Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Thursday, 11 December 2014

Laporan Perjalanan Uji Coba Kedua Railbus Bathara Kresna

Ketika Stasiun Wonogiri Berbenah Diri
Railbus Bathara Kresna stand by di jalur 1 Stasiun Pruwosari sebelum diberangkatkan ke Wonogiri. Dok Pri

Kalau tidak salah, sudah hampir empat tahun jalur kereta api Purwosari (Solo) ke Wonogiri tidak aktif. Sebelumnya, selama beberapa tahun jalur ini dirayapi KA Feeder Bengawan. Banyak kenangan unik penulis di jalur tersebut.

Pada Kamis (4/12/2014) kesempatan untuk menengok jalur ini pun datang kembali. PT Kereta Api Indonesia (KAI) bersama pemerintah daerah di sepanjang jalur mengadakan ujicoba Railbus Bathara Kresna. Sebetulnya ini bukan ujicoba yang pertama kali. Beberapa kali jalur ini dicoba baik menggunakan Railbus maupun KRDH Prameks. Bahkan seminggu sebelumnya juga ada ujicoba menggunakan railbus. Namun waktu itu saya tidak dapat ikut karena informasi yang mendadak dan sudah ada jadwal acara.


Akhirnya jadilah Kamis pagi itu saya bergegas ke Stasiun Purwosari bersama beberapa rekan dari RFYK. Kami menggunakan KA Sriwedari dari Stasiun Tugu yang berangkat pukul 05.30. Sebab, kami dijadwalkan sebelum pukul 09.00 sudah harus sampai di Purwosari. Humas PT KAI Daop VI Yogyakarta, pak Bambang S Prayitno yang mengundang kami meminta kami datang tepat waktu. Sebab, Railbus dijadwalkan berangkat pukul 09.00. Yang terpenting, dalam perjalanan ini akan ikut pula beberapa pejabat penting misalnya EVP Daop VI Yogyakarta pak Sunarjo.

Perjalanan dengan KA Sriwedari tergolong lancar. Penumpang cukup penuh meskipun bukan akhir pekan. KA pun sampai di tujuan tepat waktu.
Sebelum pukul 09.00 WIB, railbus Bathara Kresna tiba dari stasiun Solo Balapan dan masuk ke jalur 1. Dok Pri

Sebelum pemberangkatan railbus, puluhan wartawan dari media cetak dan elektronik telah berkumpul. Dalam ujicoba kedua pada periode ini memang diperuntukkan bagi awak media. Kesempatan itupun dimanfaatkan media untuk mewawancarai Pak Sunarjo mengenai ujicoba ini. Bahkan, wawancara nantinya tidak hanya di Purwosari namun di sepanjang perjalanan.

Pada intinya, ujicoba kedua ini dilakukan untuk mengetahui kondisi riil setelah ujicoba pertama dilakukan. Hasil evaluasi telah disampaikan kepada Satuan Kerja (Satker) Kemenhub yang melakukan revitalisasi jalur. Beberapa masalah sempat ditemui pada ujicoba sebelumnya. Diharapkan pada ujicoba kedua ini masalah tersebut sudah bisa diatasi misalnya masih adanya rel yang bergelombang pada beberapa titik.

Tepat pukul 09.00 Railbus diberangkatkan. Perlahan Railbus yang memiliki tiga kereta ini merayap menyusuri jalur ke arah selatan menuju Jalan Slamet Riyadi. Beberapa railfans pun tak ketinggalan mengabadikan momen ini di sepanjang jalan.
Pemandangan kabin masinis ketika railbus diberangkatkan. Dok Pri

Dan ini videonya:

Seperti biasa, Railbus harus berjalan cukup pelan dan ekstra hati-hati ketika melintasi Slamet Riyadi. Sebabnya, jalan ramai dan belum terbiasanya warga dengan keberadaan kembali kereta di jalur yang lama non aktif ini. Wajah-wajah keheranan pun bisa kami lihat dari balik jendela Railbus.

Untuk memberi kesempatan komunitas RF dan media mengambil gambar, di sepanjang jalan railbus berhenti “di tempat yang tidak semestinya.” Misalnya saja berhenti depan kantor Pemkot Solo. Kesempatan itu dimanfaatkan tidak hanya oleh komunitas dan RF untuk mengambil gambar namun juga warga sekitar.
Railbus berhenti di depan kantor Pemkot Solo. Kesempatan ini dimanfaatkan RF dan awak media untuk mengambil gambar. Dok Pri




Aksi sebagian awak media yang tidak ikut naik railbus. Mereka mengambil gambar ketika Railbus berjalan. Dok Pri


Perhentian berikutnya adalah Stasiun Solo Kota. Ketika railbus masuk, puluhan warga telah menyambut. Rupanya mereka penasaran karena selama beberapa waktu stasiun Solo Kota dibenahi. Pertanyaan pun timbul mengenai akan diapakan stasiun ini.

Pak Sunarjo dan para pejabat dari pemda pun memeriksa kesiapan stasiun. Mereka berdialog dengan staf stasiun, satker dan penduduk sekitar. Sementara itu berdasarkan pengamatan penulis perbaikan tengah dilakukan. Dua jalur yang ada di stasiun ini tengah mendapat penggantian rel dan wesel. Kondisi persinyalan pun telah hampir siap.
Railbus berhenti di stasiun Solo Kota disambut puluhan warga setempat. Dok Pri

Sementara itu para penduduk sekitar berharap jalur ini segera diaktifkan kembali. Mereka merindukan saat dimana ada kereta yang melintas. Satu contohnya diungkapkan oleh Sumarni (47). Ibu tiga anak ini mengaku, ketika jalur Purwosari-Wonogiri masih dioperasikan dengan KA Feeder, ia sering bepergian ke Wonogiri dengan kereta.

“Saya sih penginnya segera aktif. Soalnya naik kereta enak, nggak macet. Tapi kalau bisa tiketnya jangan mahal-mahal,” ujarnya tersipu malu.
EVP Daop VI Yogyakarta, Sunarjo (kanan) memeriksa kesiapan prasarana di Stasiun Solo Kota. Dok Pri.

Berangkat dari Stasiun Solo Kota, Railbus sempat berhenti di tikungan jalur. Penulis sempat heran dengan hal ini. Namun, pemberhentian di tengah pemukiman padat penduduk itu untuk menunjukkan kepada awak media betapa jalur ini masih perlu mendapat pembenahan.

“Bisa dilihat, letak pemukiman penduduk masih terlalu dekat dengan jalur kereta. Sehingga kalau kereta lewat, ini cukup riskan. Tidak hanya membahayakan perjalanan kereta namun juga berisiko untuk warga sekitar,” kata Sunarjo.
Di beberapa titik jalur rel terlalu dekat dengan pemukiman penduduk. Contohnya adalah beberapa saat setelah stasiun Solo Kota. Terlihat rumah penduduk yang sangat dekat, bahkan badan Railbus menggesek tanaman di sekitar rumah. Dok Pri.

Tidak lama setelah meninggalkan stasiun Solo Kota, railbus kembali berhenti setelah melewati jembatan sungai Bengawan Solo. Dari informasi awak kereta, rupanya ada bantalan rel dari kayu yang telah keropos. Sunarjo pun berharap hal ini segera mendapat pembenahan.

Lepas dari jembatan Bengawan Solo, perjalanan relatif lancar. Hanya saja, yang menjadi keheranan penulis adalah kecepatan railbus yang berkisar antara 25-40 km/jam. Padahal, kondisi trek sudah bagus. Menurut informasi dari awak kereta, hal ini karena masih banyak perlintasan yang belum mendapat penjagaan. Selain itu, kecepatan kereta juga dikurangi mengantisipasi penduduk yang belum terbiasa kembali dengan pengoperasian jalur ini.
Wajah-wajah keheranan menghiasi sepanjang jalan. Dok Pri

Berdasarkan pengamatan penulis, masih banyak perlintasan sebidang di jalur ini. Pesatnya pertumbuhan pemukiman di kawasan selatan Solo berimbas pada pembuatan perlintasan-perlintasan liar. Sementara itu, perlintasan resmi yang telah memiliki alat pengaman berupa palang pintu pun belum dioperasikan.

Ketika railbus melintas, para petugas dari Dinas Perhubungan setempat yang berjaga. Mereka menghentikan setiap kendaraan yang akan melintas ketika Railbus datang. Tidak hanya itu, beberapa penduduk secara sukarela menghentikan kendaraan yang melintas pada perlintasan yang berada di kawasan padat penduduk. Kepedulian mereka perlu diapresiasi.

Tiba di stasiun Sukoharjo, inspeksi kembali dilakukan Pak Sunarjo bersama pejabat terkait. Petugas di stasiun Sukoharjo pun ditanyai seputar pengoperasian stasiun. Selain itu, ruang kendali wesel dan persinyalan juga tak luput dari perhatian.
Railbus Bathara Kresna berhenti di stasiun Sukoharjo. Dok Pri

Perjalanan dari Stasiun Sukoharjo ke Pasar Nguter juga berlangsung lancar. Railbus pun mulai dipacu cukup kencang, sekitar 30-40 km/jam. Hal itu bisa dilihat dari running text yang dilengkapi GPS di atas pintu bordes Railbus. Sementara itu di sepanjang perjalanan, penumpang pun disuguhi sajian makanan tradisional misalnya lemper, pisang rebus, kacang rebus dan beberapa jenis makanan lain. Untuk minumnya, air mineral dan jus jeruk menjadi sajian yang cukup menyegarkan.
Staf Stasiun Pasarnguter menyambut kedatangan rombongan. Dok Pri



Railbus Bathara Kresna berhenti di Stasiun Pasarnguter. Dok Pri
Sampai di Stasiun Pasar Nguter, inspeksi rutin dilakukan. Sementara itu penulis bersama beberapa rekan menyempatkan diri jalan-jalan menuju ke papan nama stasiun yang telah diperbarui. Melihat ke selatan, terlihat sinyal mekanik telah diaktifkan dan terangkat, tanda railbus siap diberangkatkan kembali. Ketika sinyal elektrik jalur Yogya-Solo nanti telah diaktifkan, sepertinya untuk melihat sinyal mekanik bisa bepergian ke jalur ini.
Sinyal mekanik di Stasiun Pasarnguter. Dok Pri

Petak Pasar Nguter-Wonogiri merupakan petak terpanjang di jalur ini. Karena itu, tidak heran waktu perjalanan tanpa pemberhentian terlama ada di rute ini. Ditambah lagi, selepas Pasar Nguter mendung tebal mengintai di selatan. Railbus yang melaju tenang di kelokan rel menimbulkan goncangan halus. Sementara di kejauhan pegunungan seribu terlihat memutih karena diguyur hujan deras.

Tidak lama kemudian jalur hutan menuju Wonogiri mulai dimasuki Railbus. Pepohonan lebat diselingi pemukiman penduduk yang cukup jarang menjadi pemandangan dari balik jendela yang mulai basah. Hujan deras pun turun, mengguyur railbus yang melaju pada kecepatan sekitar 40 km/jam.

Derasnya hujan membuat para penumpang asyik dengan aktivitasnya sendiri-sendiri. Para wartawan asyik berdiskusi seputar peliputan. Sementara itu para railfans asyik bercerita mengenai KA Feeder yang dulu sempat menjadi KA penuh kenangan.

Menjelang masuk ke kebupaten Wonogiri, kami menangkap keanehan. Suara semboyan 35 railbus tidak lagi terdengar membahana seperti biasa. Suara serulingnya lebih terdengar seperti seruling KA Prameks yang kecil melengking. Seorang rekan Railfan menyeletuk suara semboyannya mirip lok uap.

Pemandangan hutan kemudian berganti pemukiman penduduk yang semakin padat. Railbus terus melaju sementara hujan masih turun. Pemandangan luar biasa tersaji beberapa ratus meter menjelang masuk stasiun Wonogiri; jalur KA yang berada di atas membuat penumpang bisa melihat sebagian kota Wonogiri yang terletak di perbukitan. Selain itu, kami bisa melihat keheranan para pengguna jalan raya ketika Railbus melintas di viaduct jelang masuk stasiun Wonogiri.

Sekitar pukul 12.00, di tengah rintik gerimis yang cukup pekat railbus tiba di stasiun Wonogiri. Terlihat pemandangan berupa tumpukan rel dan sejumlah material renovasi lainnya. Rupanya stasiun ini sedang dibenahi untuk memersiapkan operasional Railbus ke depan.
Setelah railbus tiba di Stasiun Wonogiri, penumpang pun turun sementara kru KA memeriksa seruling semboyan yang berbunyi tidak seperti biasanya. Dok Pri

Railbus memang cukup terlambat. Sebab, menurut jadwal seharusnya railbus tiba di Wonogiri pukul 11.16 dan diberangkatkan kembali pukul 11.46. Namun karena banyaknya perhentian yang dilakukan maka tidak heran keterlambatan tidak terhindarkan.

Keanehan yang kami rasakan ketika mendengar bunyi semboyan 35 terjawab sudah. Ternyata seruling semboyan di atas kabin masinis hilang! Penyebab hilangnya pun karena menyambar entah kabel listrik atau kabel telepon yang masih melintang di sepanjang jalur. Posisi hilangnya seruling tersebut ternyata beberapa kilometer di selatan stasiun Pasar Nguter. Beberapa petugas pun mengecek kondisi seruling dengan naik ke atap railbus.
Kru KA naik ke atap Railbus untuk memeriksa kondisinya. Dok Pri

EVP Daop VI mengatakan, masih banyaknya kabel tersebut akan menjadi perhatian pihaknya. “Kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait. Semestinya walau jalur non aktif, tidak boleh ada kabel melintang seperti itu. Ini membahayakan,” tegasnya.

Rombongan pun beristirahat sekitar 30 menit di Stasiun Wonogiri. Railbus dijadwalkan akan kembali ke Solo berangkat pada pukul 12.30. Waktu istirahat inipun digunakan beberapa peserta ujicoba untuk mengamati kondisi sekitar stasiun. Di lain pihak, para pejabat terkait kembali melakukan inspeksi kondisi stasiun Wonogiri. Selesai menginspeksi, pak Sunarjo pun diajak berfoto bersama oleh para railfans.
Para RF dari YK dan SLO berfoto bersama Kadaop VI dan Manager Humas Daop VI. Dok Pri

Tepat pukul 12.30 railbus diberangkatkan di cuaca yang telah berganti cerah. Perjalanan relatif tidak banyak berhenti sehingga railbus pun bisa dipacu sedikit lebih kencang.


Para railfans yang duduk di kereta paling depan semula agak sungkan pada pak Sunarjo. Namun, ternyata beliau sangat ramah. Tanpa segan beliau mengajak para railfans berdialog. Topiknya pun masih seputar jalur Purwosari-Wonogiri. Pengalaman para railfans yang berkali-kali mencoba KA Feeder pun diceritakan. Sementara pak Kadaop sangat antusias menyimak. Sesekali beliau memberikan tanggapannya.

Dalam perjalanan pulang ini railbus kembali berhenti di Stasiun Pasar Nguter, Sukoharjo, dan Solo Kota. Sementara ketika ditanya keberadaan halte yang banyak terdapat di jalur ini, menurut Kadaop hal itu masih dipikirkan.
Kadaop VI Yogyakarta, Pak Sunarjo tak sungkan mengajak bercanda para RF. Dok Pri

“Dulu memang bisa berhenti. Namun kalau kemudian railbus juga berhenti di halte itu perlu pertimbangan. Orang memang ingin naik, tapi tentunya harus beli tiket. Kalau di halte orang bisa naik, tentu diperlukan tenaga untuk penjualan tiket. Itu yang perlu dipikirkan, namun tidak menutup kemungkinan dilakukan,” katanya.

Lebih dari satu jam kemudian railbus tiba di Stasiun Solo Kota. Kali ini para warga yang penasaran akan operasional railbus berganti. Semula orang dewasa, namun sore itu didominasi anak-anak. Ketika railbus berhenti, beberapa anak yang penasaran mendekat dan melihat-lihat. Bahkan saking penasarannya ketika railbus mulai berjalan, mereka berlari-lari seolah mengajak railbus balapan. Mungkin saja di masa depan mereka akan menjadi railfans.
Beberapa anak di sekitar Stasiun Solo Kota asyik berlarian mengiringi keberangkatan Railbus menuju Purwosari. Dok Pri

Perjalanan railbus melintasi jalan Slamet Riyadi tidak jauh berbeda dengan ketika berangkat. Di sepanjang jalan orang masih saja terheran-heran. Tidak sedikit yang mengambil gambar ataupun merekam video menggunakan smartphone mereka. Sayangnya, kesadaran para pengguna jalan juga beberapa masih kurang. Misalnya saja meski railbus terus membunyikan semboyan, beberapa pemotor dan sopir mobil masih saja nyelonong melintas. Padahal kalau tertemper, mereka sendiri yang rugi.

Sekitar pukul 14.55 railbus pun tiba di stasiun Purwosari. Para peserta segera diajak makan siang (yang agak terlambat). Setelah itu acara berakhir. Penulis bersama rekan kembali ke Yogyakarta naik KA Prameks. Sementara beberapa rekan lainnya mengikuti railbus kembali ke dipo Solo Balapan.

Berdasarkan wawancara dengan jajaran Daop VI dan pejabat pemda terkait, operasional regular railbus paling cepat pada akhir 2014 ini. Hal utama yang menjadi pertimbangan adalah kondisi jalur, alat komunikasi antar stasiun, dan pengamanan perlintasan.

Kadaop VI, Sunarjo mengatakan, sebenarnya paling lambat 19 Desember Satker sudah harus selesai merevitalisasi jalur. Direncanakan, railbus akan beroperasi sebagai KA perintis secepatnya.
Railbus Bathara Kresna sampai di Stasiun Purwosari. Dok Pri

“Kalau ditanya kapan, ya kami jawab secepatnya. Semoga saja akhir 2014 in sudah bisa berjalan secara regular. Untuk harga tiketnya tentu tidak akan mahal karena merupakan KA perintis. Subsidi dari pemerintah tentu sangat diharapkan. Untuk waktu tempuhnya kurang lebih sama dengan waktu ujicoba, ya sekitar dua jam lah,” urainya.

Ketika ditanya mengenai jadwal, ia mengatakan railbus diupayakan paling tidak bisa jalan dua kali pergi-pulang (pp). dengan demikian ada kemungkinan railbus akan berjalan pagi dan siang menuju Wonogiri.

“Namun ada masukan, karena ada aktivitas masyarakat di Gladak, diupayakan sebelum pukul 16.00 railbus sudah harus kembali ke Solo,” pungkasnya.(*)

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya