Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Tuesday 1 February 2011

Belajar dari Iklan Rokok

           
          Dari dulu saya sangat membenci rokok. Sejak kecil orangtua saya mengajarkan untuk menjauhi rokok maupun perokoknya. Waktu itu saya belum mengerti benar sampai akhirnya, ketika saya duduk di bangku kuliah di semester 3, saya terkena bronchitis. Untuk pertama kali dalam hidup saya saya merasa sangat ketakutan ketika setiap hari saya batuk darah. Dari dokter yang memeriksa saya-lah saya tahu penyebab sakit saya. Walau saya tidak merokok, namun karena lingkungan pergaulan di kampus saya terdapat banyak perokok, maka saya menghirup asap rokok setiap hari, dengan kata lain saya menjadi perokok pasif. Karena itulah, sampai sekarang saya sangat membenci rokok. Bagi saya, rokok itu ibarat bom dan perokok adalah pengebom bunuh diri. Namun, mereka membunuh orang-orang di sekitar mereka dengan perlahan, dengan asap beracun yang mereka keluarkan setiap mereka merokok.

           Ketidaksukaan saya pada perokok dan rokok semakin menjadi ketika saya menegur seorang perokok dan dengan “kepandaian”nya ia berkelit dan berfilsafat ia membenarkan tindakannya merokok. Sejenak, saya hanya bisa gondok karena tidak bisa membalas. Namun, dengan Firman Tuhan saya menemukan kebenaran, bahwa MEROKOK SAMA DENGAN MERUSAK TUBUH KITA YANG MERUPAKAN BAIT ALLAH. Mengutip ucapan seorang Hamba Tuhan : “kalo Tuhan mengizinkanmu merokok, pasti Dia sudah menciptakan cerobong asap di tubuhmu!”. Kini, setiap ada teman yang merokok, saya memperingatkan dengan kebenaran itu. Beberapa teman dapat menerima dan berusaha berhenti merokok. Namun, ada juga yang menolak. Biarlah, orang itu juga menjalani hidup mereka sendiri. Mau terima ya syukur, nggak mau ya sudah.

          Namun saya suka dengan iklan rokok. Entah mengapa, sederetan iklan-iklan rokok yang sering ditampilkan di TV mampu menarik perhatian saya. Entah karena iklan-iklan tersebut menarik, lucu, bahkan terkadang terkesan ekstrim, seperti film-film laga. Namun, di antara sederetan iklan itu, saya sangat tertarik pada sebuah iklan rokok yang cukup unik. Begini ceritanya: seorang laki-laki tak sengaja menyenggol sebuah kendi ketika menggembalakan kambing-kambingnya. Tiba-tiba seorang Jin berpakaian adat Jawa muncul dan menawarkan 2 permintaan. Tak menyia-nyiakan kesempatan, laki-laki itu meminta kekayaan. Dengan menjentikkan tangannya saja permintaan itu segera diwujudkan oleh si Jin. Tibalah pada permintaan kedua. Laki-laki itu meminta agar dirinya dijadikan ganteng (tampan). Akan tetapi, si Jin tak langsung mewujudkan apa yang diminta. Dengan kasar ia mengamati wajah laki-laki tersebut. Sang Jin menjawab dengan nada mengejek: “Ngimpi…!!!”

          Banyak teman saya terbahak melihat iklan itu. Namun, saya tertegun menangkap makna di balik iklan tersebut. Dengan mudah sang Jin mengabulkan permintaan berupa kekayaan (materi), namun ketika permintaan kedua berupa konsep diri berupa ketampanan, sang Jin malah menertawakannya. Betapa iklan itu menyindir konsep ganteng dan cantik yang selama ini dijejalkan ke tayangan-tayangan televisi kita. Bukankah ganteng dan cantik itu relatif? Mengutip pepatah Bahasa Inggris, “Beauty is in the eye of the beholder”—kecantikan itu di mata pemirsanya. Kecantikan ataupun ketampanan itu adalah konsep, bukan wujud. Karena, bagaimanapun juga, Tuhan menciptakan setiap ciptaanNya indah dan baik adanya. Namun terkadang manusia mencoba bersikap superior dengan merendahkan sesamanya, bukan meningkatkan kualitas dirinya. Akibatnya, banyak orang yang rusak gambaran dirinya yang indah, yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada setiap individu. Banyak orang yang mengikuti konsep dunia yang sudah rusak; bahwa cantik tuh harus putih, langsing, rambut lurus; ganteng tuh harus atletis, berwajah indo dsb. Mengapa kita tidak mengikuti konsep Sang Pencipta saja, bahwa setiap individu diciptakan indah dan baik adanya? Karena, setiap manusia berharga di mataNya. Tuhan menciptakan setiap manusia menurut rupa dan gambaranNya, yang berarti, setiap manusia membawa keindahan Penciptanya.
          Barangsiapa menghina ciptaan, ia menghina Penciptanya

2 comments:

  1. setuju!!say no to udut.wkwkwkwkwkwkwkwk

    ReplyDelete
  2. terima kasih, mari gerakkan anti rokok

    ReplyDelete

Mohon bantuan kliknya