Purworejo memiliki sekitar 159 benda cagar budaya (BCB), sepuluh diantaranya berupa bangunan masjid. Keberadaan masjid-masjid BCB tersebut tersebar di berbagai wilayah di Kabupaten Purworejo.
Jemaah sedang beribadah di masjid An Nur. Dok Pri |
Dari data yang diperoleh
dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo, kesepuluh masjid itu adalah
Masjid Santren dan Sunan Geseng di Desa/Kecamatan Bagelen, Masjid An Nur di
Purwodadi, Masjid Tiban di Jenar Kidul Kecamatan Purwodadi), Masjid Janatun
Na'im di Desa Dlangu Kecamatan Butuh, Masjid Al Izhar di Kelurahan/Kecamatan
Kutoarjo, Masjid Darul Mutaqien di Kelurahan/Kecamatan Purworejo), Masjid Al
Iman di Loano dan dua masjid lagi di wilayah Cangkrep Lor Purworejo dan
Banyuurip.
Satu dari kesepuluh
masjid tersebut yaitu Masjid An Nur yang berada di Purwodadi, memiliki
keistimewaan berupa dua pasang lingga yoni yang menjadi
dasar tiang bangunan masjid. Sebenarnya ada empat pasang, namun dua lainnya telah dipotong oleh warga karena dipandang mengganggu lalu lalang jemaah.
dasar tiang bangunan masjid. Sebenarnya ada empat pasang, namun dua lainnya telah dipotong oleh warga karena dipandang mengganggu lalu lalang jemaah.
Suharjo (77) seorang
sesepuh warga Jenar, Purwodadi menyatakan, pemotongan yoni yang menyembul di
bawah tiang utama masjid tidak diketahui pasti kapan dilakukannya. "Sejak
saya kecil, pucuk yoni sudah terpotong seperti itu, namun saya tidak tahu
persisnya kapan," jelasnya, ketika ditemui di teras masjid An Nur.
Keistimewaan lainnya, di
tiang yang berada di sebelah kanan depan menghadap mimbar, terdapat fasi lingga.
Menurut Suharjo, masjid
An Nur pernah mengalami satu kali rehab pada tahun 1971. Rehab dilakukan untuk
memperkuat beberapa bagian bangunan masjid yang telah keropos. Di sekitar tiang
utama ditambahkan tiang beton yang ditutup dengan papan kayu agar tidak merusak
kesan klasik yang ada pada masjid ini.
Keistimewaan lainnya,
masjid ini memiliki bedug yang dibuat dari pohon yang sama yang dijadikan bedug
di Masjid Agung Purworejo. Hanya saja, bedug di Masjid An Nur ini menggunakan
kayu batang pohon bagian ujung sehingga lebih kecil dari bedug di masjid agung
yang menggunakan kayu bagian pangkal.
Bedug di masjid An Nur Purwodadi, Purworejo. Dok Pri |
Menurut Suharjo, satu
kejadian memilukan pernah terjadi pada masjid ini. Sekitar tahun 1980an seorang
anak yang sedang membersihkan langit-langit masjid dari kotoran kelelawar jatuh
dan meninggal. Diduga, langit-langit masjid telah keropos. Sejak itu,
langit-langit masjid dicopot dan ventilasi diganti kaca agar kelelawar tidak
bisa masuk.
Samani (56) seorang
pengunjung yang mengaku berasal dari Jawa Timur menyatakan, ia tertarik dengan
keunikan masjid ini. Menurutnya, belum pernah ia melihat masjid lain yang
memiliki lingga dan yoni seperti yang dimiliki masjid An Nur.
"Saya belum pernah
melihat ada masjid lain yang memiliki bangunan seperti ini," ujarnya.
Sementara itu Kasi
Sejarah, Kepurbakalaan dan Nilai-nilai Tradisional Dinas Pendidikan Kabupaten
Purworejo Drs Eko Riyanto ketika dihubungi penulis mengatakan, dari
perbincangan dirinya dengan arkeolog lain di Jawa Tengah, keberadaan lingga
yoni dalam masjid hanya ada di Purworejo.
Lingga dan Yoni pada bangunan masjid An Nur. Dok Pri |
"Sejauh ini yang
saya tahu hanya masjid An Nur yang memiliki lingga dan yoni. Masjid BCB lainnya
sepengetahuan saya tidak ada yang seperti ini," jelasnya.
Eko meyakini penggunaan
yoni dan lingga yoni dalam masjid menjadi salah satu daya pikat penyebar Islam
untuk masuk ke Purworejo. Kentalnya pengaruh Hindu membuat para penyebar Islam
kemudian mengakulturasi kebudayaan Hindu dengan Islam.
Mengenai usia masjid dan
kapan pendiriannya, Eko tidak bisa menjabarkan secara pasti. "Dari sepuluh
masjid, hanya tiga masjid saja yang memiliki penunjuk angka. Ketiga masjid tersebut
adalah Masjid Santren, Darul Mutaqien dan Al Izhar," jelasnya.(*)
No comments:
Post a Comment