Ketika Stasiun Wonogiri Berbenah Diri
Railbus Bathara Kresna stand by di jalur 1 Stasiun Pruwosari sebelum diberangkatkan ke Wonogiri. Dok Pri |
Kalau tidak
salah, sudah hampir empat tahun jalur kereta api Purwosari (Solo) ke Wonogiri
tidak aktif. Sebelumnya, selama beberapa tahun jalur ini dirayapi KA Feeder
Bengawan. Banyak kenangan unik penulis di jalur tersebut.
Pada Kamis
(4/12/2014) kesempatan untuk menengok jalur ini pun datang kembali. PT Kereta
Api Indonesia (KAI) bersama pemerintah daerah di sepanjang jalur mengadakan
ujicoba Railbus Bathara Kresna. Sebetulnya ini bukan ujicoba yang pertama kali.
Beberapa kali jalur ini dicoba baik menggunakan Railbus maupun KRDH Prameks.
Bahkan seminggu sebelumnya juga ada ujicoba menggunakan railbus. Namun waktu
itu saya tidak dapat ikut karena informasi yang mendadak dan sudah ada jadwal
acara.
Akhirnya
jadilah Kamis pagi itu saya bergegas ke Stasiun Purwosari bersama beberapa
rekan dari RFYK. Kami menggunakan KA Sriwedari dari Stasiun Tugu yang berangkat
pukul 05.30. Sebab, kami dijadwalkan sebelum pukul 09.00 sudah harus sampai di
Purwosari. Humas PT KAI Daop VI Yogyakarta, pak Bambang S Prayitno yang
mengundang kami meminta kami datang tepat waktu. Sebab, Railbus dijadwalkan
berangkat pukul 09.00. Yang terpenting, dalam perjalanan ini akan ikut pula
beberapa pejabat penting misalnya EVP Daop VI Yogyakarta pak Sunarjo.
Perjalanan
dengan KA Sriwedari tergolong lancar. Penumpang cukup penuh meskipun bukan
akhir pekan. KA pun sampai di tujuan tepat waktu.
Sebelum pukul 09.00 WIB, railbus Bathara Kresna tiba dari stasiun Solo Balapan dan masuk ke jalur 1. Dok Pri |
Sebelum
pemberangkatan railbus, puluhan wartawan dari media cetak dan elektronik telah
berkumpul. Dalam ujicoba kedua pada periode ini memang diperuntukkan bagi awak
media. Kesempatan itupun dimanfaatkan media untuk mewawancarai Pak Sunarjo
mengenai ujicoba ini. Bahkan, wawancara nantinya tidak hanya di Purwosari namun
di sepanjang perjalanan.
Pada intinya,
ujicoba kedua ini dilakukan untuk mengetahui kondisi riil setelah ujicoba
pertama dilakukan. Hasil evaluasi telah disampaikan kepada Satuan Kerja
(Satker) Kemenhub yang melakukan revitalisasi jalur. Beberapa masalah sempat
ditemui pada ujicoba sebelumnya. Diharapkan pada ujicoba kedua ini masalah
tersebut sudah bisa diatasi misalnya masih adanya rel yang bergelombang pada
beberapa titik.
Tepat pukul
09.00 Railbus diberangkatkan. Perlahan Railbus yang memiliki tiga kereta ini
merayap menyusuri jalur ke arah selatan menuju Jalan Slamet Riyadi. Beberapa
railfans pun tak ketinggalan mengabadikan momen ini di sepanjang jalan.
Pemandangan kabin masinis ketika railbus diberangkatkan. Dok Pri |
Dan ini videonya:
Seperti
biasa, Railbus harus berjalan cukup pelan dan ekstra hati-hati ketika melintasi
Slamet Riyadi. Sebabnya, jalan ramai dan belum terbiasanya warga dengan
keberadaan kembali kereta di jalur yang lama non aktif ini. Wajah-wajah
keheranan pun bisa kami lihat dari balik jendela Railbus.
Untuk memberi
kesempatan komunitas RF dan media mengambil gambar, di sepanjang jalan railbus
berhenti “di tempat yang tidak semestinya.” Misalnya saja berhenti depan kantor
Pemkot Solo. Kesempatan itu dimanfaatkan tidak hanya oleh komunitas dan RF
untuk mengambil gambar namun juga warga sekitar.
Railbus berhenti di depan kantor Pemkot Solo. Kesempatan ini dimanfaatkan RF dan awak media untuk mengambil gambar. Dok Pri |
Aksi sebagian awak media yang tidak ikut naik railbus. Mereka mengambil gambar ketika Railbus berjalan. Dok Pri |
Perhentian berikutnya
adalah Stasiun Solo Kota. Ketika railbus masuk, puluhan warga telah menyambut.
Rupanya mereka penasaran karena selama beberapa waktu stasiun Solo Kota
dibenahi. Pertanyaan pun timbul mengenai akan diapakan stasiun ini.
Pak Sunarjo
dan para pejabat dari pemda pun memeriksa kesiapan stasiun. Mereka berdialog
dengan staf stasiun, satker dan penduduk sekitar. Sementara itu berdasarkan
pengamatan penulis perbaikan tengah dilakukan. Dua jalur yang ada di stasiun
ini tengah mendapat penggantian rel dan wesel. Kondisi persinyalan pun telah
hampir siap.
Railbus berhenti di stasiun Solo Kota disambut puluhan warga setempat. Dok Pri |
Sementara itu
para penduduk sekitar berharap jalur ini segera diaktifkan kembali. Mereka
merindukan saat dimana ada kereta yang melintas. Satu contohnya diungkapkan
oleh Sumarni (47). Ibu tiga anak ini mengaku, ketika jalur Purwosari-Wonogiri
masih dioperasikan dengan KA Feeder, ia sering bepergian ke Wonogiri dengan
kereta.
“Saya sih
penginnya segera aktif. Soalnya naik kereta enak, nggak macet. Tapi kalau bisa
tiketnya jangan mahal-mahal,” ujarnya tersipu malu.
EVP Daop VI Yogyakarta, Sunarjo (kanan) memeriksa kesiapan prasarana di Stasiun Solo Kota. Dok Pri. |
Berangkat dari Stasiun Solo Kota, Railbus sempat berhenti di tikungan jalur. Penulis sempat heran dengan hal ini. Namun, pemberhentian di tengah pemukiman padat penduduk itu untuk menunjukkan kepada awak media betapa jalur ini masih perlu mendapat pembenahan.
“Bisa dilihat, letak pemukiman penduduk masih terlalu dekat dengan jalur kereta. Sehingga kalau kereta lewat, ini cukup riskan. Tidak hanya membahayakan perjalanan kereta namun juga berisiko untuk warga sekitar,” kata Sunarjo.
Tidak lama
setelah meninggalkan stasiun Solo Kota, railbus kembali berhenti setelah
melewati jembatan sungai Bengawan Solo. Dari informasi awak kereta, rupanya ada
bantalan rel dari kayu yang telah keropos. Sunarjo pun berharap hal ini segera
mendapat pembenahan.
Lepas dari
jembatan Bengawan Solo, perjalanan relatif lancar. Hanya saja, yang menjadi
keheranan penulis adalah kecepatan railbus yang berkisar antara 25-40 km/jam. Padahal,
kondisi trek sudah bagus. Menurut informasi dari awak kereta, hal ini karena
masih banyak perlintasan yang belum mendapat penjagaan. Selain itu, kecepatan
kereta juga dikurangi mengantisipasi penduduk yang belum terbiasa kembali
dengan pengoperasian jalur ini.
Wajah-wajah keheranan menghiasi sepanjang jalan. Dok Pri |
Berdasarkan
pengamatan penulis, masih banyak perlintasan sebidang di jalur ini. Pesatnya
pertumbuhan pemukiman di kawasan selatan Solo berimbas pada pembuatan
perlintasan-perlintasan liar. Sementara itu, perlintasan resmi yang telah
memiliki alat pengaman berupa palang pintu pun belum dioperasikan.
Ketika
railbus melintas, para petugas dari Dinas Perhubungan setempat yang berjaga.
Mereka menghentikan setiap kendaraan yang akan melintas ketika Railbus datang.
Tidak hanya itu, beberapa penduduk secara sukarela menghentikan kendaraan yang
melintas pada perlintasan yang berada di kawasan padat penduduk. Kepedulian
mereka perlu diapresiasi.
Tiba di
stasiun Sukoharjo, inspeksi kembali dilakukan Pak Sunarjo bersama pejabat
terkait. Petugas di stasiun Sukoharjo pun ditanyai seputar pengoperasian
stasiun. Selain itu, ruang kendali wesel dan persinyalan juga tak luput dari
perhatian.
Railbus Bathara Kresna berhenti di stasiun Sukoharjo. Dok Pri |
Perjalanan
dari Stasiun Sukoharjo ke Pasar Nguter juga berlangsung lancar. Railbus pun
mulai dipacu cukup kencang, sekitar 30-40 km/jam. Hal itu bisa dilihat dari
running text yang dilengkapi GPS di atas pintu bordes Railbus. Sementara itu di
sepanjang perjalanan, penumpang pun disuguhi sajian makanan tradisional
misalnya lemper, pisang rebus, kacang rebus dan beberapa jenis makanan lain.
Untuk minumnya, air mineral dan jus jeruk menjadi sajian yang cukup
menyegarkan.
Staf Stasiun Pasarnguter menyambut kedatangan rombongan. Dok Pri |
Sampai di
Stasiun Pasar Nguter, inspeksi rutin dilakukan. Sementara itu penulis bersama
beberapa rekan menyempatkan diri jalan-jalan menuju ke papan nama stasiun yang
telah diperbarui. Melihat ke selatan, terlihat sinyal mekanik telah diaktifkan
dan terangkat, tanda railbus siap diberangkatkan kembali. Ketika sinyal
elektrik jalur Yogya-Solo nanti telah diaktifkan, sepertinya untuk melihat
sinyal mekanik bisa bepergian ke jalur ini.
Sinyal mekanik di Stasiun Pasarnguter. Dok Pri |
Petak Pasar
Nguter-Wonogiri merupakan petak terpanjang di jalur ini. Karena itu, tidak
heran waktu perjalanan tanpa pemberhentian terlama ada di rute ini. Ditambah
lagi, selepas Pasar Nguter mendung tebal mengintai di selatan. Railbus yang
melaju tenang di kelokan rel menimbulkan goncangan halus. Sementara di kejauhan
pegunungan seribu terlihat memutih karena diguyur hujan deras.
Tidak lama
kemudian jalur hutan menuju Wonogiri mulai dimasuki Railbus. Pepohonan lebat
diselingi pemukiman penduduk yang cukup jarang menjadi pemandangan dari balik
jendela yang mulai basah. Hujan deras pun turun, mengguyur railbus yang melaju
pada kecepatan sekitar 40 km/jam.
Derasnya
hujan membuat para penumpang asyik dengan aktivitasnya sendiri-sendiri. Para wartawan
asyik berdiskusi seputar peliputan. Sementara itu para railfans asyik bercerita
mengenai KA Feeder yang dulu sempat menjadi KA penuh kenangan.
Menjelang
masuk ke kebupaten Wonogiri, kami menangkap keanehan. Suara semboyan 35 railbus
tidak lagi terdengar membahana seperti biasa. Suara serulingnya lebih terdengar
seperti seruling KA Prameks yang kecil melengking. Seorang rekan Railfan
menyeletuk suara semboyannya mirip lok uap.
Pemandangan
hutan kemudian berganti pemukiman penduduk yang semakin padat. Railbus terus
melaju sementara hujan masih turun. Pemandangan luar biasa tersaji beberapa
ratus meter menjelang masuk stasiun Wonogiri; jalur KA yang berada di atas
membuat penumpang bisa melihat sebagian kota Wonogiri yang terletak di
perbukitan. Selain itu, kami bisa melihat keheranan para pengguna jalan raya
ketika Railbus melintas di viaduct jelang masuk stasiun Wonogiri.
Sekitar pukul
12.00, di tengah rintik gerimis yang cukup pekat railbus tiba di stasiun
Wonogiri. Terlihat pemandangan berupa tumpukan rel dan sejumlah material
renovasi lainnya. Rupanya stasiun ini sedang dibenahi untuk memersiapkan
operasional Railbus ke depan.
Setelah railbus tiba di Stasiun Wonogiri, penumpang pun turun sementara kru KA memeriksa seruling semboyan yang berbunyi tidak seperti biasanya. Dok Pri |
Railbus
memang cukup terlambat. Sebab, menurut jadwal seharusnya railbus tiba di
Wonogiri pukul 11.16 dan diberangkatkan kembali pukul 11.46. Namun karena banyaknya
perhentian yang dilakukan maka tidak heran keterlambatan tidak terhindarkan.
Keanehan yang
kami rasakan ketika mendengar bunyi semboyan 35 terjawab sudah.
Ternyata seruling semboyan di atas kabin masinis hilang! Penyebab hilangnya pun
karena menyambar entah kabel listrik atau kabel telepon yang masih melintang di
sepanjang jalur. Posisi hilangnya seruling tersebut ternyata beberapa kilometer
di selatan stasiun Pasar Nguter. Beberapa petugas pun mengecek kondisi seruling
dengan naik ke atap railbus.
Kru KA naik ke atap Railbus untuk memeriksa kondisinya. Dok Pri |
EVP Daop VI
mengatakan, masih banyaknya kabel tersebut akan menjadi perhatian pihaknya. “Kami
akan berkoordinasi dengan pihak terkait. Semestinya walau jalur non aktif,
tidak boleh ada kabel melintang seperti itu. Ini membahayakan,” tegasnya.
Rombongan pun
beristirahat sekitar 30 menit di Stasiun Wonogiri. Railbus dijadwalkan akan
kembali ke Solo berangkat pada pukul 12.30. Waktu istirahat inipun digunakan
beberapa peserta ujicoba untuk mengamati kondisi sekitar stasiun. Di lain pihak,
para pejabat terkait kembali melakukan inspeksi kondisi stasiun Wonogiri.
Selesai menginspeksi, pak Sunarjo pun diajak berfoto bersama oleh para
railfans.
Para RF dari YK dan SLO berfoto bersama Kadaop VI dan Manager Humas Daop VI. Dok Pri |
Tepat pukul
12.30 railbus diberangkatkan di cuaca yang telah berganti cerah. Perjalanan relatif
tidak banyak berhenti sehingga railbus pun bisa dipacu sedikit lebih kencang.
Para railfans
yang duduk di kereta paling depan semula agak sungkan pada pak Sunarjo. Namun,
ternyata beliau sangat ramah. Tanpa segan beliau mengajak para railfans berdialog.
Topiknya pun masih seputar jalur Purwosari-Wonogiri. Pengalaman para railfans
yang berkali-kali mencoba KA Feeder pun diceritakan. Sementara pak Kadaop
sangat antusias menyimak. Sesekali beliau memberikan tanggapannya.
Dalam
perjalanan pulang ini railbus kembali berhenti di Stasiun Pasar Nguter,
Sukoharjo, dan Solo Kota. Sementara ketika ditanya keberadaan halte yang
banyak terdapat di jalur ini, menurut Kadaop hal itu masih dipikirkan.
Kadaop VI Yogyakarta, Pak Sunarjo tak sungkan mengajak bercanda para RF. Dok Pri |
“Dulu memang
bisa berhenti. Namun kalau kemudian railbus juga berhenti di halte itu perlu
pertimbangan. Orang memang ingin naik, tapi tentunya harus beli tiket. Kalau di
halte orang bisa naik, tentu diperlukan tenaga untuk penjualan tiket. Itu yang
perlu dipikirkan, namun tidak menutup kemungkinan dilakukan,” katanya.
Lebih dari
satu jam kemudian railbus tiba di Stasiun Solo Kota. Kali ini para warga yang
penasaran akan operasional railbus berganti. Semula orang dewasa, namun sore itu
didominasi anak-anak. Ketika railbus berhenti, beberapa anak yang penasaran mendekat
dan melihat-lihat. Bahkan saking penasarannya ketika railbus mulai berjalan,
mereka berlari-lari seolah mengajak railbus balapan. Mungkin saja di masa depan
mereka akan menjadi railfans.
Beberapa anak di sekitar Stasiun Solo Kota asyik berlarian mengiringi keberangkatan Railbus menuju Purwosari. Dok Pri |
Perjalanan
railbus melintasi jalan Slamet Riyadi tidak jauh berbeda dengan ketika
berangkat. Di sepanjang jalan orang masih saja terheran-heran. Tidak sedikit
yang mengambil gambar ataupun merekam video menggunakan smartphone mereka.
Sayangnya, kesadaran para pengguna jalan juga beberapa masih kurang. Misalnya
saja meski railbus terus membunyikan semboyan, beberapa pemotor dan sopir mobil
masih saja nyelonong melintas. Padahal kalau tertemper, mereka sendiri yang
rugi.
Sekitar pukul
14.55 railbus pun tiba di stasiun Purwosari. Para peserta segera diajak makan
siang (yang agak terlambat). Setelah itu acara berakhir. Penulis bersama rekan
kembali ke Yogyakarta naik KA Prameks. Sementara beberapa rekan lainnya
mengikuti railbus kembali ke dipo Solo Balapan.
Berdasarkan wawancara
dengan jajaran Daop VI dan pejabat pemda terkait, operasional regular railbus
paling cepat pada akhir 2014 ini. Hal utama yang menjadi pertimbangan adalah
kondisi jalur, alat komunikasi antar stasiun, dan pengamanan perlintasan.
Kadaop VI,
Sunarjo mengatakan, sebenarnya paling lambat 19 Desember Satker sudah harus selesai
merevitalisasi jalur. Direncanakan, railbus akan beroperasi sebagai KA perintis
secepatnya.
Railbus Bathara Kresna sampai di Stasiun Purwosari. Dok Pri |
“Kalau
ditanya kapan, ya kami jawab secepatnya. Semoga saja akhir 2014 in sudah bisa
berjalan secara regular. Untuk harga tiketnya tentu tidak akan mahal karena
merupakan KA perintis. Subsidi dari pemerintah tentu sangat diharapkan. Untuk
waktu tempuhnya kurang lebih sama dengan waktu ujicoba, ya sekitar dua jam lah,”
urainya.
Ketika
ditanya mengenai jadwal, ia mengatakan railbus diupayakan paling tidak bisa
jalan dua kali pergi-pulang (pp). dengan demikian ada kemungkinan railbus akan
berjalan pagi dan siang menuju Wonogiri.
“Namun ada
masukan, karena ada aktivitas masyarakat di Gladak, diupayakan sebelum pukul
16.00 railbus sudah harus kembali ke Solo,” pungkasnya.(*)
No comments:
Post a Comment