Tetap Tersenyum Walau Ada yang Menggoda
Isna sedang bertugas sebagai KP KA Prameks. Meski berkecimpung di dunia kereta api yang identik dengan dunia teknis, namun kelembutan dan pembawaan yang ramah membawa nuansa tersendiri. Dok Pri |
Kereta
api menyimpan banyak cerita menarik yang sepertinya tidak akan habis diulas.
Misalnya saja, meski hal ini sudah cukup lama terjadi yaitu pada awal 2012,
namun sampai sekarang masih cukup relevan. Hal menarik yang akan dibahas kali
ini adalah keberadaan kru kereta perempuan.
Selama
ini dunia perkeretaapian oleh banyak pihak dianggap identik dengan dunianya
para laki-laki. Para perempuan pun sebenarnya juga berperan, namun masih dalam
hal tertentu yang terbatas misalnya petugas loket, pramugari, hingga karyawan
administrasi.
Namun,
sejak kepemimpinan Ignasius Jonan, PT Kereta Api Indonesia terus berbenah. Satu
di antaranya adalah peningkatan peran perempuan di perkeretaapian.
Beberapa posisi pun mulai dirambah kaum hawa. Yang terbaru, PT KAI menyiapkan sedikitnya sembilan masinis perempuan, meski baru sebatas untuk masinis Kereta Rel Listrik.
Beberapa posisi pun mulai dirambah kaum hawa. Yang terbaru, PT KAI menyiapkan sedikitnya sembilan masinis perempuan, meski baru sebatas untuk masinis Kereta Rel Listrik.
Selain
itu, beberapa posisi juga terus mendapat peningkatan personel perempuan.
Petugas Keamanan Dalam (PKD), Kapten Kru hingga Kondektur pun mulai
dipercayakan kepada perempuan. Namun sebelum seramai sekarang, keberadaan
perempuan pada posisi teknis di lapangan baru dialami segelintir perempuan.
Satu contohnya adalah keberadaan Kondektur perempuan pada KA Prameks pada
sekitar 2012.
Selama
bertugas di Purworejo, saya rutin menggunakan KA Prameks untuk bepergian ke
Yogyakarta. Sebagai railfans, pengalaman naik kereta tentu selalu terasa
menarik. Ditambah sedikit kepekaan untuk mengamati situasi, maka banyak kisah
unik dan menarik bisa memperkaya pikiran.
Pagi
itu kereta api Prambanan Ekspress (Prameks) tidak terlalu penuh. Perjalanan
menuju ke Kutoarjo pada pagi hari memang tidak seperti yang menuju ke Solo yang
selalu sesak oleh penumpang. Karena jalur kereta masih sepi, jadwal kedatangan
dan keberangkatan Prameks ke Kutoarjo pun cenderung tepat waktu. Para penumpang
yang sebagian besar adalah keluarga muda, lansia, maupun penumpang KA jarak
jauh yang ingin ke Purworejo maupun Kutoarjo tidak perlu berebutan untuk duduk.
Kereta
Prameks pun memulai perjalanannya dari Stasiun Tugu Yogyakarta pada pukul
06.40. Lepas dari stasiun Tugu, tiket para penumpang pun mulai diperiksa oleh
Kondektur Pemimpin (KP) Prameks. Namun, perjalanan pada Selasa (29/5/2012) itu
sungguh berbeda. Seorang perempuan muda berjilbab dengan dibantu seorang
petugas keamanan memeriksa tiket para penumpang.
Isnaini
Kurniasih (23) demikianlah nama KP tersebut. Sambil sesekali menyunggingkan
senyum ia meminta tiket untuk diperiksa. Goyangan kereta yang sedang berjalan
tidak menghambat gerak lincahnya menyusuri gerbong demi gerbong. Dibandingkan
dengan wajah datar sang petugas keamanan, Senyum Isna, demikian nama
panggilannya, adalah suatu kesejukan di penatnya hati para penumpang yang
kelelahan.
"Sebentar
ya, ijin DAOPS dulu kalau mau wawancara," ucapnya ketika penulis meminta
kesediaannya untuk menuturkan pengalamannya. Setelah mendapatkan konfirmasi
dari Humas DAOPS VI Yogyakarta, barulah Isna bersedia bercerita.
Setelah
menyerahkan laporan perjalanan Prameks ke PPKA Stasiun Kutoarjo, Isna pun
berbagi cerita mengenai pekerjaannya sebagai KP. Perempuan asal Cilacap ini
setelah lolos seleksi pegawai Kereta Api pada 2009 ditempatkan di loket
stasiun. Setelah itu, beranjak karirnya meningkat dengan ditugaskan di Pengawas
Peron. Dari petugas di stasiun berubah menjadi petugas di perjalanan,
demikianlah karirnya beranjak naik setelah mengikuti diklat di Bandung. Lulus
dari diklat ia ditugaskan menjadi KP kereta lokal mulai Desember 2011.
Isna
pun kemudian setia bertugas dua kali sehari, memimpin perjalan KA Prameks.
Sesekali ada penumpang yang menggodanya, namun ia tetap melayani dengan
senyuman. Tidak jarang ada penumpang yang heran melihat kiprahnya, lalu
membicarakannya dengan penumpang lainnya. Namun Isna tidak ambil pusing,
bagaimanapun, setiap ia bertugas, ada seorang petugas yang setia mengawalnya.
"Saya
tidak sendiri, di DAOPS VI ada 2 KP dari Yogya dan 3 KP dari Solo. Jadi, temen
KP perempuan saya cukup banyak," jelas Isna di ruangan PPKA stasiun
Kutoarjo.
Bertugas
di perjalanan kereta api, sebagian besar rekan kerja Isna adalah laki-laki.
Pun, menjadi seorang KP masih sering diidentikkan dengan pekerjaan kaum adam.
Namun Isna tetap berusaha bertugas sebaik mungkin.
"Untung
orangtua mendukung pekerjaan saya ini. Asalkan saya melakukan pekerjaan dengan
benar dan sepenuh hati, pasti didukung," lanjutnya lagi.
Isna
mengaku, semula ia bercita-cita menjadi dokter. Namun perjalanan nasib
membawanya menjadi seorang KP, pekerjaan yang menuntut dedikasi karena menyangkut
keselamatan perjalanan kereta api; tidak jauh berbeda dengan dokter yang
berurusan dengan jiwa manusia.
Sebagai
satu dari beberapa perempuan yang bekerja di pekerjaan yang masih didominasi
laki-laki, Isna merasa senang. Ia bangga bisa dipercaya bertugas sebagai KP.
Walau belum perhatian khusus dari perusahaan, namun ia tetap mensyukuri
pekerjaannya.
Perbincangan
dengan Isna harus terhenti ketika jam menunjukkan pukul 08.25. Isna pun segera
bersiap, ia harus kembali bertugas memimpin perjalanan KA Prameks.(*)
No comments:
Post a Comment