Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Monday 5 October 2015

Memoar 28: Misteri dan Pesona Benteng Kalimaro

Jelajah Perbukitan Bersejarah Bersama Bagor Purworejo


Menjadi duta pariwisata tentunya harus mengenal seluk beluk dunia pariwisata di suatu daerah. Karena itu, satu langkah terobosan dilakukan oleh para Bagus-Roro (Bagor) Purworejo 2013. Pada Minggu (15/9/2013) mereka mengunjungi beberapa benteng peninggalan Jepang di kawasan kecamatan Bagelen, Purworejo.

Dipandu oleh beberapa warga yang tergabung dalam Paguyuban Warga Bagelen (PWB), sembilan Bagus-Roro 2013 mengunjungi sekitar lima benteng. Dalam perjalanannya, mereka didampingi oleh Kasi Sejarah dan Kepurbakalaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) Drs Eko Riyanto. Karena itu, mereka tidak hanya sekedar berkunjung, tapi juga
memahami sejarah dan peran benteng yang tersebar di perbukitan tersebut.
 
Sarwono dari PWB sedang memberi penjelasan awal kepada para duta wisata
Perjalanan diawali dari benteng di dusun Kalimaro desa Bapangsari. Dalam benteng ini, terdapat dudukan beton yang diperkirakan sebagai tempat meletakkan senjata berat tentara Jepang. Menurut Eko Riyanto, senjata diarahkan ke selatan untuk menangkis serangan tentara Sekutu yang diperkirakan datang dari Samudra Hindia.
 
Posisi benteng umumnya di perbukitan untuk memudahkan pengintaian atas serangan musuh
"Benteng disini dibangun jauh di atas bukit agar bisa memantau kedatangan pasukan Sekutu. Karena itu, senjata diarahkan  ke selatan untuk menahan serangan sekutu," katanya.

Eko Riyanto mengungkapkan, saat ini terdapat 10 benteng yang telah diketahui keberadaannya. Diperkirakan, masih banyak benteng lain yang masih terpendam selama berpuluh tahun. Untuk itu ia mengajak para Duta Wisata Purworejo tersebut agar mengangkat keberadaan benteng pendem. Dengan demikian masyarakat bisa mengenal dan pada akhirnya mengundang kepedulian semua pihak untuk ikut melestarikan.
 
Beberapa benteng harus dicapai dengan jalan kaki di jalan setapak
Benteng yang dikunjungi tidak selalu terletak di puncak bukit. Pada benteng yang kedua, letaknya berada di lereng bukit. Untuk mencapainya dibutuhkan perjuangan ekstra melalui jalan setapak sempit yang ditumbuhi semak belukar. Tak ayal, hal ini menjadi tantangan untuk para duta wisata perempuan. Pasalnya, mereka yang telah berdandan rapi dari rumah harus blusukan ke tempat semacam itu.

Roro Favorit 2013, Destya Kharismawati (18) terlihat harus berpegangan pada temannya ketika menyusuri jalan setapak. Sesekali ia mencengkeram erat bahu temannya karena jalan yang ditempuh cukup curam. Parahnya lagi, ia hanya memakai sepatu datar biasa. Karena itu ia harus ekstra hati-hati.

"Mau gimana lagi, sempatnya cuma pakai yang ini sih," katanya sambil tersenyum.
 
Jalan setapak meniti punggung bukit yang cukup terjal menanti peserta
Pada kunjungan yang dimulai sekitar pukul 10.00 tersebut, sebanyak lima benteng dikunjungi. Pemandu kegiatan, Sarwono dari PWB mengungkapkan, dalam eksplorasi yang dilakukan PWB, pihaknya berhasil menemukan posisi enam benteng. Sayangnya, beberapa benteng sangat sulit dicapai karena posisinya di perbukitan yang rimbun. Karena itu ia hanya mengajak para duta wisata mengunjungi benteng yang masih bisa dijangkau.

"Mungkin ini pertama kali para Bagus-Roro ikut kegiatan semacam ini. Harapannya, mereka bisa memperkenalkan keberadaan benteng bersejarah yang sangat berharga ini," katanya.


Sementara itu, Juara Bagus Purworejo 2013, Catur Setyawan (21) mengatakan, ia beserta delapan rekannya sangat antusias melihat peninggalan bersejarah di Purworejo. Menurutnya, Sebagai Duta wisata, mengenal obyek wisata yang ada di daerahnya sangatlah penting. Selain itu, mereka juga dituntut harus berkarya untuk memperkenalkan keberadaannya.
 
Eko Riyanto (kanan, berbaju biru) sedang memberi pejelasan seputar benteng pendem kepada para duta wisata
"Setelah kunjungan ini, kami ingin mendorong upaya pelestarian benteng yang sangat bersejarah ini. Keberadaan benteng-benteng tersebut sangat potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata," ujarnya.

Maklum saja, selama ini benteng peninggalan Jepang tersebut terkesan tak terurus. Tempat yang bersejarah tersebut banyak yang menjadi korban vandalisme para pengunjung yang kurang memahami pentingnya benteng. Hal tersebut dibenarkan oleh Juru Pelihara Benteng, Suparlan.


"Banyak pengunjung yang mencorat-coret benteng. Tapi untuk menangkap basah mereka cukup sulit," katanya.

Suparlan berharap, pemerintah bisa memberikan perhatian lebih kepada peninggalan sejarah tersebut. Ia merasa prihatin apabila bangunan yang bernilai tinggi tersebut sampai terlantar.(*)
Kenampakan luar benteng pendem
 
Menunjukkan sisi lain benteng
 
Tidak lupa berfoto bersama

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya