Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Friday 28 November 2014

Memoar 4: Money Changer Partikelir Purworejo

Setia Tunggu Penukar Uang

Suryanto sedang menunggu pengguna jasanya di depan Kantor Pos Purworejo.
 Foto diambil pada 2012. Dok Pri.

Uang merupakan suatu benda yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat luas. Tua-muda, kaya-miskin, semua membutuhkan uang dan hidup berjalan dengan keberadaan uang.

Uang yang berlaku di Indonesia adalah Rupiah. Bagaimana dengan mereka, yang karena suatu hal, mendapatkan penghasilan uang asing? Tenaga Kerja Wanita contohnya. Mereka yang bekerja di luar negeri tentu saja mendapatkan upah berupa mata uang asing. Bagaimana seandainya mereka membawa uang tersebut ke Indonesia, bagaimana mereka bisa membelanjakannya? Tentu saja money changer adalah solusinya. Lantas, apabila jumlah uang yang ditukarkan hanya sedikit, apakah money changer bersedia melayani?

Dalam permasalahan di atas, Suryanto (38) menangkap peluang usaha.
Mengandalkan sedikit pengalamannya ketika masih berjualan emas dan "nyambi" berusaha jual-beli uang asing, dia mantap membuka lapak penjual valuta asing. Setiap harinya pria berperawakan gempal ini menunggu pengguna jasanya di depan kantor pos Purworejo. Orang-orang yang memiliki mata uang asing, baik turis maupun TKW adalah pengguna jasanya. Uang Real, Dollar Singapura, Dollar Amerika, dan Ringgit Malaysia merupakan uang yang sering ia perdagangkan.

"Pengguna jasa saya sebagian besar adalah orang Purworejo yang bekerja di luar negeri, terutama TKW. Cukup jarang ada wisatawan asing yang kesini dan menukarkan uang mereka," jelas Suryanto. Ditemui di lapaknya yang berupa meja kecil dengan penutup berupa atap payung, dia sedang duduk menanti pengguna jasanya.

Pengharapan akan rejeki memang membayang di wajah Suryanto. Tentu saja, tidak setiap hari ada orang yang menggunakan jasanya. Karena itu, selain jual beli uang asing, ia juga berjualan pulsa.

"Ndak setiap hari ada yang menukarkan uangnya, kadang sehari bisa sepi sama sekali tidak ada yang datang. Namun dari jualan pulsa saya bisa nutup kekurangan itu, buat kebutuhan sehari-hari. Lumayan, kalau pulsa sehari bisa 10-15 orang yang beli," jelasnya sambil tersenyum.

Kenekatan, dan sedikit perhitungan, itulah modal Suryanto. Betapa tidak, ia membuka lapak penukaran valuta asing di depan kantor pos. Padahal, di dalam kantor pos ada kantor money changer resmi. Suryanto mengaku, ia tidak takut bersaing dengan money changer yang ada di kantor pos.

"Rejeki orang kan ada jalannya sendiri-sendiri. Saya ndak takut, lagipula yang di dalam itu kan bukan milik kantor pos, cuma ada orang yang nyewa ruangan," ujar Suryanto tenang. Namun, ia mengaku mendapat inspirasi dari money changer di kantor pos tersebut. Menurutnya, ada orang yang tidak jadi bertransaksi di kantor tersebut dan kemudian beralih menggunakan jasanya.


Dalam usaha yang telah digelutinya sejak dua tahun yang lalu itu, banyak suka duka yang terjadi. Sebagai contoh, pernah ada orang yang bertransaksi sampai senilai 40 juta rupiah. Waktu itu ada orang yang menukarkan dollar Singapura ke Rupiah. Namun tidak jarang, usahanya sama sekali sepi tanpa pengguna jasa sama sekali. Hidup memang tidak bisa ditebak.

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya