Bibit-Bibit
Penebus Rasa Bersalah
Purworejo, terutama wilayah pegunungan yaitu Kaligesing, Bener, Bruno,
Loano, Pituruh dan Kemiri memang terkenal dengan hasil hutannya. Selain itu,
beberapa komoditas unggulan misalnya manggis, durian, cengkeh, duku, kokosan
terus dikembangkan.
Tidak melulu mengandalkan hasil hutan, Purworejo juga telah memiliki
lahan budidaya tanaman komoditas. Bibitnya pun diperoleh dari dalam wilayah
Purworejo sendiri.
Sementara itu, kawasan hutan yang dulu memenuhi kawasan Perbukitan
Menoreh di wilayah Purworejo pada masa reformasi mengalami deforestasi hebat.
Penebangan merajalela tanpa diimbangi penghijauan yang memadai. Akibatnya,
sejumlah bencana mengancam misalnya longsor dan kekeringan.
Lantas, apa hubungan komoditas unggulan dengan deforestasi tersebut?
Rupanya, pada saat terjadi aksi penebangan, tidak sedikit penebang yang mulai
memikirkan dampaknya ke depan. Mereka dalam hati merasa bersalah kepada alam
karena telah ikut dalam perusakan hutan. Satu di antaranya dialami oleh seorang
warga Kaligesing.
Mengawali usaha sebagai penjual kayu, Suwadi (57) merasa bersalah kepada
alam. Rasa bersalahnya itu berusaha ia tebus dengan menjadi pengusaha bibit
tanaman. Kini ia menjadi pengusaha bibit tanaman yang sukses dengan produknya
dijual sampai ke luar pulau Jawa.
"Usaha ini sebagai salah satu wujud penebusan rasa bersalah saya
karena telah menebangi pohon. Jadi kini saya berbalik menjadi penanam pohon
dengan membuat bibit sebanyak mungkin
," jelas Suwadi ketika ditemui penulis, medio 2012. Di rumahnya yang sedang dalam proses pembangunan, di dukuh Jeruk Purut, Desa Kaliharjo, Kec Kaligesing, Kab Purworejo, Suwadi menceritakan usahanya yang penuh perjuangan.
," jelas Suwadi ketika ditemui penulis, medio 2012. Di rumahnya yang sedang dalam proses pembangunan, di dukuh Jeruk Purut, Desa Kaliharjo, Kec Kaligesing, Kab Purworejo, Suwadi menceritakan usahanya yang penuh perjuangan.
Sejak 1990 Suwadi telah berusaha mempelajari usaha pembuatan bibit.
Selama dua tahun ia belajar pada seorang penjual bibit sembari masih menekuni
usaha kayunya. Namun pada 1992 ia mantap melangkah menjadi pengusaha bibit
tanaman dan telah mengantongi ijin dari Dinas Pertanian dan Kehutanan
Purworejo. Berbagai bibit tanaman buah yakni Manggis, Duku, Kokosan, Langsep,
dan juga tanaman lain berupa Cengkeh, Situs, dan berbagai tanaman produktif
lain.
"Pokoknya, sepanjang bibit tanaman yang tidak dilarang pemerintah
seperti ganja, saya akan berusaha memenuhi permintaan," jelasnya.
Suwadi telaten mengurus ribuan batang bibit yang ia miliki. Hal ini ia lakukan sebagai penebusan rasa bersalah setelah ikut dalam perusakan hutan. Dok Pri |
Menurut Suwadi, orang-orang di desanya belum banyak yang berusaha
pembuatan bibit meski ia telah menjadi tujuan utama para pencari bibit dari
Purworejo dan sekitarnya. Bahkan, ia pernah diledek ketika sedang mengurus
bibit-bibitnya.
"Kerja koq kaya anak kecil, mainan tanah dan tanaman seperti itu.
Apa ya bisa hidup? Begitulah ledekan tetangga saya. Namun, mereka tidak tahu
bahwa usaha saya ini telah mampu menghidupi keluarga saya," lanjut Suwadi kemudian
tertawa. Tidak heran memang, dari hasil usahanya ini ia telah berhasil membeli
tanah di tiga tempat dan mempermanenkan rumahnya.
Menurut pengakuan Suwadi, para penangkar tanaman dari daerah Loano dan
Bener yang selama ini terkenal karena bibitnya, sebenarnya malah membeli bibit
darinya. Bahkan, manggis dan durian Somongari yang terkenal sampai luar
Purworejo, bibitnya ada yang berasal dari pembibitan miliknya. Selain itu,
belum lama ini bibitnya dikirim sampai ke Bali, Lampung, dan Kalimantan.
"Orang di Somongari memang sangat telaten merawat tanaman Manggis
dan Durian. Karena itu tidak heran hasil di sana bagus dan dicari orang.
Seandainya saja di Kaligesing ini bisa seperti itu, tentu Kaligesing tidak
hanya akan terkenal karena bibit manggis, namun juga buah manggis,"
lanjutnya.
Suwadi sangat menyayangkan antusiasme warga sekitarnya yang tidak
terlalu kuat menangkap peluang usaha yang sangat menjanjikan ini. Menurutnya,
apabila produksi manggis Kaligesing bisa dikembangkan, ada banyak potensi lain
yang mengikuti. Satu di antaranya adalah kulit manggis, potensi dari kulit
manggis ini berprospek cerah.
"Saya bisa bangun atap rumah saya ini hanya dari penjualan kulit
manggis saja," jelas Suwadi lagi. Tidak heran memang, karena harga kulit
manggis satu kilonya nyaris sama dengan satu kilo buah manggis.
Bapak berputra tiga ini tidak hanya sekedar menyimpan ilmu pembibitan
yang baik untuk dirinya sendiri, namun ia juga berusaha membagikannya kepada
banyak orang. Beberapa kali ia diundang sebagai pembicara oleh Dinas Pertanian
dan Kehutanan Purworejo. Bahkan, ia pernah diundang sebagai pembicara teknik
pembibitan sampai ke Purbalingga.
"Pembibitan memang bukan usaha yang mudah, diperlukan skill,
ketelatenan, dan kejelian dalam merawat tanaman. Mungkin karena itu belum
banyak orang yang berminat menekuni usaha ini," ujar Suwadi. Menurutnya,
di Kaligesing ini baru ada sekitar tiga orang yang menekuni pembibitan. Untuk
saat ini, ia terus berharap keberhasilannya ini akan diikuti oleh warga di
sekitarnya.
Suwadi memerlihatkan bibit-bibit yang ia rawat penuh kasih sayang. Dok Pri |
No comments:
Post a Comment