Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Monday, 17 November 2014

Paduan Barat dan Timur dalam Karya Perak Kotagede

Bambang sedang mengerjakan cincin perak pesanan pelanggannya. Dok Pri


Kotagede telah lama dikenal sebagai daerah yang menghasilkan kerajinan perak. Bahkan, dalam sejarahnya perak Kotagede pernah menembus mancanegara. Hingga kini, sisa kejayaan Kotagede masih dapat dijumpai.

Matahari belum beranjak tinggi ketika kesibukan dimulai di Kotagede. Jalanan sempit yang membelah deretan toko dan pusat souvenir perak dipadati pengguna jalan. Mulai dari sepeda, becak, andong hingga sepeda motor dan mobil berlalu-lalang.

Nampak depan belum tentu menunjukkan nampak aslinya. Di sela kepadatan kios dan toko berarsitektur modern tersebut, masih terdapat gang-gang yang menyimpan sejuta misteri Kotagede. Misteri tersebut, tidak lain dan tidak bukan adalah perak yang menjadi daya tarik wilayah ini.

Di belakang deretan kios dan toko tersebut, masih banyak pemukiman warga yang dibangun pada era ketika sebelum Indonesia merdeka. Pun begitu, sisa bangunan Jawa kuno juga masih dapat dijumpai meski kini tak sebanyak dulu.

Lebih dari itu, di rumah-rumah tembok dengan kusen-kusen kayu lawas tersebut, terselip kisah pembuatan berbagai kerajinan perak. Tidak hanya mengintip bagaimana berbagai cenderamata yang indah dibuat, pengunjung bisa mendengar penuturan cerita yang menyertainya.

Thursday, 6 November 2014

Membezuk Stasiun Purworejo



Agar tidak merusak kesan klasik, maka jam modern yang ada di stasiun untuk sementara dicopot


Layaknya hubungan pertemanan, ketika ada rekan yang sakit sudah sewajarnya menengok. Demikian pula kawan lama pun tak dilupakan. Apabila ada waktu, ada baiknya berkunjung ke karib yang lama tak berjumpa.

Itulah yang dialami oleh stasiun Purworejo. Sejak mati suri pada November 2010, praktis tak ada kegiatan pemmberhentian maupun pemberangkatan kereta. Stasiun yang bahkan telah dipugar oleh pemiliknya yaitu PT Kereta Api Indonesia sepi meski bangunan berdiri megah menjulang. Sayang memang, tapi mau bagaimana lagi.

Namun, rupanya si cantik yang merana ini tak melulu harus dirundung sepi. Pada awal November 2014 ini mulai terlihat geliat di sekitarnya.

Wednesday, 5 November 2014

Ketika Indonesia dan Belanda Menyatu Kembali dalam Kerjasama Kereta Api

Kepala Unit Pusat Pelestarian, Perawatan dan Desain Arsitektur PT KAI, Ella Ubaidi menjabat tangan Perwakilan Nederland Smallspoor Museum, Gerard de Graaf setelah penandatanganan perjanjian kerjasama untuk saling memerkenalkan museum perkeretaapian di Belanda dan Indonesia. Dok Pri



PT Kereta Api Indonesia (KAI) memiliki banyak peninggalan sejarah yang tersebar di berbagai wilayah. Banyak peninggalan tersebut yang kurang terawat karena tidak dipakai ataupun kurang mendapat perhatian yang memadai dari pengelolanya. padahal, banyak benda dan bangunan peninggalan sejarah tersebut yang memiliki nilai penting.

Tidak hanya mengandung nilai sejarah, banyak benda dan bangunan bersejarah milik PT KAI yang masih difungsikan misalnya stasiun. Lebih dari itu, beberapa lokomotif uap, kereta dan gerbong juga banyak yang masih difungsikan meskipun untuk tujuan wisata.

Memang, pada 2009 lalu PT KAI mulai menunjukkan kepeduliannya pada aset bersejarah yang dimilikinya. Hal itu terlihat dari pembentukan Unit Pusat Pelestarian, Perawatan dan Desain Arsitektur. Tidak hanya menyelamatkan aset bersejarah, unit ini juga mengubah wajah stasiun yang kebanyakan bangunan bersejarah menjadi bangunan yang mendukung upaya PT KAI memberikan pelayanan maksimal kepada pelanggan.

Monday, 3 November 2014

Suatu Ketika...Indonesia Lebih Hebat dari Eropa


Menengok Sejarah Keberadaan Kereta Listrik di Indonesia

Ketika melakukan kunjungan ke Yogyakarta beberapa waktu yang lalu, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), Ignasius Jonan mengatakan pihaknya siap menyediakan Kereta Api Listrik (KRL) untuk melayani kebutuhan para penglaju di Yogya dan Solo. Hal itu didorong tingginya peminat kereta api lokal (komuter) di wilayah Daop 6 Yogyakarta.

Hal ini tak pelak memberi harapan baru untuk para penglaju di kawasan Yogya dan Solo. Semakin macetnya jalanan karena kepadatan kendaraan dan keterbatasan pertumbuhan jalan membuat berkendara tak lagi menyenangkan. Solusinya, jelas transportasi umum yang aman, nyaman dan murah. Satu dari beberapa jawabannya adalah KRL yang dianggap lebih ekonomis dan berdaya angkut lebih besar.

Sebelum wacana ini bergulir lebih jauh, tak ada salahnya menengok sejarah keberadaan KRL di Indonesia. Sejak awal hingga saat ini, KRL memang baru bisa dijumpai di wilayah Jabodetabek. KRL telah menjadi satu dari beberapa tulang punggung transportasi di kawasan ibukota. Namun, ternyata proses pembangunannya tak semulus yang dikira.

Monday, 27 October 2014

Ah...Bu Susi...

Mumpung masih di Oktober, sekalian masih berbau-bau hari untuk para Blogger, saya akhirnya memutuskan untuk menghidupkan kembali blog yang telah lama mati ini. Senang rasanya bisa mencurahkan pikiran di tengah penatnya pekerjaan. Saya terlupa, menulis bisa meringankan penat di pikiran, syukur-syukur penat di hati juga :)

Beberapa hari ini orang ramai membicarakan Presiden Jokowi dan para menterinya. Tidak mulus memang, karena beberapa tokoh yang diharapkan bisa mengisi pos ternyata terpental. Namun paling tidak, kita masih punya harapan untuk melihat kinerja mereka. Tidak elok mengomentari orang yang belum kerja, tentu belum pula terlihat hasilnya.
Sumber: Youtube


Ignasius Jonan merupakan sosok pertama yang menjadi perhatian saya. Rasanya memang cocok bapak satu itu mengisi pos Menteri Transportas—atau menteri Perhubungan. Pengalamannya mengobrak-abrik PT kereta Api Indonesia sehingga menjadi perusahaan yang banyak dipuji memang memberi gambaran yang lumayan. Meski, sebagai seorang pecinta KA ada sedikit kekhawatiran, apakah penggantinya bisa seperti beliau atau bisa lebih dari beliau? Maklum saja, tantangan perusahaan kereta api pelat merah itu ke depannya tidak ringan. Hutang menumpuk sudah menunggu untuk dilunasi. Pembelian ratusan lokomotif dan rangkaian tentu menunjang performa. Namun kalau dibeli dengan hutang yang angkanya bisa bikin asma, tentu harus dilunasi. Atau, ah… mungkin saya terlalu pesimis saja.

Tokoh berikutnya yang menjadi sorotan tentu saja Susi Pudjiastuti. Perempuan kelahiran Pangandaran  15 Januari 1965 ini sebelumnya sukses menjadi pengusaha hasil laut dan transportasi. Meski “hanya” tamatan SMP, namun ia membuktikan diri bisa sukses.

Mohon bantuan kliknya