Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Sunday 23 November 2014

Memoar 2: Klenteng Thong Hwie Kiong Lambang Kerukunan Tiga Kepercayaan


Foto klenteng pada 2012. Dok Pri
Di belakang hiruk-pikuknya aktivitas Pasar Induk Baledono Purworejo, terselip kisah sejarah yang berusia ratusan tahun. Satu bangunan bercorak China berdiri megah menghadap ke pasar. Suasananya yang tenang kontras dengan ramainya pasar yang padat oleh aktivitas jual-beli. Bangunan yang memiliki patung sosok naga di atapnya tersebut adalah bangunan klenteng Thong Hwie Kiong.

Seperti halnya klenteng-klenteng lain di Indonesia, klenteng ini dibangun oleh pedagang Cina yang akhirnya bermukim di Indonesia. Bangunan lama yang masuk dalam daftar benda cagar budaya Purworejo ini telah didata oleh Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo dengan nomor inventarisasi 11-06/Pwr/TB/23. 

 Foto klenteng pada 1930 milik Achmad Nangim SIP.
Bangunan menghadap ke barat dan berhadapan dengan pasar Baledono. Arsitektur bangunan berciri arsitektur China dengan warna dominan merah sebagai simbol penolak bala terhadap kekuatan roh jahat. Bangunan yang ada terdiri dari bangunan tempat pemujaan dan asrama pengelola. Halaman depan bagian kanan terdapat prasasti dengan huruf Cina kuno yang isi prasasti belum diterjemahkan dan berangka tahun 1888 M.
Prasasti di halaman depan klenteng. Dok Pri

Menurut keterangan penjaga Klenteng, Katerina, klenteng ini mewadahi kegiatan tiga agama yaitu Buddha, Kong Hu Cu, dan Tao. Klenteng di Kelurahan Baledono Purworejo ini dihuni (tuang rumah) Dewa Bumi atau KC Hok Tek Ceng Sin yang diangap dewa paling bijak dan sabar.

“Pada kegiatan malam Imlek, biasanya umat yang menjalankan sembahyangan di klenteng ini bertambah. Ada beberapa diantaranya yang berasal dari luar daerah,” jelasnya

Karena merupakan tempat untuk tiga kepercayaan, maka di sebelah kanan bangunan, sebelum masuk ke ruangan di belakang terdapat beberapa patung Buddha dan patung dari kepercayaan Tao.

Uniknya, menurut Katerina, pemeluk ketiga kepercayaan tersebut sering melakukan kegiatan secara bersama-sama. hal ini melambangkan kerukunan antara pemeluk kepercayaan tersebut. 

"Setiap ada kegiatan pasti semuanya hadir, semuanya lengkap. Semuanya saling membantu dan saling menghargai," jelasnya.

Mengenai usia klenteng, menurut dia, klenteng ini direnovasi tahun 1888. Namun dia tidak mengetahui kapan klenteng itu dibangun. "Kita memang belum tahu kapan pasti pembangunannya. Namun arca Hok Tek Ceng Sin ini sudah ada sejak klenteng ini dibangun. Berarti umurnya sudah ratusan tahun," imbuhnya.

Meski kebakaran hebat melanda Pasar Induk Baledono pada 2013, namun api tak menyentuh bangunan klenteng. Sampai kini pun klenteng tetap bisa dipakai untuk kegiatan beribadah tiga umat.
Klenteng tetap bisa dipakai beribadat. Dok Pri

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya