Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Wednesday, 2 February 2011

Mengapa Saya Suka Kereta Api (2)

    Walaupun sejak kecil sudah menyukai kereta api, namun wujud kesukaan itu baru sebatas meminta orang tua untuk membelikan mainan kereta api, belum se-ekstrim sekarang :p. Ketika saya kelas 5 dan 6 SD sampai berakhirnya masa SMA, kecintaan saya terhadap kereta api seakan meredup, namun tidak padam. Berbagai kesibukan yang silih berganti, seakan menutup mata saya dari kereta api yang sebenarnya memiliki jalur dekat rumah. Hingga, tiba akhirnya masa kuliah saya. Saat itu adalah masa-masa semester akhir perkuliahan aktif. Ketika saya sedang sibuk mengerjakan skripsi saya, tiba-tiba sebuah undangan pernikahan datang dari kota Jakarta; kakak sepupu saya akan menikah. Bersama dengan ibu, saya terlebih dahulu berangkat ke Jakarta, Ayah dan adik saya akan menyusul. Kami memutuskan untuk pergi ke Jakarta dengan Kereta Api, naik KA Fajar Utama dari Stasiun Tugu Yogyakarta.
KA Fajar Utama dari Yogyakarta tujuan Jakarta terpaksa ditarik ke stasiun Kretek setelah anjlok. Dok Pri

    Perjalanan yang kami kira akan mulus ternyata tidak berjalan semestinya. Ketika kereta melaju selepas stasiun Kretek (kalau tidak salah stasiun setelah Purwokerto), laju kereta tiba-tiba menjadianeh. Terdengar bunyi “gruk-gruk-gruk” dari bawah kereta dan kereta pun berhenti, cukup lama padahal bukan di stasiun. Kereta sedang akan melintas di sebuah jembatan yang sedang diperbaiki. Ketika saya melihat ke luar kereta, beberapa pekerja perbaikan jembatan melambai-lambaikan bendera merah. Hal itu tentu saja membuat beberapa penumpang mulai bertanya-tanya; apa yang sedang terjadi? Seorang pedagang asongan yang berjalan dari kereta (bukan gerbong) bagian depan memberitahu kami bahwa kereta nomor 1 (di belakang lokomotif) anjlok. Kepanikan melanda penumpang: bagaimana kalau kereta ini ditabrak dari arah depan atau di sundul kereta di belakangnya? Tak lama kemudian muncul pak Kondektur yang memberi tahu bahwa sebentar lagi lokomotif penolong akan dikirim dari Purwokerto untuk menarik rangkaian ke stasiun Kretek, stasiun yang baru kami lalui. Setelah rangkaian ditarik ke stasiun Kretek, mulailah masa “penantian” kami, para penumpang.

    Sambil menunggu kereta untuk melanjutkan perjalanan, saya berjalan-jalan di sekitar stasiun sementara Ibu saya minta menunggu di dalam kereta. Saya mengamati bangunan stasiun Kretek, sebuah bangunan model lama, entah dibangun tahun berapa, namun saya merasakan nuansa tersendiri ketika memasukinya: ada petugas stasiun (kepala stasiun, PPKA, dan petugas keamanan), para penduduk sekitar yang menonton evakuasi, para pedagang asongan, hingga para penumpang kereta yang bosan dan memilih berteduh di stasiun. Inilah Kereta Api Indonesia, inilah manusia-manusianya…

    Bosan menjelajahi stasiun, saya duduk di bordes dan menatap sawah yang membentang di depan saya. Lamunan saya terpecah ketika terdengar suara klakson lokomotif (belakangan saya tahu namanya “Semboyan 35”) dengan sebuah lokomotif meluncur memasuki stasiun dengan menarik sebuah kereta (sekali lagi, bukan gerbong, gerbong itu untuk menarik barang, bukan orang) yang belum pernah saya lihat.
Lokomotif yang membawa KA Penolong tiba di stasiun Kretek. Dok Pri

     Tak menyia-nyiakan momen, saya mengambil gambar dengan kamera ponsel saya. Lokomotif beserta satu kereta itu berhenti tepat di dekat saya. Beberapa pekerja dan petugas kereta api turun dari kereta penolong itu. Sempat saya amati isi kereta penolong itu adalah peralatan untuk memasang rel, beberapa batang rel, bantalan rel, dan boogie kereta. Tak lama kemudian kereta itu melanjutkan perjalanan menuju tempat dimana kereta 1 anjlok.
Petugas yang naik KA NR turun. Dok Pri
NR unik milik Daop V yang dicat layaknya kereta kelas eksekutif. Dok Pri
NR Menuju ke lokasi anjlokan untuk mengevakuasi satu K2 yang masih tertinggal karena satu as anjlok. Dok Pri

    Setelah menunggu selama kurang lebih 5 jam ?(, kereta dapat melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Sesampainya di stasiun Pasar Senen, kereta kami masuk ketika rangkaian kereta api Senja Utama Solo sudah hampir berangkat. Betapa lamanya perjalanan kami! Kami berangkat pukul 08.00 pagi dan sampai di Jakarta pukul 20.30! Walau lelah dan sedikit kesal (Ibu saya sudah ngomel-ngomel) namun ada nuansa keasyikan tersendiri yang saya rasakan… Entah saya sadari atau tidak, “nuansa keasyikan menikmati kereta api” itulah yang akan memupuk kecintaan saya pada kereta api di kemudian hari…

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya