Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Wednesday, 28 January 2015

Memoar 25: Saksi KLB Hijrah Presiden Soekarno

Mbah Atmo Sempat Melihat
Bung Karno Naik Kereta Api Uap

Belasan kuli angkut atau yang biasa dikenal dengan istilah porter terlihat berdiri di peron stasiun Kutoarjo siang itu. Mereka menatap ke arah barat menyongsong kedatangan KA Kutojaya Selatan yang akan segera memasuki stasiun. Ketika kereta mulai melambat, tanpa menunggu kereta berhenti mereka naik ke atas kereta untuk menyongsong rejeki: membantu mengangkut barang bawaan milik penumpang.
Petugas porter sedang melayani penumpang yang turun di stasiun Kutoarjo. Dok Pri

Dalam kumpulan belasan porter berseragam kuning tersebut, satu sosok pria lanjut usia turut berdiri menyongsong laju kereta. Meski tidak segesit porter lainnya, namun ia tanpa ragu ataupun takut meloncat ketika kereta mulai berhenti. Tidak lama kemudian ia mendapatkan klien pertamanya. Satu koper berukuran besar dipanggulnya.

Tidak ada gerakan gemetar maupun terhuyung ketika Mbah Atmo, demikian nama pria lanjut usia itu mengangkat barang bawaan milik seorang penumpang. Sigap ia mengikuti pengguna jasanya keluar menuju teras stasiun. Setelah itu upah beberapa kembar uang dua ribu dan seribu rupiah dimasukkannya ke kantong ditemani senyuman lega.

Selesai mengantarkan barang, Mbah Atmo duduk-duduk di peron stasiun. Angin yang berhembus cukup kencang siang itu cukup meredakan peluh yang membasahi kening dan lehernya. Rambutnya yang telah memutih terlihat rapi.

Atmo Dijoyo, demikian nama lengkap porter lanjut usia tersebut. Kepada beberapa awak media dan pecinta kereta api ia mengaku telah menjadi porter di stasiun Kutoarjo selama sekitar 50 tahun. Karena itu, tidak heran pria berusia 81 tahun itu menjadi porter yang paling dihormati di stasiun.

"Mulai dari zaman kereta uap sampai kereta seperti sekarang, saya sudah jadi porter. Biasanya musim Lebaran seperti sekarang banyak yang membutuhkan tenaga saya," jelas pria yang murah senyum ini ketika ditemui, belum lama ini.

Meski penghasilan tidak menentu karena upah hanya berdasar keikhlasan penumpang kereta api, namun Mbah Atmo mengaku menikmati pekerjaan ini. Ia merasakan ada kepuasan tersendiri ketika berhasil menolong seorang penumpang yang kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang. Itulah yang menjadi motivasi kerjanya.
Mbah Atmo (tengah) sedang membawakan barang bawaan penumpang. Dok Pri

Begitulah, kesibukan angkutan Lebaran dari tahun ke tahun senantiasa membawa rejeki lebih untuk pekerja kasar seperti Mbah Atmo. Di saat penumpang kereta api sedang banyak-banyaknya, serta tidak jarang penumpang membawa barang bawaan dalam jumlah banyak, saat itulah tenaganya dibutuhkan. Di Stasiun Kutoarjo memang masih cukup banyak porter yang bekerja. Tidak kurang 25 porter bekerja bergiliran dalam dua shift setiap harinya.

"Shift pertama pukul 06.00 sampai 13.00. Shift kedua pukul 13.00 sampai pukul 21.00. Selepas pulul 21.00 porter bekerja bebas. Tapi biasanya kalau tidak sibuk di sawah saya pilih yang shift pagi," kata Mbah Atmo yang mengaku tetap berpuasa meski bekerja mengandalkan fisik ini.

Puluhan tahun menjadi porter tentunya menanamkan banyak cerita dalam perjalanan hidup Mbah Atmo. Pria yang telah menyandang status duda beberapa tahun terakhir ini mengaku, ada satu kenangan yang tidak akan pernah ia lupakan.

"Saya lupa tahunnya, tapi waktu itu saya melihat Bung Karno naik kereta. Beliau berhenti di Kutoarjo dan turun untuk menyalami warga. Waktu itu saya susah payah mencegat agar bisa salaman. Tapi ternyata saya salah perkiraan, Bung Karno tidak naik kereta yang bagus, tapi justru yang kelas jelek di urutan belakang. Saya kecele. tapi mau gimana lagi..." ujarnya sambil menerawang.

Meski hanya sempat melihat Bung Karno dari kejauhan, namun ia mengaku sudah cukup puas. Baginya, sebagai seorang rakyat kecil, melihat pejuang yaitu Bung Karno telah menjadi kenangan indah tersendiri. Kenangan itu tidak akan pernah ia lupakan, seiring perjalanan waktu karyanya bekerja menolong penumpang kereta api.(*)

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya