Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri
Showing posts with label Unik. Show all posts
Showing posts with label Unik. Show all posts

Friday, 12 July 2019

Merekam Video Kereta: Antara Momen dan Spot


Para pecinta kereta api sedang berburu momen KA uap di sstasiun Jambu
 

Satu dari beberapa kegiatan railfanning yang menyenangkan dan menantang adalah merekam video kereta api. Tidak sekedar merekam kereta yang lewat, kegiatan ini memerlukan persiapan dan perhitungan khusus agar hasilnya maksimal.

Berdasarkan pengalaman, dalam berburu video kereta api, ada dua faktor penting: momen dan spot alias lokasi. Tentang berbagai hal lain misalnya peralatan masih bisa dipertimbangkan. Namun yang menjadi faktor penting yang menentukan hasilnya adalah momen dan lokasi.


Friday, 15 December 2017

Railclinic, Klinik Berjalan di Rel


Para pecinta kereta api di Indonesia mengenal beberapa jenis KA selain KA reguler untuk penumpang dan barang. Ada KA khusus perawatan jalan rel, KA Inspeksi, hingga KA Ukur. Namun, pada akhir 2015, ada satu jenis KA baru yang muncul: KA Kesehatan.


Friday, 8 December 2017

"Membangkitkan Kembali" Lokomotif Seri BB200

Mengingat Kembali Era Dieselisasi Perkeretaapian Indonesia

 
Kepala Balai yasa Yogyakarta, Eko Purwanto berdiri di samping lokomotif diesel elektrik seri BB200 no 8 di Balai Yasa Yogyakarta, Kamis (28/5). Setelah beberapa waktu lalu sukses merestorasi lokomotif Bima Kunting, PT KAI kembali melakukan restorasi pada lokomotif yang menjadi tonggak sejarah perkeretaapian di Indonesia. Kali ini lokomotif diesel elektrik seri BB200 direstorasi untuk kemudian dibawa ke Ambarawa untuk melengkapi koleksi museum perkeretaapian di sana.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya, demikian Bung Karno pernah berkata. Mengingat sejarah memang memberikan banyak pelajaran berharga, termasuk bagaiman menatap masa depan. itulah rupanya yang sedang dilakukan oleh jajaran PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Setelah beberapa waktu lalu sukses merestorasi lokomotif Bima Kunting, PT KAI kembali melakukan restorasi pada lokomotif yang menjadi tonggak sejarah perkeretaapian di Indonesia. Kali ini lokomotif diesel elektrik seri BB200 direstorasi untuk kemudian dibawa ke Ambarawa untuk melengkapi koleksi museum perkeretaapian di sana.

PT KAI memang gencar untuk melakukan restorasi pada aset bersejarahnya. Setelah sukses merestorasi beberapa stasiun dan mengumpulkan benda bersejarah seputar perkeretaapian, sarana kereta api mendapat gilirannya. 
 
Dihimpun dari berbagai sumber, tercatat PT KAI telah sukses melakukan langkah besar menghidupkan lokomotif diesel pertama seri CC200, kemudian lokomotif uap seri E10 yang dikenal sebagai Mak Itam, lokomotif uap C12 yang dikenal sebagai Jaladara, hingga restorasi Bima Kunting yang kini sedang menanti sentuhan selanjutnya di Taman Benteng Vredeburg di Yogyakarta.

Tuesday, 17 March 2015

Memoar 27: Pesona Desainer Muda

Body Painting Art ala Siswi SMKN 3 Purworejo
 
Beberapa peserta ujian kompetensi merias sedang berfoto bersama teman yang menjadi obyek riasannya. Dok Pri
Purworejo memang layak menyandang kota segudang bakat. Tidak hanya orang-orang besar dan berpengaruh yang lahir di kota ini, namun banyak pakar pula yang lahir. Tidak hanya mereka yang telah “jadi” namun yang muda pun telah menunjukkan potensinya.

Satu contohnya adalah SMKN 3 Purworejo. Sekolah yang terletak tidak jauh dari alun-alun Purworejo ini menyimpan bakat-bakat luar biasa dalam bidangnya. Hal itu bisa dilihat ketika setiap beberapa bulan sekolah menampilkan kelebihan siswanya.

Thursday, 19 February 2015

Uniknya Kotagede Night Tour

Melihat Kotaraja di Malam Hari

Sebagai bekas Ibukota Kerajaan Mataram, Kotagede menyimpan banyak peninggalan bersejarah selain pesona kerajinan peraknya. Berbagai situs peninggalan sejarah masa lalu bertebaran di daerah ini.
Para peserta Kotagede Night Tour sedang mengikuti rute tour. Dok Massatrust




Berbagai cara pun bisa ditempuh untuk menikmati dan mengagumi pesona lampau tersebut. Selain tur umum yang banyak ditawarkan agen perjalanan wisata pada umumnya, banyak cara lain yang bisa ditempuh.

Keindahan dan pesona Kotagede tergambar pada  jalan-jalan sempit, dengan toko-toko perak tradisional dan rumah berubin mosaik berjajar di tepi jalan. Kota ini juga dipenuhi bangunan kuno yang merupakan rumah pedagang Arab dan Belanda. Sementara itu, masyarakat Kotagede hidup dalam nuansa kehidupan masyarakat Jawa yang masih kental.

Tidak hanya menawarkan eksotisme obyek wisata, namun melongok lebih jauh ke dalam jantung kehidupan masyarakatnya. Itulah yang ditawarkan oleh Kotagede Night Tour.

Berbeda dengan tur pada umumnya yang dilakukan pada pagi atau siang hari, tour ini dilakukan pada sore atau malam hari. Tujuannya, melihat sisi lain Kotagede yang selama ini nyaris tak tersentuh turis.

Tuesday, 3 February 2015

Mengantar Karya Kebanggaan Bangsa



Ternyata Indonesia Telah Mampu 

Memroduksi Lokomotif pada 1960an




Lokomotif Bima Kunting yang telah selesai dipreservasi dicuci dan diparkir di spoor cucian Balai Yasa Yogyakarta. Dok Pri
PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan pemindahan lokomotif Bima Kunting pada Kamis (29/1/2015). Tentunya ada alasan kuat mengapa lokomotif ini menjadi pilihan untuk dipindah ke Museum Benteng Vredeburg dari kebun Balai Yasa Yogyakarta. Ke depannya, lokomotif ini akan menjadi monumen untuk menumbuhkan kecintaan pada perkeretaapian dalam negeri.

Di tengah gencarnya berbagai macam produk dan teknologi impor, siapa menyangka bangsa Indonesia sebenarnya telah cukup maju dalam teknologi. Satu contohnya adalah Bima Kunting yang merupakan lokomotif diesel produksi anak bangsa. Hebatnya, hal itu dilakukan pada 1960an!

Saturday, 31 January 2015

Memoar 26: Perkumpulan Kecil yang Membesarkan

-Merangkai Kecintaan pada Purworejo melalui Dunia Maya-

Berinteraksi di dunia nyata terbatas ruang dan waktu sedangkan di dunia maya, hanya dengan sentuhan jari maka semuanya berada dalam jangkauan. Itulah yang dilakukan oleh tiga warga Purworejo. Melalui jejaring sosial twitter, mereka merangkai kecintaan terhadap Purworejo menggunakan akun yang mereka buat. hasilnya luar biasa, tidak hanya sekedar jalinan komunikasi, namun interaksi bergulir ke berbagai sisi kehidupan.
 
Ketiga admin PurworejoUpdate dan AsliPoerworedjo melakukan aktivitas meng-admin akun twitter PU. dok Pri
Adalah Nanang (33) seorang warga Purworejo yang mengaku sangat mencintai kota kelahirannya, Purworejo. Meskipun telah melalang buana ke berbagai daerah di Indonesia, namun tidak sekalipun ia terbersit untuk meninggalkan identitasnya sebagai seorang warga Purworejo. 

Wednesday, 28 January 2015

Memoar 25: Saksi KLB Hijrah Presiden Soekarno

Mbah Atmo Sempat Melihat
Bung Karno Naik Kereta Api Uap

Belasan kuli angkut atau yang biasa dikenal dengan istilah porter terlihat berdiri di peron stasiun Kutoarjo siang itu. Mereka menatap ke arah barat menyongsong kedatangan KA Kutojaya Selatan yang akan segera memasuki stasiun. Ketika kereta mulai melambat, tanpa menunggu kereta berhenti mereka naik ke atas kereta untuk menyongsong rejeki: membantu mengangkut barang bawaan milik penumpang.
Petugas porter sedang melayani penumpang yang turun di stasiun Kutoarjo. Dok Pri

Dalam kumpulan belasan porter berseragam kuning tersebut, satu sosok pria lanjut usia turut berdiri menyongsong laju kereta. Meski tidak segesit porter lainnya, namun ia tanpa ragu ataupun takut meloncat ketika kereta mulai berhenti. Tidak lama kemudian ia mendapatkan klien pertamanya. Satu koper berukuran besar dipanggulnya.

Tidak ada gerakan gemetar maupun terhuyung ketika Mbah Atmo, demikian nama pria lanjut usia itu mengangkat barang bawaan milik seorang penumpang. Sigap ia mengikuti pengguna jasanya keluar menuju teras stasiun. Setelah itu upah beberapa kembar uang dua ribu dan seribu rupiah dimasukkannya ke kantong ditemani senyuman lega.

Monday, 22 December 2014

Memoar 23: Uniknya Barter Dawet Ketika Musim Panen

Inun Berkeliling Setahun Penuh

Tak punya sawah namun memanen gabah. Tak menggarap sawah namun menjual gabah. Itulah kiranya kata yang cocok untuk menggambarkan para pedagang dawet putih dari desa Kaliagung kecamatan Bagelen kabupaten Purworejo ini.

Sejak puluhan tahun yang lalu, warga desa tersebut telah menggeluti profesi pedagang dawet. Namun, mereka bukan pedagang biasa. Tidak seperti umumnya pedagang dawet yang mendapatkan hasil berupa uang, mereka mendapatkan gabah. 
 
Seorang pedagang dawet barter sedang menyiapkan dagangannya. Dok Pri
Cara berjualannya pun unik, mereka menjajakan dawet kepada para petani yang sedang memanen padinya. Pagi mereka mengantar dawet, siang hari mereka berkeliling memunguti gabah pembayaran. Pada musim panen seperti sekarang, itulah waktu ketika mereka mulai beraksi.

Saturday, 20 December 2014

Memoar 21: Obelisk di Purworejo

Kokohnya Monumen Pembangunan Jalan Purworejo-Magelang

Bangunan bersejarah dengan segala keunikannya memang banyak dijumpai di wilayah Kabupaten Purworejo. Satu dari sekian banyak bangunan itu adalah tugu peringatan pembangunan jalan penghubung Kabupaten Puworejo dengan Magelang. Monumen yang terletak di Desa Bener, Kecamatan Bener ini menyimpan banyak hal menarik yang tersimpan meski kondisinya kini kurang terawat.
 
Monumen pembangunan jalan Purworejo-Magelang yang berbentuk seperti obelisk. Dok Pri
Pada masanya bangunan tugu yang masih terlihat kokoh berdiri ini di pinggir Jalan Raya Purworejo-Magelang Km 14, Desa Bener, Kecamatan Bener ini dijadikan sebagai penanda mulai dibukanya proyek pembangunan jalan raya penghubung Purworejo dan Magelang. Proyek pembangunan jalan ini di diketahui dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda yang saat itu tengah menjajah Indonesia.

Friday, 19 December 2014

Memoar 20: Manis dan Gurihnya Kue Lompong

Kue Tradisional Perpaduan Budaya
Purworejo memiliki beberapa makanan khas yang selalu dicari penggemarnya. Satu di antaranya adalah Kue Lompong. Kekhasan rasanya menjadikan kue ini selalu dicari warga Purworejo perantau ketika kembali ke daerahnya. Peluang inilah yang ditangkap oleh Sulimah (45) warga Jln Brigjend Katamso 50A Pangen Juru Tengah Kelurahan/Kecamatan Purworejo.
Sulimah menunjukkan kue lompong buatannya. Dok Pri

Sekitar tiga tahun menekuni usaha pembuatan kue Lompong, Sulimah kini menjadi satu dari sekian pembuat Kue Lompong yang kebanjiran pesanan kala liburan tiba. Masa liburan sekolah memang menjadi masa-masa sibuk bagi Ema, demikian Sulimah dipanggil. Pesanan Kue Lompong membludak dari para warga Purworejo perantau yang sedang mudik. Rupanya rasa khas Kue Lompong menjadi primadona tersendiri.

"Ya memang andalannya kalau liburan, seperti liburan Natal dan Tahun Baru ini. Produksi saya bisa meningkat sampai dua kali lipat. Biasanya buat dua kilo sehari, bisa sampai empat atau lima kilo kalau liburan," jelas Ema ketika ditemui di rumahnya, Minggu (6/1/2013).

Menurut Ema, para pembeli umumnya kangen dengan rasa kue Lompong yang khas. Selain menikmati kekhasan Purworejo melalui makanan, tidak sedikit yang memborongnya sebagai oleh-oleh. Dengan harga Rp 1200-2000 per biji, manisnya kue yang berwarna hitam dengan isi kacang sudah bisa dinikmati. Tentunya bukan sekedar manis, sentuhan merang bakar dan rebusan gagang Lompong (talas) memperkaya cita rasanya.

Thursday, 18 December 2014

Memoar 19: Grebeg Sulutu di Bagelen

Khasanah Budaya Bagelen yang Unik dan Menarik

Purworejo memiliki berbagai khasanah budaya yang luar biasa dan beragam. Semuanya mencerminkan kehidupan masyarakatnya yang hidup dalam harmoni dengan alam dan sesama. Satu contohnya adalah berbagai acara kebudayaan misalnya Grebeg Sulutu yang ada di Kecamatan Bagelen. Seandainya dikemas dalam acara yang mendapat dukungan pemerintah, tentu tidak hanya Grebeg Sulutu, namun berbagai khasanah kebudayaan lainnya bisa menjadi atraksi wisata budaya yang menarik minat banyak wisatawan.
Puluhan warga berebut gunungan berisi hasil bumi dalam acara grebeg Sulutu di desa Kalirejo kecamatan Bagelen, Purworejo, Minggu (2/12/2012). Meski hujan deras mengguyur, namun warga tetap antusias berebut isi gunungan.


Satu contoh Grebeg Salutu adalah yang diselenggarakan oleh ratusan warga desa Kalirejo kecamatan Bagelen, Purworejo, Minggu (2/12/2012). Dalam grebeg ini warga menampilkan berbagai kesenian seraya berziarah ke dua petilasan di wilayah Bagelen, Purworejo. Acara ini merupakan event tahunan yang diharapkan mendukung upaya desa ini menjadi desa wisata dalam waktu dekat.

Wednesday, 17 December 2014

Memoar 18: Merti Desa Kolosal di Puncak Gunung di Purworejo

Merti Desa, Warga Sembelih 4.220 Ayam

Luar biasa, itulah kiranya kata yang tepat untuk menggambarkan upaya warga desa Kemranggen kecamatan Bruno, Purworejo. Dalam menyelenggarakan tradisi merti desa (semacam bersih desa), warga menyembelih 4.220 ekor ayam. Total dana yang dihabiskan mencapai Rp 217.728.450.
 
Ribuan Ayam menjadi bagian acara merti desa. Dok Pri
Merti desa merupakan acara syukuran setelah warga panen padi. Dengan diadakannya acara itu, warga berharap panen berikutnya hasilnya akan lebih baik. Selain itu, acara tersebut juga untuk mendoakan para leluhur masyarakat setempat sekaligus melestarikan budaya yang ada.

Sebagai bagian acara, warga menyajikan puluhan ambeng yang diletakkan di atas lincak. Rata-rata setiap ambeng dibuat oleh beberapa warga yang tergabung dalam kelompok. Acara merti desa sendiri dimulai sore hari sekitar pukul 17.00.

“Tahun ini meningkat, jika tahun 2009 hanya 49 ambeng, sekarang 51 ambeng, dan tahun 2009 hanya 3.289 ayam sekarang 4.220, selisih 930an ekor,” terang ketua panitia merti desa, Wasikun, Kamis (27/12/2012) sore.

Kegiatan merti desa yang dilakukan setiap tiga tahun sekali, dilakukan di halaman rumah kepala desa Kemranggen dan dihadiri Bupati Purworejo, Muspika kecamatan Bruno dan undangan dari desa sekitar dengan jumlah undangan mencapai sekitar 1.700 orang.

Dalam kesempatan itu Bupati Purworejo selain hadir dalam merti desa di Desa Kemranggen, pihaknya juga memberikan sertifikat kepada Desa Kemranggen untuk dicanangkan sebagai Desa Wisata dan Desa dengan semboyan stop buang air besar sembarangan.

Bupati mengatakan bahwa Desa Kemranggen merupakan satu desa di Kecamatan Bruno yang memunyai berbagai potensi wisata dan banyak budaya lain yang layak dilestarikan. “Dengan didukung oleh kesepakatan masyarakat dalam pencanangan untuk tidak membuang air besar di sembarang tempat, diharapkan desa Kemranggen menjadi desa percontohan dalam budaya yang baik, dan sebagai satu desa wisata yang bisa menjadi andalan Purworejo,” ujar Bupati.

Tuesday, 16 December 2014

Memoar 17: Ritual Menjamas Jaran Kepang

Agar Roh Jahat Tak Masuk


Jaran Kepang merupakan satu bentuk kesenian rakyat yang telah lama berkembang di nusantara. Globalisasi yang terwujud dalam maraknya budaya asing masuk ke Indonesia memang cukup mempengaruhi kelangsungan hidup berbagai kebudayaan nasional Indonesia, tidak terkecuali Jaran Kepang. Namun di Purworejo, kesenian ini memiliki cara sendiri untuk bertahan bahkan berkembang.


Hal itulah yang terlihat dalam kegiatan beberapa warga dusun Krajan Kulon desa Kemanukan kecamatan Bagelen, Purworejo. Pada Minggu (9/12/2012) mereka secara bergotong-royong "menjamas" peralatan Jaran Kepang yang mereka miliki. Inilah sebagai bukti, bahwa sesungguhnya masyarakat di Purworejo masih mencintai budaya sendiri.
 
Puluhan anggota kelompok kesenian Jaran Kepang "Karya Budaya" melakukan prosesi jamasan peralatan Jaran Kepang. Dok Pri
Bagi kelompok warga tersebut, peralatan Jaran Kepang bagaikan pusaka yang harus dirawat secara rutin. Tidak ubahnya keris yang dijamas setiap bulan Sura dalam penanggalan Jawa, berbagai peralatan Jaran Kepang dibersihkan dan diset kembali seperti keadaan awalnya.

Monday, 15 December 2014

Memoar 16: Uniknya Salon Kambing


Geliat Usaha Salon Kambing di tengah Berkembangnya Peternakan Kambing

Purworejo dikenal sebagai daerah asal kambing unggulan Peranakan Ettawa (PE) dengan ras Kaligesing. Hal ini membuat banyak peternak baik dari luar  dan dalam Purworejo mengusahakan peternakan kambing PE tersebut. Banyaknya kambing PE ini dimanfaatkan oleh Y Sumarno (51), warga dusun Kalikotak Desa Tlogoguwo Kecamatan Kaligesing, Purworejo untuk membuka usaha salon kambing.

Usaha yang ditekuni oleh Sumarno sejak 2007 ini memang unik dan berbeda. Apabila terpikir kata salon, tentu orang akan berpikir suatu tempat dimana penampilan dipoles dan disempurnakan. Demikian pula yang dilakukan Sumarno, bedanya, ia memoles dan dan menyempurnakan penampilan kambing.
 
Kambing jantan terkuat sekalipun tidak akan bisa berontak ketika sudah dipasang di alat penjepit milik Sumarno. Dok Pri
"Awalnya usaha ini berangkat dari keprihatinan harga kambing jatuh karena penampilannya kurang baik. Hal itu bisa disebabkan oleh tanduk yang tidak simetris, patah sebelah, ataupun melengkung menusuk kulit kepala. Kalau sudah begitu, harganya bisa turun drastis,

Sunday, 14 December 2014

Memoar 15: Mata Air Asin di Pegunungan


Mata Air Bayuasin, Tak Pernah Kering di Musim Kemarau


Sekalipun sebagian wilayahnya berada daerah perbukitan, namun ada satu wilayah di kecamatan Loano, Kab Purworejo yang diberi nama "Banyuasin." Ternyata nama tersebut berasal dari nama mata air Banyuasin yang berada di dukuh Ngemplak, desa Banyuasin Spare, kec Loano, Purworejo. Mata air tersebut tidak pernah kering di musim kemarau.


Sesuai namanya, air yang dihasilkan mata air tersebut berasa asin, jauh berbeda dengan beberapa mata air lain di sekitarnya.
Sriyanto mengambil segayung air asin dari mata air Banyuasin. Dok Pri

Sekretaris desa Banyuasin Spare, Sriyanto (50), yang juga menjadi penjaga mata air tersebut menyatakan, mata air tersebut sering dikunjungi orang dari jauh karena diduga memiliki tuah.

Friday, 12 December 2014

Memoar 13: Masjid Unik di Purworejo

Masjid Berarsitektur Hindu-Islam yang Miliki Lingga-Yoni Sebagai Dasar Bangunan

Purworejo memiliki sekitar 159 benda cagar budaya (BCB), sepuluh diantaranya berupa bangunan masjid. Keberadaan masjid-masjid BCB tersebut tersebar di berbagai wilayah di Kabupaten Purworejo.
Jemaah sedang beribadah di masjid An Nur. Dok Pri

Dari data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo, kesepuluh masjid itu adalah Masjid Santren dan Sunan Geseng di Desa/Kecamatan Bagelen, Masjid An Nur di Purwodadi, Masjid Tiban di Jenar Kidul Kecamatan Purwodadi), Masjid Janatun Na'im di Desa Dlangu Kecamatan Butuh, Masjid Al Izhar di Kelurahan/Kecamatan Kutoarjo, Masjid Darul Mutaqien di Kelurahan/Kecamatan Purworejo), Masjid Al Iman di Loano dan dua masjid lagi di wilayah Cangkrep Lor Purworejo dan Banyuurip.

Satu dari kesepuluh masjid tersebut yaitu Masjid An Nur yang berada di Purwodadi, memiliki keistimewaan berupa dua pasang lingga yoni yang menjadi

Mohon bantuan kliknya