Opak
Singkong Purworejo Laris Manis Diserbu Pembeli
Bentuknya bulat pipih, mirip dengan
tatakan gelas. Namun bentuk pipih itu akan mengembang ketika digoreng. Siapapun
yang menyantapnya akan merasakan gurihnya paduan singkong dan loncang. Itulah
opak, makanan tradisional yang diproduksi di dusun Cikalan, desa Bulus,
Kecamatan Gebang, Purworejo. Kelezatan makanan ini begitu memikat sehingga
pengrajin tidak pernah kesulitan menjual. Sayangnya, produksinya masih sebatas
di kawasan Kabupaten Purworejo saja.
Trenggono (57) satu dari tiga pengrajin
opak di dusun Cikalan mengungkapkan, ia tidak tahu persis sejak kapan warga
mulai membuat opak. Kebiasaan dan cara membuat opak telah diturunkan dari
generasi ke generasi berikutnya.
"Untuk warga sendiri memang sudah
membuat opak sejak puluhan tahun yang lalu. Cara pembuatannya diturunkan dari
bapak ke anak, hingga akhirnya ada yang menekuni usaha ini sebagai mata
pencaharian," ujarnya.
Bahan pembuatan opak memang cukup
sederhana. Sebagai bahan utama adalah parutan singkong. Setelah jadi adonan
kemudian bawang putih, garam, dan irisan loncang ditambahkan.
Cara pembuatannya juga sederhana dan
cukup mudah dilakukan. Adonan yang telah diberi bumbu kemudian dibentuk di atas
piring besi berdiameter sekitar 15 cm. Setelah itu piring diletakkan di atas
panci berisi berisi air mendidih sehingga adonan terkena uap panas.
"Sekitar lima menit diuapi uap
panas, adonan kemudian diambil dan diletakkan di atas papan penjemuran,"
jelas Trenggono.
Setelah dicetak, adonan opak kemudian diletakkan di anyaman daun kelapa untuk kemudian dijemur. Dok Pri |
Namun, keistimewaan opak buatan warga
desa Bulus terletak di sini. Papan penjemuran bukan papan biasa melainkan
semacam alas yang terbuat dari jalinan daun kelapa kering. Aroma dari daun
kelapa ini menurut Trenggono semakin memperkuat aroma gurih pada
opak. Agar bisa kering, opak cukup dijemur setengah hari saja. Setelah
kering, opak akan mengeras dengan warna kekuningan. Sesekali terdapat irisan
daun loncang yang masih terlihat.
Dalam sehari Trenggono bisa memproduksi
opak sampai 600 keping opak yang memerlukan bahan singkong sebanyak 15
kilogram. Ia mulai membuat opak sekitar pukul 07.00 sampai sekitar pukul 13.00.
Opak produksinya kemudian diambil oleh pembeli yang menjualnya kembali ke
berbagai pasar di Purworejo.
"Opak itu setelah matang enaknya
dimakan bersama sambal lotis. Rasa gurihnya akan semakin kuat ketika bertemu
sambal," ulas Trenggono.
Pria beranak dua ini mengungkapkan,
selama menjadi pembuat opak, ia belum pernah mengalami opak buatannya tidak
habis terjual. Menurutnya, karena harganya yang murah--hanya Rp 1200-1500 per
ikat (berisi 10 keping opak), masyarakat banyak yang menggemarinya. Terlebih
lagi rasanya khas dengan gurih yang disebabkan bumbu bawang dan aroma daun
kelapa.
Namun, sejumlah kendala masih ditemui
pengrajin opak. Manisih (50) istri Trenggono mengungkapkan, pengrajin opak
cukup kesulitan memperoleh bahan baku berupa singkong mentah.
"Singkong harus didatangkan dari
Girijoyo, Kemiri. Produksi singkong di sekitar sini tidak mencukupi. Selain
itu, kalau musim kemarau singkong lumayan susah dicari. Untung sekarang musim
hujan sudah dekat, jadinya agak mudah nyarinya," jelas Manisih.
Meski opaknya selalu laris terjual,
namunTrenggono mengaku belum memiliki rencana untuk menambah produksinya. Ia
mengaku sudah cukup puas opaknya selalu habis.
"Kalau sudah laris begini ya sudah.
Mau ngapain lagi. Kalau mau ditambah produksinya kami kesulitan modal,"
tutupnya.(*)
No comments:
Post a Comment