Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Tuesday 24 October 2017

Stasiun Bantul yang Terlupakan




Setelah dari Stasiun Winongo, jalur KA mengarah ke selatan namun agak menyerong menuju ke Jalan Bantul lalu terus ke selatan dengan posisi di tepi barat ruas jalan. Menuju ke selatan, jalur KA ini kemudian berpotongan dengan jalur lori PG Madukismo tepat di simpang empat Kasongan. Bahkan, rel perpotongan masih tersisa dan diletakkan di sebelah barat pos polisi. Jalur lori sendiri masih bisa terlihat di sisi timur simpang empat dimana ada sisi jalan yang menonjol dan rel lori sesekali menyembul dari aspal.

Setelah dari simpang empat Kasongan, jalur KA terus menuju ke selatan memasuki ibukota kabupaten Bantul. Sebelum ke Bantul, sebetulnya di dekat simpang tiga jalan Cepit-Tembi terdapat halte. Namun, halte tersebut hilang tak berbekas.



Menurut Hari Kurniawan, bangunan Halte Cepit diperkirakan hanyalah semi permanen (berdinding kayu jati dan gedhek/ bambu). Letaknya dahulu disekitar pos polisi lalu lintas tepat di sebelah barat simpang tiga lampu merah Cepit, Pendowoharjo, Sewon, Bantul (Jl.Bantul KM 8.5). ”Diperkirakan bahwa dulunya halte Cepit ini dibangun dikarenakan ruas Winongo dengan Bantul memiliki rentan cukup jauh, dibanding dengan jarak stasiun-stasiun yang lainnya, sehingga dapat lebih memudahkan dalam akses para penumpang yang akan menggunakan jasa kereta api,” katanya.

Dari simpang tiga Cepit, jalur terus ke selatan hingga masuk ke ibukota kabupaten Bantul. Ketika tiba di simpang empat jalan Jend Sudirman, berdasarkan peta lama tahun 1935, jalur rel menyeberang jalan untuk berada di sisi timur. Hal ini lumrah saja mengingat beberapa puluh meter kemudian terletak stasiun Bantul.

Bangunan Stasiun Bantul
Stasiun Bantul terletak tidak jauh dari alun-alun di jalan Jend Sudirman. Bentuk bangunan masih terlihat jelas meski kini digunakan sebagai warung makan dan bengkel. Arsitektur bangunan bergaya 1950an yang juga dibangun ulang pada masa DKA, serta mempunyai kemiripan dengan stasiun Winongo yaitu lubang ventilasi berbentuk bulat. Sayangnya, sudah tidak banyak ditemukan bekas sinyal, tiang telekomunikasi atau bekas rel lagi. Jalur rel pun kini telah menjadi jalur lambat kendaraan, akan tetapi jalur kendaraan yang menikung (sisi utara), dapat diperkirakan bahwa dahulunya adalah jalur kereta api.

Menurut Aga Yurista, diperkirakan dulu stasiun ini memiliki dua jalur. Selain itu, di belakang stasiun juga diperkirakan terdapat jalur rel menuju ke Pabrik Gula Bantul. “Jadi stasiun ini selain melayani penumpang juga untuk angkutan gula dari Pabrik Gula Bantul,” katanya.


Setelah stasiun Bantul, jalur kemudian terus mengarah ke selatan di sepanjang jalan Wahid Hasyim. Namun sebelum tiba di simpang empat jalan Srandakan, jalur rel berbelok ke kanan masuk ke pemukiman warga. Tepat di tikungan rel kini berdiri bengkel dan rumah warga. Jalur rel kemudian mengarah ke barat hingga tiba di stasiun Palbapang yang kini menjadi terminal.

Stasiun Palbapang
Hari Kurniawan menjelaskan, menurut informasi yang diperolehnya, semua rel di jalur itu telah di bongkar dan sisa-sisa rel tersebut disimpan di Dinas Perairan Bantul, walaupun disebelah timur stasiun (sudah dibangun kios pasar) masih dapat diketemukan beberapa bekas relnya. Kondisi bangunan stasiun  kini sudah beralih fungsi menjadi terminal bus Palbapang sejak 20 Juli 1990. Hal ini juga ditegaskan dengan prasasti yang ditempel di dinding stasiun. Bangunan stasiun bagian dalam dipergunakan sebagai kantor Veteran dan ruang disebelah barat yang ada rolling door untuk Pos DLLAJR Bantul.

Yang unik dari stasiun Palbapang, di sisi utara stasiun terdapat semacam taman dimana masih bisa dijumpai bekas pompa air. ”Hal ini membuktikan dulunya ada menara air di sini, kata Hari lagi.

Selain itu, di dekat stasiun terdapat beberapa rumah dinas pegawai kereta api. Hal ini lumrah mengingat stasiun Palbapang tergolong stasiun besar dimana dulunya terdapat lima jalur KA ditambah bangunan depo lokomotif. Sayangnya, bangunan depo ini kini sudah tidak ada jejaknya lagi.(*)

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya