thong Hwie Kiong.

Tuesday, 18 November 2014

Nasib Lokomotif Sepur Lebar Terakhir di Yogyakarta

Lokomotif Uap Sepur Lebar Terakhir di SMKN 2 Yogyakarta. Dok pri



Di tengah area parkir SMKN 2 Yogyakarta di jalan A.M. Sangaji 47 Yogyakarta terdapat satu monumen berupa lokomotif uap yang telah dibelah. Bagian dalam ketel dan stang-stang penggerak roda terlihat jelas. Di sepasang rel penahan lokomotif terdapat tulisan KRUPP 1921. Itulah tahun penanda, bahwa lokomotif ini mungkin telah ada bahkan sebelum republik ini berdiri. Yang aneh dari loko itu adalah jarak antar relnya yang lebar dari rel yang bisa ditemui saat ini.

Mohon bantuan kliknya