Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Tuesday 21 November 2017

Mengunjungi 24 Stasiun di Wilayah Kerja PT KAI Daop 6 Yogyakarta

Perpisahan yang Mengesankan
Meski kejadian di tulisan ini telah lama berlalu, namun tak pelak, tetap meninggalkan kesan di hati sebagian pecinta kereta api alias railfans di Yogyakarta. Karena itu, tidak ada salahnya menikmati kenangan luar biasa ketika pecinta kereta api merasakan keramahan dan kekeluargaan dari para pimpinan operator kereta api.
Inilah kisah berkesan itu...

Meski telah dilantik sebagai Executive Vice President (EVP) PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 8 Surabaya, namun Wiwik Widayanti ingin meninggalkan jejak positif di tempat kerjanya yang lama. Ia yang selama setahun sebelumnya menjabat sebagai EVP Daop 6 Yogyakarta berpamitan kepada segenap jajarannya. Bukan sembarang pamitan, Wiwik mengunjungi seluruh stasiun aktif di Daop 6.
Pada Sabtu (17/10/2015) pagi, stasiun Tugu Yogyakarta terlihat ramai oleh penumpang baik penumpang KA jarak jauh maupun lokal. Menjelang pukul 07.00, satu rangkaian kereta rel diesel (KRD) jenis MCW302 meluncur pelan dari timur memasuki jalur 4. Anehnya, tidak ada penumpang yang bersiap naik. Justru, puluhan pegawai PT KAI Daop 6 yang menunggu dan bersiap naik, ditambah beberapa pecinta kereta api dari Yogyakarta dan Solo.

Saturday 4 November 2017

Jalan Raya Pos di Mata Fotografer Belanda

Eric Kampherbeek, seorang warga negara Belanda berdarah Jawa memberikan ulasan mengenai hasil penelusurannya bersepeda di Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan di Ruang MES 56, Jalan Mangkuyudan nomor 53 A Yogyakarta, Kamis (15/10) petang.

Tujuh puluh tahun sudah Indonesia meraih kemerdekaan dan lepas dari kolonialisme Belanda. Namun, sejumlah peninggalan Belanda mulai dari bangunan hingga infrastruktur lainnya sebagian masih digunakan sampai sekarang. Satu contohnya adalah jalan raya pos atau jalan Daendels yang membentang sejauh 1000 km dari Anyer hingga Panarukan.
Sejak awal pembangunannya hingga saat ini, jalan raya ini menempati posisi vital dalam geliat perekonomian di Indonesia. Sebagian jalur yang kemudian menjadi jalur pantai utara Jawa (Pantura) lekat dengan aktivitas angkutan orang dan barang. Di sebagian ruas jalan, jejak-jejak peninggalan Belanda masih terasa; mulai dari bangunan, tata kota, hingga karakter masyarakat yang sedikit banyak terpengaruh keberadaan jalan ini.
Apabila masyarakat Indonesia melihat jalan raya Pos tersebut sebagai prasarana vital, menarik untuk melihat jalan tersebut dari sudut pandang orang Belanda. Satu contohnya adalah Eric Kampherbeek, seorang warga negara Belanda berdarah Jawa yang memberikan perhatian khusus untuk jalan yang dibangun pada 1808 ini.
Menggunakan sepeda, Eric yang merupakan seorang fotografer dokumenter dan visual storyteller dari Den Haag, Belanda mencoba menyusuri jalan ini dari ujung ke ujung. Total, selama dua bulan ia sukses mendokumentasikan apa yang terjadi di sepanjang jalan.

Mohon bantuan kliknya