Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Tuesday 8 February 2011

Pohon Beringin dan Pohon Bambu

    Kehidupan ini terkadang begitu rapuh. Ada terlalu banyak hal yang harus diperbuat agar dapat menjalani hidup ini dengan keyakinan penuh. Begitulah yang terlintas di kepala saya ketika melintas di Alun-Alun Kidul (Selatan) Kraton Jogja kemaren. Bukan Kraton yang menjadi perhatian saya, akan tetapi sebatang pohon Beringin besar yang tumbang di dekat tembok.
    Pohon Beringin berukuran sangat besar itu tumbang karena tersapu kencangnya tiupan angin yang sering melanda Jogja akhir-akhir ini. Ketika saya melintas, pohon itu sudah sebagian dipotong-potong dengan gergaji.
    Saya berpikir bahwa kehidupan kita di dunia ini ibarat sebatang pohon. Ajaran tentang keimanan pun memberi contoh cukup banyak tentang pohon; Alkitab memiliki ayat tentang pohon sejumlah 347 ayat. Banyaknya ayat, walau tak sebanyak ayat tentang uang, namun menunjukkan pentingnya pohon sebagai gambaran kehidupan.

    Ada banyak contoh pohon sebagai gambaran kehidupan: Pohon Kehidupan, pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, pohon ara, pohon tarbantin, pohon tamariska, dan masih banyak yang lainnya. Namun, kali ini saya tidak akan membahas pohon-pohon tersebut. Fokus saya hanya pada pohon Beringin dan pohon Bambu, yang mungkin malah tak ada di Alkitab.

    Tentang pohon Beringin (saya tidak sedang membahas partai politik lho…:P), pohon ini tergolong pohon yang besar. Batangnya besar dengan dahan-dahan yang kokoh. Akar-akar nafas menjuntai, memenuhi sebagian besar pohon. Namun sayang, selain sering tidak disukai orang, terutama ketika harus melintas di bawah pohon beringin pada malam hari (Pohon Beringin identik dengan rumah berbagai macam makhluk halus), pohon Beringin yang nampak gagah perkasa ini “memble” ketika harus berhadapan dengan angin, terutama angin yang cukup kencang. Pohon perkasa ini dengan mudahnya rebah dengan akar-akar yang tercerabut ketika angin kencang menerpa. Bukan hanya sekali-dua kali saya menjumpai pohon Beringin dengan ukuran yang teramat besar rebah dengan akar-akar yang tercerabut.
    Mengapa pohon Beringin yang demikian besar dengan mudahnya tumbang karena angin? Pada suatu kali, saya mengamati sebatang pohon Beringin yang rebah karena angin ribut. Dengan batang yang demikian besar, ternyata akar pohon Beringin tidak tertanam dalam! Akar pohon Beringin hanya menjangkau beberapa jengkal saja ke dalam tanah. Akibatnya, ketika angin kencang datang, akar yang tidak tertanam dalam-dalam itu tidak sanggup menopang batang pohon yang besar dengan daun-daunan yang rimbun.
    Saya tertegun. Gambaran pohon beringin yang rebah itu menempelak saya. Terkadang, kita manusia bersikap seperti pohon Beringin itu. Kita siang malam berdoa memohon berkat kepada Tuhan, kita bekerja keras untuk itu. Ibaratnya, pohon Beringin sedang giat tumbuh dengan membesarkan batang dan dahannya. Ketika Tuhan memberkati kita, kita pun semakin “gemuk” dengan berkat Tuhan itu. Namun, kita lupa untuk membangun “akar yang dalam” dengan Tuhan. Kita suka dengan berkat dari Tuhan, namun kita lupa membangun pondasi untuknya. Bukankah perkara berkat itu soal yang teramat mudah dari Tuhan? Ketika badai kehidupan datang, karena kita tidak mempunyai akar yang dalam, kita cenderung limbung, bahkan tidak sedikit yang rebah.
    Berbeda dengan pohon bambu. Pohon ini tidak mempunyai batang yang besar, namun dengan segala keterbatasan akarnya, sekumpulan pohon bambu akan saling mencengkeram dengan kuat dan mengakar cukup dalam. Batangnya kecil namun fleksibel, kuat menghadapi terpaan angin. Ketika angin besar datang, pohon bamboo tidak melawan tiupan angin secara langsung namun batangnya bergerak mengikuti arah angin. Walau mengikuti arah angin, namun batang pohon bambu juga meliuk-liuk mempertahankan posisinya. Sebagai hasilnya, tiupan angin kencang tidak akan merobohkan pohon bambu.

    Bagaiman kehidupan kita? Apakah kita memperdalam akar kita dengan memperkuat nilai-nilai kehidupan dan keimanan kita? Ataukah kita sibuk mengejar hal-hal semu yang sesungguhnya kurang penting? Pekerjaan, uang, hobi dan banyak kesenangan dunia lainnya memang terkadang penting, namun tidak akan berarti banyak jika kita tidak memiliki fondasi kuat dalam hidup kita: nilai-nilai kehidupan, dan keimanan kita.

No comments:

Post a Comment

Mohon bantuan kliknya