Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri
Showing posts with label bisnis. Show all posts
Showing posts with label bisnis. Show all posts

Thursday, 19 February 2015

Uniknya Kotagede Night Tour

Melihat Kotaraja di Malam Hari

Sebagai bekas Ibukota Kerajaan Mataram, Kotagede menyimpan banyak peninggalan bersejarah selain pesona kerajinan peraknya. Berbagai situs peninggalan sejarah masa lalu bertebaran di daerah ini.
Para peserta Kotagede Night Tour sedang mengikuti rute tour. Dok Massatrust




Berbagai cara pun bisa ditempuh untuk menikmati dan mengagumi pesona lampau tersebut. Selain tur umum yang banyak ditawarkan agen perjalanan wisata pada umumnya, banyak cara lain yang bisa ditempuh.

Keindahan dan pesona Kotagede tergambar pada  jalan-jalan sempit, dengan toko-toko perak tradisional dan rumah berubin mosaik berjajar di tepi jalan. Kota ini juga dipenuhi bangunan kuno yang merupakan rumah pedagang Arab dan Belanda. Sementara itu, masyarakat Kotagede hidup dalam nuansa kehidupan masyarakat Jawa yang masih kental.

Tidak hanya menawarkan eksotisme obyek wisata, namun melongok lebih jauh ke dalam jantung kehidupan masyarakatnya. Itulah yang ditawarkan oleh Kotagede Night Tour.

Berbeda dengan tur pada umumnya yang dilakukan pada pagi atau siang hari, tour ini dilakukan pada sore atau malam hari. Tujuannya, melihat sisi lain Kotagede yang selama ini nyaris tak tersentuh turis.

Friday, 19 December 2014

Memoar 20: Manis dan Gurihnya Kue Lompong

Kue Tradisional Perpaduan Budaya
Purworejo memiliki beberapa makanan khas yang selalu dicari penggemarnya. Satu di antaranya adalah Kue Lompong. Kekhasan rasanya menjadikan kue ini selalu dicari warga Purworejo perantau ketika kembali ke daerahnya. Peluang inilah yang ditangkap oleh Sulimah (45) warga Jln Brigjend Katamso 50A Pangen Juru Tengah Kelurahan/Kecamatan Purworejo.
Sulimah menunjukkan kue lompong buatannya. Dok Pri

Sekitar tiga tahun menekuni usaha pembuatan kue Lompong, Sulimah kini menjadi satu dari sekian pembuat Kue Lompong yang kebanjiran pesanan kala liburan tiba. Masa liburan sekolah memang menjadi masa-masa sibuk bagi Ema, demikian Sulimah dipanggil. Pesanan Kue Lompong membludak dari para warga Purworejo perantau yang sedang mudik. Rupanya rasa khas Kue Lompong menjadi primadona tersendiri.

"Ya memang andalannya kalau liburan, seperti liburan Natal dan Tahun Baru ini. Produksi saya bisa meningkat sampai dua kali lipat. Biasanya buat dua kilo sehari, bisa sampai empat atau lima kilo kalau liburan," jelas Ema ketika ditemui di rumahnya, Minggu (6/1/2013).

Menurut Ema, para pembeli umumnya kangen dengan rasa kue Lompong yang khas. Selain menikmati kekhasan Purworejo melalui makanan, tidak sedikit yang memborongnya sebagai oleh-oleh. Dengan harga Rp 1200-2000 per biji, manisnya kue yang berwarna hitam dengan isi kacang sudah bisa dinikmati. Tentunya bukan sekedar manis, sentuhan merang bakar dan rebusan gagang Lompong (talas) memperkaya cita rasanya.

Monday, 15 December 2014

Memoar 16: Uniknya Salon Kambing


Geliat Usaha Salon Kambing di tengah Berkembangnya Peternakan Kambing

Purworejo dikenal sebagai daerah asal kambing unggulan Peranakan Ettawa (PE) dengan ras Kaligesing. Hal ini membuat banyak peternak baik dari luar  dan dalam Purworejo mengusahakan peternakan kambing PE tersebut. Banyaknya kambing PE ini dimanfaatkan oleh Y Sumarno (51), warga dusun Kalikotak Desa Tlogoguwo Kecamatan Kaligesing, Purworejo untuk membuka usaha salon kambing.

Usaha yang ditekuni oleh Sumarno sejak 2007 ini memang unik dan berbeda. Apabila terpikir kata salon, tentu orang akan berpikir suatu tempat dimana penampilan dipoles dan disempurnakan. Demikian pula yang dilakukan Sumarno, bedanya, ia memoles dan dan menyempurnakan penampilan kambing.
 
Kambing jantan terkuat sekalipun tidak akan bisa berontak ketika sudah dipasang di alat penjepit milik Sumarno. Dok Pri
"Awalnya usaha ini berangkat dari keprihatinan harga kambing jatuh karena penampilannya kurang baik. Hal itu bisa disebabkan oleh tanduk yang tidak simetris, patah sebelah, ataupun melengkung menusuk kulit kepala. Kalau sudah begitu, harganya bisa turun drastis,

Monday, 8 December 2014

Memoar 10: Opak Singkong Purworejo

Opak Singkong Purworejo Laris Manis Diserbu Pembeli

Bentuknya bulat pipih, mirip dengan tatakan gelas. Namun bentuk pipih itu akan mengembang ketika digoreng. Siapapun yang menyantapnya akan merasakan gurihnya paduan singkong dan loncang. Itulah opak, makanan tradisional yang diproduksi di dusun Cikalan, desa Bulus, Kecamatan Gebang, Purworejo. Kelezatan makanan ini begitu memikat sehingga pengrajin tidak pernah kesulitan menjual. Sayangnya, produksinya masih sebatas di kawasan Kabupaten Purworejo saja.
 
Trenggono menunjukkan opak mentah hasil produksinya. Dok Pri
Trenggono (57) satu dari tiga pengrajin opak di dusun Cikalan mengungkapkan, ia tidak tahu persis sejak kapan warga mulai membuat opak. Kebiasaan dan cara membuat opak telah diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.

Sunday, 7 December 2014

Memoar 9: Renyahnya Bisnis Bibit Tanaman di Kaligesing

Bibit-Bibit Penebus Rasa Bersalah

Purworejo, terutama wilayah pegunungan yaitu Kaligesing, Bener, Bruno, Loano, Pituruh dan Kemiri memang terkenal dengan hasil hutannya. Selain itu, beberapa komoditas unggulan misalnya manggis, durian, cengkeh, duku, kokosan terus dikembangkan.

Tidak melulu mengandalkan hasil hutan, Purworejo juga telah memiliki lahan budidaya tanaman komoditas. Bibitnya pun diperoleh dari dalam wilayah Purworejo sendiri.

Sementara itu, kawasan hutan yang dulu memenuhi kawasan Perbukitan Menoreh di wilayah Purworejo pada masa reformasi mengalami deforestasi hebat. Penebangan merajalela tanpa diimbangi penghijauan yang memadai. Akibatnya, sejumlah bencana mengancam misalnya longsor dan kekeringan.

Lantas, apa hubungan komoditas unggulan dengan deforestasi tersebut? Rupanya, pada saat terjadi aksi penebangan, tidak sedikit penebang yang mulai memikirkan dampaknya ke depan. Mereka dalam hati merasa bersalah kepada alam karena telah ikut dalam perusakan hutan. Satu di antaranya dialami oleh seorang warga Kaligesing.

Mengawali usaha sebagai penjual kayu, Suwadi (57) merasa bersalah kepada alam. Rasa bersalahnya itu berusaha ia tebus dengan menjadi pengusaha bibit tanaman. Kini ia menjadi pengusaha bibit tanaman yang sukses dengan produknya dijual sampai ke luar pulau Jawa.
 
Suwadi sedang merawat bibit manggis di lahan miliknya. Dok Pri
"Usaha ini sebagai salah satu wujud penebusan rasa bersalah saya karena telah menebangi pohon. Jadi kini saya berbalik menjadi penanam pohon dengan membuat bibit sebanyak mungkin

Thursday, 4 December 2014

Memoar 8: Kembalinya Dawet Semagung

Selain Dawet Butuh, Purworejo Miliki Kuliner Berupa Dawet Semagung

Indonesia, tidak terkecuali Purworejo memiliki khasanah kebudayaan yang luar biasa kaya dan beraneka ragam. Mulai dari Kesenian, adat istiadat, pola hidup, bahkan makanan dan minuman pun memiliki keragamannya sendiri pada setiap daerah. Di Daerah Semagung, Purworejo, pernah ada minuman dawet yang sangat terkenal namun kemudian mulai menghilang. Kini, minuman tersebut kembali dimunculkan.
 
Para penjaja dawet Semagung. Dok Pri
Selain dawet hitam Butuh, ternyata Purworejo memiliki kuliner berupa dawet lain yang tidak kalah unik yaitu Dawet Semagung. Dawet ini merupakan dawet yang berbahan asli rempah hasil bumi yakni tepung ganyong sebagai bahan cendolnya. Untuk pemanis, dawet ini menggunakan gula jawa asli buatan desa Semagung, Kecamatan Bagelen, Purworejo. 

Dawet Semagung memang asli dari wilayah perbukitan Bagelen tersebut. Rasanya sangat khas dan mengundang penikmatnya untuk mencari kembali keberadaannya. Menurut R Sunaryadi (75) warga Boro Kulon RT 3 RW 1 Kecamatan Banyuurip yang berupaya memunculkan kembali dawet Semagung, semua itu didasari karena kegemarannya akan dawet sejak kecil. 

Sunday, 30 November 2014

Memoar 6: Mengais Rejeki di Makam Kuno

Sering Dikira Nista Namun Membawa Manfaat
 
Bu Rusmin berjalan di antara nisan kuno nan kusam di Kerkop Purworejo
untuk mencari bunga Kamboja. Dok Pri
Siang itu udara panas yang melanda Purworejo tidak begitu terasa di kawasan pemakaman yang terletak di belakang Kantor Dinas Pengairan Purworejo. Sebabnya, di kawasan pemakaman tersebut banyak terdapat pepohonan tinggi dengan pohon-pohon Kamboja yang mengisi beberapa petak pemakaman. Ketika angin bertiup, beberapa bunga kamboja pun berguguran.

Tidak lama kemudian beberapa orang dengan memakai dua batang bambu sebagai penjepit memunguti bunga-bunga Kamboja tersebut, lalu mengumpulkannya dalam sebuah keranjang bambu kecil. Seorang anak muda, seorang ibu dan dua orang pria paruh baya terlihat menyusuri deretan makam kuno yang di nisannya bertuliskan nama-nama orang Belanda, Perancis bahkan Jerman.

Friday, 28 November 2014

Memoar 4: Money Changer Partikelir Purworejo

Setia Tunggu Penukar Uang

Suryanto sedang menunggu pengguna jasanya di depan Kantor Pos Purworejo.
 Foto diambil pada 2012. Dok Pri.

Uang merupakan suatu benda yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat luas. Tua-muda, kaya-miskin, semua membutuhkan uang dan hidup berjalan dengan keberadaan uang.

Uang yang berlaku di Indonesia adalah Rupiah. Bagaimana dengan mereka, yang karena suatu hal, mendapatkan penghasilan uang asing? Tenaga Kerja Wanita contohnya. Mereka yang bekerja di luar negeri tentu saja mendapatkan upah berupa mata uang asing. Bagaimana seandainya mereka membawa uang tersebut ke Indonesia, bagaimana mereka bisa membelanjakannya? Tentu saja money changer adalah solusinya. Lantas, apabila jumlah uang yang ditukarkan hanya sedikit, apakah money changer bersedia melayani?

Dalam permasalahan di atas, Suryanto (38) menangkap peluang usaha.

Mohon bantuan kliknya