Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Wednesday 10 December 2014

Memoar 12: Penyayang Ular Besar


Tidak Kapok Meski Pernah Digigit

Memelihara ayam, kambing, atau sapi tentu sudah jadi hal yang biasa. Namun apa jadinya ketika seekor ular besar dipelihara? Itulah yang dilakukan oleh Sugeng Kuswanto (48) warga desa Kalimiru kecamatan Bayan, Purworejo. Sejak sekitar 12 tahun yang lalu ia memelihara seekor ular Phyton Reticulatus. Kini, kesehariannya dihabiskan untuk merawat ular betina yang ia beri nama John Ma itu. Meski bukan pawang ular, namun bagi Sugeng, ular Phyton merupakan peliharaan yang istimewa.
 
Sugeng menunjukkan posisi John Ma yang bersembunyi dalam kegelapan. Dok Pri
Proses Sugeng mendapatkan John Ma memang unik. Sekitar awal 2000 Sugeng yang kala itu bekerja di jakarta ditawari beberapa butir telur ular Phyton oleh seseorang dari Bangka. Orang yang tengah frustasi karena tidak berhasil menjual telur-telur tersebut lantas memberikannya kepada Sugeng. Walau sempat kebingungan mau diapakan, akhirnya Sugeng memutuskan untuk menetaskannya.


"Pikir saya waktu itu, mau nggak mau pasti menetas. Akhirnya saya tetaskan saja seperti kalau menetaskan telur ayam, pake bohlam biar hangat. Sekitar dua minggu kemudian menetas, banyak sekali, 21 ekor anak ular," ujar Sugeng ketika ditemui penulis belum lama ini.

Sugeng yang semakin bingung karena memiliki banyak anak ular akhirnya menjual sebagian anak ularnya dan hanya menyisakan tiga ekor. Tidak lama kemudian ia pulang kampung ke Purworejo. Di sini, ia mulai merawat ketiga ekor ularnya dengan telaten.

"Entah kenapa saya merasa ada semacam perasaan sayang sama ular-ular itu. Tapi sayangnya, kemudian dua ekor mati, tinggal satu. Akhirnya saya fokus merawat yang satu itu sampai besar," jelasnya.

Sugeng menuturkan, satu ekor ular yang tersisa memiliki karakter yang agak agresif. Karena itu ia kemudian memberi nama John Ma, nama yang sengaja dipilihkan untuk menandai keunikan ular tersebut.

"kalau Johnny atau John saja akan sudah lumrah. Setelah mikir, tercetuslah nama itu.Meluncur begitu saja," lanjut Sugeng. Namun belakangan setelah ada pawang yang memeriksa, ternyata John Ma merupakan ular betina. Namun Sugeng tidak mengganti nama ularnya karena sudah terlanjur sayang.

Ada peristiwa unik ketika Sugeng memelihara John Ma di kampungnya. Pada suatu kali ular tersebut raib dari kandangnya. Dicari ke beberapa tempat, Sugeng tidak berhasil menemukannya. Mendadak Sumarni (75) ibunya datang dari kebun sambil membawa John Ma dengan sebatang kayu. Ternyata John Ma baru saja mencari makan di kebun, ia baru saja melahap seekor tikus.

"itu yang membuat saya semakin sayang sama John Ma. Meski bisa keluar, tapi dia tidak menghilang dan diam saja waktu dibawa pulang," ungkap Sugeng bangga.

Memelihara ular, lanjut Sugeng, tidak sesulit memelihara hewan lain. Ia cukup memberi makan ular betina yang kini memiliki tubuh sepanjang tujuh meter itu dua sampai tiga ekor ayam setiap dua bulan. Selain itu, setiap minggunya ia membersihkan kandang John Ma yang berada di samping rumah. 

Mengenai pemberian makan ini, Sugeng memiliki pengalaman yang tidak akan pernah ia lupakan. Pada suatu kali ia lupa memberi makan John Ma karena sibuk. Jadilah malam itu ia memberi makan ular betina itu sambil menenteng senter. Ketika baru saja masuk ke kandang, mendadak tangan yang memegang senter disambar moncong John Ma.

"Saya kaget, tangan saya digigit. Tapi lukanya nggak terlalu dalam. Saya baru ingat, bagaimanapun juga dia masih hewan buas. Kemungkinan dia mengira senter saya sorot mata musuhnya sehingga langsung menyerang," jelas Sugeng. Meski pernah digigit, namun Sugeng tidak lantas takut dan membuang ular itu. Ia hanya belajar bahwa lain kali ia harus lebih hati-hati.

Sumarni, ibu Sugeng menyatakan, ia tidak mempermasalahkan anaknya memiliki kegemaran memelihara ular. Ia bahkan bangga karena tetangga sekitar tidak menolak keberadaan John Ma, bahkan ikut menyayangi ular tersebut.

"Dulu anak saya sering menyebarkan jebakan tikus ke rumah tetangga. Tikus yang ditangkap lantas jadi makanan ular. Dari situ tetangga merasa diuntungkan," jelas Sumarni.
 
John Ma perlahan mendatangi Sugeng. Dok Pri
Selain itu, menurut Sumarni, tetangga jadi bangga karena desanya memiliki keistimewaan, berupa adanya seekor ular besar yang membantu warga mengurangi tikus.(*)

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya