Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Thursday 6 November 2014

Membezuk Stasiun Purworejo



Agar tidak merusak kesan klasik, maka jam modern yang ada di stasiun untuk sementara dicopot


Layaknya hubungan pertemanan, ketika ada rekan yang sakit sudah sewajarnya menengok. Demikian pula kawan lama pun tak dilupakan. Apabila ada waktu, ada baiknya berkunjung ke karib yang lama tak berjumpa.

Itulah yang dialami oleh stasiun Purworejo. Sejak mati suri pada November 2010, praktis tak ada kegiatan pemmberhentian maupun pemberangkatan kereta. Stasiun yang bahkan telah dipugar oleh pemiliknya yaitu PT Kereta Api Indonesia sepi meski bangunan berdiri megah menjulang. Sayang memang, tapi mau bagaimana lagi.

Namun, rupanya si cantik yang merana ini tak melulu harus dirundung sepi. Pada awal November 2014 ini mulai terlihat geliat di sekitarnya.
Tidak hanya di jalur yang isunya akan direaktivasi kembali, namun juga di bangunan stasiun nan cantik peninggalan para meneer Belanda ini.

Semua itu berawal dari ikut sertanya PT KAI dalam gelaran Purworejo ekspo 2014. Ajang tahunan yang digelar untuk memeringati hari jadi Kabupaten Berirama ini seperti biasa diadakan di alun-alun Purworejo yang terkenal luas itu. Yang berbeda, kali ini ada peserta baru yaitu PT Sepur.

Perusahaan angkutan pelat merah itu, melalui Unit Pusat Pelestarian, Perawatan dan Desain Arsitektur  membuka satu stand di arena pameran. Selain memajang informasi seputar tempat dan sarana bersejarah di dunia perkeretaapian, pengunjung juga bisa mencetak tiket mandiri. Beberapa petugas berseragam meneer Belanda pun berjaga di stand selama berlangsungnya acara dari akhir Oktober hingga awal November 2014.
 
Jodi segera beraksi untuk memberikan angle terbaik bagi para fotografer. Sementara itu panitia mengawasi dari belakang
Pada hari terakhir pameran, PT KAI pun mengadakan acara di Stasiun Purworejo berupa lomba foto bertema Kisah Klasik di Stasiun Purworejo. Lomba yang dibatasi untuk 30 peserta ini telah dibuka pendaftarannya sejak hari pertama pameran. Para peserta yang berasal dari berbagai kalangan dengan berbagai jenis kamera ini ditantang untuk menghasilkan foto dua model yang disediakan.
 
Nyai Bagelen duduk tenang di bangku stasiun yang masih asli
Karena bertema Purworejo Klasik, tentu saja model yang dihadirkan harus mewakili kedua hal tersebut. Model pertama adalah Destya Kharimawati yang merupakan model asli Purworejo. Dara yang menyabet predikat Roro Favorit pada ajang Pemilihan Bagus-Roro Purworejo 2013 ini tampil memakai baju perempuan Jawa pada zaman dahulu. Memakai kebaya klasik, disertai riasan jadul, ditambah sanggulan cepol, ia mewakili sosok warga Purworejo pada masa kejayaan pengoperasian Stasiun Purworejo.
 
Bidikan terbaik untuk mengabadikan momen
Sementara itu, model kedua merupakan model impor, tentunya impor tidak terlalu jauh yaitu dari Negara sebelah yaitu Yogyakarta… hehehe. Adalah Jodilee Norma Warwick yang berperan sebagai Noni Belanda. Kalau dalam penafsiran saya sih bisa dijadikan pemeran Putri Residen Bagelen waktu itu… 
 
Ini karya saya sendiri. Tapi yang juara satu kurang lebih angle-nya sama seperti ini :D
Untuk menjiwai perannya, Jodi, demikian ia akrab disapa memakai baju noni-noni yang serba terang. Ditambah aksesori topi dan payung, jadilah ia pergi ke pasar… Eh, ngawur. Jadilah ia menjadi noni Belanda yang membuat peserta seolah dibawa ke masa kolonialisme Belanda di tanah Purworejo. Dara berdarah Kanada-Jawa ini terlihat begitu elok menjadi Putri Residen Bagelen. 
 
Selain pose, ekspresi wajah model profesional juga menentukan angle pemotretan
Melihat semua itu, siapa mengira di belakangnya sejumlah persiapan kalang kabut terjadi.  Selain persiapan yang serba minim, butuh perjuangan untuk mencapai Purworejo.
Semula, acara direncanakan akan digelar pada 28 Oktober. Jodi yang dihubungi sejak awal nyaris tidak bisa menyanggupi karena bertabrakan dengan jadwal Ujian Tengah Semester (UTS) di kampusnya. Demikian pula dengan Destya.
 
Judulnya: Menunggu kereta yang tak kunjung datang
Beruntung, Meneer Rezza Habibie yang bertanggungjawab atas acara ini kemudian memberitahu kalau acara digeser ke…3…eh 2 November. Kalau digeser ke 3 November ya Sayur Panas Ngguyuri Klepon: Tasih sami mas nggih sami mawon :P Pada hari Senin, Jodi dan Destya juga masih ujian. Bisa sih nekad datang, tapi jam 1 sudah harus balik ke Jogja soalnya ujiannya sore.
 
Sunyi sepi sendiri
Tapiii… karena acaranya diadakan pada hari Minggu, tentu saja semua bisa. Modelnya siap, pesertanya pun gembira. Sedikitnya 30 peserta ditambah beberapa peserta dadakan yang waiting list siap membidikkan gear-nya ke dua model itu.
 
Putri Residen Bagelen termenung di peron
Soal make up artis pun juga bukan perkara sepele. Bukannya susah nyari sih, cuma nggak keinget saja make up artis di Purworejo. Setelah bertanya pada mbak Sabrina (Roro Purworejo 2012), disarankan untuk menghubungi mbak Pipin dari Pylandra Modelling Purworejo. Daaan… untungnya Mbak Pipin selo dan bersedia. Jadilah pada Minggu pagi 2 November 2014 direncanakan dua model yang (kelihatannya) masih setengah mengantuk itu dipermak.
 
Berbagai gaya, berbagai aksi fotografer menangkap momen
Minggu pagi, rutinitas bangun siang pun dihajar dan ditumpas. Jam enam, Jodi yang diantar Oom Victor siap meluncur ke Purworejo…pake motor. Sementara itu Destya sudah siap menunggu di Purworejo. Perjalanan 1,5 jam berlangsung lancar. Sekitar jam 07.30 sudah sampai ke kawasan alun-alun Purworejo yang masih ramai karena ada Car Free Day. Karena Victor dan Jodi nggak mau diajak sarapan, akhirnya rombongan yang masih setengah mengantuk ini langsung menuju ke tempat Mbak Pipin.
 
Nyai Bagelen pengen masuk ke emplasemen
Jadilah selama lebih dari dua jam Jodi dan Destya (yang ternyata datang tidak terlalu lama sebelum Jodi) dipermak mbak Pipin. Molornya make up karena kesiangan ini sempat membuat Meneer Habibie sewot. Mau gimana lagi, meski sudah siap-siap, masalah property susah dipecahkan. Untungnya sebelum jam 10.00, dua ondel-ondel model tersebut sudah meluncur ke stasiun. Satu pelancarnya adalah kesediaan Mbak Pipin minjemin property miliknya.
 
Bocor rapopo sing penting demes fotone
Sampai di stasiun, tanpa membuang waktu dua model itu segera menjadi sasaran bidik para peserta. Destya menempati venue depan stasiun sementara Jodi di emplasemen. Peserta pun diberi kebebasan mengeksplorasi kemampuannya melukis menggunakan cahaya. Mereka juga diberi kebebasan untuk meminta model berpose tertentu.
 
Apa sih yang dilihat?
Saking tingginya antusiasme peserta, sesi yang direncanakan berlangsung hanya setengah jam saja molor menjadi dua jam bahkan lebih. Bahkan ketika sesi dihentikan, para peserta terus saja meminta dua model untuk berpose. Semoga saja antusiasme ini ditangkap panitia sehingga gelaran ini bisa rutin diadakan setiap tahunnya :D Amien.
 
Ki meneh, apa sing dideleng?

Melihat semangat peserta, Jodi dan Destya pun juga ikut bersemangat. Meski udara terasa panas, namun itu tidak mengurangi semangat mereka. Sesekali mereka terpaksa menyeka keringat yang bercucuran.
 
Mencari bidikan terbaik
Pada 10 menit terakhir, dua model tersebut dikolaborasikan. Hasilnya luar biasa, keduanya membuat suasana stasiun Purworejo bagaikan kembali ke masa 1900an awal. Diiringi oleh latar belakang kusen pintu dan jendela yang masih asli, peserta merasakan nuansa klasik yang kuat. Kalau nggak bocor, hasilnya foto bisa mencerminkan atmosfir kuno yang kuat. Pemilihan tone dan kolaborasi antara model dan arsitektur bangunan menjadi kuncinya.
Setelah melalui penjurian yang cukup njlimet karena karya yang diserahkan ke panitia sangat menarik, akhirnya terpilih tiga pemenang. Juara pertama disabet Wisnu Prawoto, berikutnya Ilham Kencana Putra menggondol trofi kedua, sementara peringkat ketiga diraih oleh Martin Tri Haryanto.
 
Ketika dua model berkolaborasi
Setelah event ini, rencananya pada Desember 2014 PT KAI akan kembali mengadakan event. Kabarnya acara yang diadakan berupa pasar peron. Semoga saja ke depannya stasiun semakin ramai ketika jalur Purworejo-Kutoarjo sudah aktif kembali. Semoga.
Di tengah pemotretan, tak lupa musisi keroncong mengiringi

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya