Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Saturday 29 November 2014

Memoar 5: Kisah Kondektur Perempuan di KA Prameks

Tetap Tersenyum Walau Ada yang Menggoda
Isna sedang bertugas sebagai KP KA Prameks. Meski berkecimpung di dunia kereta api yang identik dengan dunia teknis, namun kelembutan dan pembawaan yang ramah membawa nuansa tersendiri. Dok Pri







Kereta api menyimpan banyak cerita menarik yang sepertinya tidak akan habis diulas. Misalnya saja, meski hal ini sudah cukup lama terjadi yaitu pada awal 2012, namun sampai sekarang masih cukup relevan. Hal menarik yang akan dibahas kali ini adalah keberadaan kru kereta perempuan.

Selama ini dunia perkeretaapian oleh banyak pihak dianggap identik dengan dunianya para laki-laki. Para perempuan pun sebenarnya juga berperan, namun masih dalam hal tertentu yang terbatas misalnya petugas loket, pramugari, hingga karyawan administrasi.

Namun, sejak kepemimpinan Ignasius Jonan, PT Kereta Api Indonesia terus berbenah. Satu di antaranya adalah peningkatan peran perempuan di perkeretaapian.
Beberapa posisi pun mulai dirambah kaum hawa. Yang terbaru, PT KAI menyiapkan sedikitnya sembilan masinis perempuan, meski baru sebatas untuk masinis Kereta Rel Listrik. 

Selain itu, beberapa posisi juga terus mendapat peningkatan personel perempuan. Petugas Keamanan Dalam (PKD), Kapten Kru hingga Kondektur pun mulai dipercayakan kepada perempuan. Namun sebelum seramai sekarang, keberadaan perempuan pada posisi teknis di lapangan baru dialami segelintir perempuan. Satu contohnya adalah keberadaan Kondektur perempuan pada KA Prameks pada sekitar 2012.

Selama bertugas di Purworejo, saya rutin menggunakan KA Prameks untuk bepergian ke Yogyakarta. Sebagai railfans, pengalaman naik kereta tentu selalu terasa menarik. Ditambah sedikit kepekaan untuk mengamati situasi, maka banyak kisah unik dan menarik bisa memperkaya pikiran.  

Pagi itu kereta api Prambanan Ekspress (Prameks) tidak terlalu penuh. Perjalanan menuju ke Kutoarjo pada pagi hari memang tidak seperti yang menuju ke Solo yang selalu sesak oleh penumpang. Karena jalur kereta masih sepi, jadwal kedatangan dan keberangkatan Prameks ke Kutoarjo pun cenderung tepat waktu. Para penumpang yang sebagian besar adalah keluarga muda, lansia, maupun penumpang KA jarak jauh yang ingin ke Purworejo maupun Kutoarjo tidak perlu berebutan untuk duduk.

Kereta Prameks pun memulai perjalanannya dari Stasiun Tugu Yogyakarta pada pukul 06.40. Lepas dari stasiun Tugu, tiket para penumpang pun mulai diperiksa oleh Kondektur Pemimpin (KP) Prameks. Namun, perjalanan pada Selasa (29/5/2012) itu sungguh berbeda. Seorang perempuan muda berjilbab dengan dibantu seorang petugas keamanan memeriksa tiket para penumpang.

Isnaini Kurniasih (23) demikianlah nama KP tersebut. Sambil sesekali menyunggingkan senyum ia meminta tiket untuk diperiksa. Goyangan kereta yang sedang berjalan tidak menghambat gerak lincahnya menyusuri gerbong demi gerbong. Dibandingkan dengan wajah datar sang petugas keamanan, Senyum Isna, demikian nama panggilannya, adalah suatu kesejukan di penatnya hati para penumpang yang kelelahan.

"Sebentar ya, ijin DAOPS dulu kalau mau wawancara," ucapnya ketika penulis meminta kesediaannya untuk menuturkan pengalamannya. Setelah mendapatkan konfirmasi dari Humas DAOPS VI Yogyakarta, barulah Isna bersedia bercerita.

Setelah menyerahkan laporan perjalanan Prameks ke PPKA Stasiun Kutoarjo, Isna pun berbagi cerita mengenai pekerjaannya sebagai KP. Perempuan asal Cilacap ini setelah lolos seleksi pegawai Kereta Api pada 2009 ditempatkan di loket stasiun. Setelah itu, beranjak karirnya meningkat dengan ditugaskan di Pengawas Peron. Dari petugas di stasiun berubah menjadi petugas di perjalanan, demikianlah karirnya beranjak naik setelah mengikuti diklat di Bandung. Lulus dari diklat ia ditugaskan menjadi KP kereta lokal mulai Desember 2011.

Isna pun kemudian setia bertugas dua kali sehari, memimpin perjalan KA Prameks. Sesekali ada penumpang yang menggodanya, namun ia tetap melayani dengan senyuman. Tidak jarang ada penumpang yang heran melihat kiprahnya, lalu membicarakannya dengan penumpang lainnya. Namun Isna tidak ambil pusing, bagaimanapun, setiap ia bertugas, ada seorang petugas yang setia mengawalnya.

"Saya tidak sendiri, di DAOPS VI ada 2 KP dari Yogya dan 3 KP dari Solo. Jadi, temen KP perempuan saya cukup banyak," jelas Isna di ruangan PPKA stasiun Kutoarjo.

Bertugas di perjalanan kereta api, sebagian besar rekan kerja Isna adalah laki-laki. Pun, menjadi seorang KP masih sering diidentikkan dengan pekerjaan kaum adam. Namun Isna tetap berusaha bertugas sebaik mungkin.

"Untung orangtua mendukung pekerjaan saya ini. Asalkan saya melakukan pekerjaan dengan benar dan sepenuh hati, pasti didukung," lanjutnya lagi.

Isna mengaku, semula ia bercita-cita menjadi dokter. Namun perjalanan nasib membawanya menjadi seorang KP, pekerjaan yang menuntut dedikasi karena menyangkut keselamatan perjalanan kereta api; tidak jauh berbeda dengan dokter yang berurusan dengan jiwa manusia.

Sebagai satu dari beberapa perempuan yang bekerja di pekerjaan yang masih didominasi laki-laki, Isna merasa senang. Ia bangga bisa dipercaya bertugas sebagai KP. Walau belum perhatian khusus dari perusahaan, namun ia tetap mensyukuri pekerjaannya.

Perbincangan dengan Isna harus terhenti ketika jam menunjukkan pukul 08.25. Isna pun segera bersiap, ia harus kembali bertugas memimpin perjalanan KA Prameks.(*)



No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya