Purworejo telah
mendapat tempat tersendiri dalam hati saya. Selama dua tahun saya bekerja dan
beranjangsana dengan kota yang terletak di barat Yogyakarta ini. Banyak hal menarik
dan unik yang saya temui, terkadang hal yang membuat kagum, terkadang pula
memberi pelajaran hidup.
Setelah tiga bulan
“pelatihan” sebagai wartawan di kota Yogyakarta, pada suatu sore pimpinan
memanggil saya dan seorang rekan lainnya. Singkatnya, setelah dirasa mendapat
pembekalan yang cukup di kota, maka kami diberi tugas baru di luar kota. Saya
ditempatkan di Purworejo, sementara rekan saya ditempatkan di Purwokerto.
Sempat saya protes ke
pimpinan, bagaimanapun juga saya merasa belum mendapat pembekalan yang cukup.
Lagipula Purworejo terasa asing buat saya yang sejak kecil lebih familiar
dengan Klaten-Yogya dan Jakarta. Banyak rekan yang bercerita mengenai Purworejo
yang terkenal dengan jalannya yang jelek, medan yang berat, dan sepi tanpa
tempat hiburan.
Sebelumnya memang saya
pernah ke Purworejo. Tapi itupun terbatas dalam lingkup perjalanan kereta api
karena saya hanya joy ride KA Feeder Purworejo dari Kutoarjo. Tidak banyak yang
bisa saya lihat selain jalur kereta, sawah dan jalur utama lintas selatan.
Keputusan sudah
ditetapkan, persiapan telah dilakukan. Dengan berat hati saya pun berangkat
ditemani seorang senior yang telah “babad alas” di Purworejo. Siang hari 28
Maret 2012 kami pun menuju ke Purworejo menggunakan mobil milik Oom senior.
Kesan pertama ketika
menuju Purworejo adalah: uadohe reek! Perjalanan menggunakan mobil dari Yogya
menuju ke Purworejo menghabiskan waktu lebih dari satu jam. Kesan pertama
ketika melihat wilayah Purworejo adalah bukit, gunung, sepi dan panas.
Perjuangan dimulai
ketika pada 1 April 2012 saya resmi ditugaskan di sana. Layaknya pecinta kereta
api, liputan pertama yang saya buat pun bertema kereta api: Soal Stasiun
Purworejo yang non aktif dan kesibukan di Stasiun Kutoarjo :P
Selanjutnya,
dimulailah rutinitas jurnalistik yang (tidak) membosankan. Memasuki kantor-kantor
pemerintahan, kepolisian, TNI, hingga blusukan mulai dari Bruno hingga
Keburuhan. Akhirnya, selama dua tahun bertugas di Kabupaten yang berslogan
“Berirama” ini, banyak pengalaman menarik dan tak terlupakan. Mulai dari
pengalaman mengesalkan hingga menyenangkan.
Mulai hari ini saya
bakalan menulis soal kenangan bekerja di Purworejo. Sebagian saya ambil dari
berita yang pernah saya tulis, baik itu yang dimuat atau ditolak redaksi. Untuk
yang pernah dimuat, tentunya ada penyesuaian dengan bahasa yang digunakan di
blog. Sementara yang tidak dimuat, tentu ada penyesuaian pula.
Semoga saja, tulisan
ini bisa menjadi pengingat bahwa saya pernah bertugas di daerah yang menarik,
kaya sejarah, kaya budaya, kaya religiositas, dan kaya kekayaan alam.
Purworejo, selalu berirama dalam jiwa.
No comments:
Post a Comment