Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Saturday 22 November 2014

Memoar 1: Kerajinan Bambu Purworejo

Sebagai daerah dengan lansekap komplet, mulai dari gunung, bukit, dataran rendah hingga pantai, Purworejo memiliki banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan. Kekayaan sumber daya alam tersebut sebenarnya sudah diimbangi dengan adanya sumber daya manusia yang mumpuni. Sayangnya, dukungan dari pihak terkait dalam hal ini pemerintah masih belum maksimal...

Tidak hanya terkenal dengan berbagai kulinernya misalnya dawet dan geblek, Purworejo juga memiliki berbagai kerajinan tangan yang berdaya jual tinggi. Satu contohnya adalah kerajinan bambu di wilayah kecamatan Bener.

Bangunan dua lantai itu terletak di dekat jembatan kali Pucang, Kalijambe, Kecamatan Bener, Purworejo. Setumpukan batang bambu terlihat di seberang rumah itu, sementara beberapa benda yang terbuat dari bambu terlihat di teras rumah.

Satu gazebo yang seluruhnya terbuat dari bambu dan dikuatkan dengan rotan terlihat belum selesai. Beberapa bagian terlihat belum dipasang. Bahkan, batang-batang bambu yang menghiasinya belum dipernis sama sekali. Namun gazebo itu sudah terlihat bentuknya. Beberap ukiran bunga telah ditambahkan di ornamen dindingnya.

Kerajinan Bambu "Arta Wulung," demikianlah nama usaha pembuatan gazebo  bambu tersebut. Tidak hanya gazebo, di terasnya ternyata juga terdapat beberapa kursi dan meja bambu, penyekat ruangan, dan hiasan bambu.
Pemilik kerajinan bambu "Arta Wulung," Ngatimin sedang mengawasi pengerjaan produk kerajinan oleh karyawannya.
Dok Pri


Usaha kerajinan bambu ini telah berdiri sejak 1986. Ketika itu Ngatimin (42) sebagai pendirinya memulai usaha setelah bergulat dengan usaha pembuatan rumah jamur dari bambu. Ia memutuskan untuk berkreasi lebih jauh dengan tanaman yang banyak dijumpai di daerahnya ini. Selain karena melihat peluang, selama ini ia telah cukup menguasai dasar pembuatan berbagai benda dari bambu.

"Awalnya usaha saya ini dimulai dengan dua orang pegawai. Saya pun harus turun tangan ikut dalam usaha pembuatan kerajinan bambu. Lama kelamaan usaha saya berkembang dan pegawai bertambah. Sekarang saya memiliki 12 pegawai," jelas Ngatimin.

Dalam pembuatan berbagai kerajinan Ngatimin hanya menggunakan bambu jenis Wulung dan Tutul. Bambu Wulung bisa ia dapatkan dari daerah sekitarnya sementara bambu Tutul harus ia cari sampai ke daerah lain di Purworejo.

Khusus untuk pengerjaan bambu Tutul, Ngatimin mengaku bahwa hal itu memerlukan ketekunan dan kehati-hatian yang lebih. Penyebabnya, bambu Tutul tipis dan mudah pecah. Namun justru karena kesulitan inilah produk dari bambu Tutul lebih mahal dari Wulung dengan selisih rata-rata per produk mencapai Rp 100 ribu.

Usaha Ngatimin tidak main-main. Saat ini ia telah menghasilkan berbagai produk kerajinan bambu berupa mebeler, alat rumah tangga, pagar hias dari bambu, tempat tidur, sampai gazebo. Pelanggannya berasal dari berbagai daerah di Jawa, Sumatra, sampai ke luar negeri.

"Saya pernah mengirim produk bambu pernis sampai ke Israel. Tapi karena saya belum punya persiapan, maka ada orang yang menyalurkan. Waktu itu yang menangani orang Lombok," aku Ngatimin. Tidak hanya Israel, pembelinya ada pula yang berasal dari Malaysia. namun umumnya ia mengekspor kerajinannya melalui pihak ketiga. Hal itu terpaksa ia lakukan karena ia belum mempunyai Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP).
Seorang karyawan di Arta Wulung sedang membuat mebel dari bambu. Dok Pri


Itulah satu dari beberapa kendala usaha Ngatimin. Ketiadaan SIUP membuatnya cukup kesulitan memasarkan produknya. Selama ini ia menjual produknya sendiri. Berbagai upaya telah dilakukannya; membuat laman web adalah contoh terbaru upayanya. Melalui internet, pelanggan dapat memesan produk melalui e-mail.

"Setelah saya pakai e-mail, ternyata peminat atau pemesan melalui e-mail cukup banyak," jelas Ngatimin.

Pemesan dapat memesan produk sesuai desain yang ditawarkan Ngatimin atau membuat desain sendiri kemudian menyerahkannya kepada Ngatimin. Ngatimin mengaku, ia mendesain sendiri hampir semua produknya. Bahkan, ia berani menjual beberapa desainnya ke pengrajin yang lain.

Di desanya, Ngatimin tidak sendirian memiliki usaha kerajinan bambu. Apabila dijumlah, ada sekitar 100 orang yang berkecimpung baik sebagai karyawan maupun pemilik usaha. Karena itu Ngatimin berharap perhatian dari pemerintah yang selama ini dirasa sangat kurang.

"Saya berharap ada pembinaan teknis tentang bagaimana membuat finishing produk yang baik. karena selama ini, terutama ketika pesanan membludak, finishing jadi kurang terkontrol," pungkasnya.
Pemilik kerajinan bambu "Arta Wulung," Ngatimin sedang mengawasi pengerjaan produk kerajinan oleh karyawannya.
Dok Pri

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya