Hanya satu catatan dari pengamatan saya

Hasil pengamatan seputar kehidupan sehari-hari, jalan-jalan, film, hingga soal sejarah, kereta api dalam dan luar negeri

Monday 24 January 2011

Mengapa saya suka kereta api (bagian 1)

Awal Mula Kecintaan pada Sang Naga
Anak-anak sedang bermain di rangkaian KA Feeder Bengawan yang terparkir di stasiun Wonogiri. Mungkin dari kebiasaan bermain di sekitar KA ini kecintaan tumbuh. Dok Pri


     Alat transportasi yang satu ini mungkin sangat berbeda dibandingkan dengan moda transportasi yang lain. Karena bentuknya yang panjang, berupa sebuah lokomotif (pada umumnya) dan 6-12 gerbong bersambung mengikuti, moda transportasi ini disebut dengan ular besi. Namun, ada juga yang menyebutnya kuda besi (entah apanya kok ya sampai disebut dengan “kuda”).


       Di antara banyak moda transportasi darat, kereta api layak disebut sebagai moda transportasi yang paling menakjubkan. Bayangkan saja, apabila satu gerbong kelas ekonomi mampu menampung 106 penumpang (semuanya duduk), maka dalam satu rangkaian kereta kelas ekonomi akan dapat mengangkut 11 kereta (bukan gerbong, gerbong untuk barang!) x 106 penumpang, maka kita dapatkan angka 1166 penumpang. Itu dengan catatan semua penumpang mendapat tempat duduk dan penumpang yang naik di KMP (Kereta Makan dan Pembangkit) belum dihitung, kasarnya, satu rangkaian kereta kelas ekonomi dapat mengangkut sekitar 1200 penumpang. Dengan asumsi bahwa bahan bakar yang dibutuhkan oleh lokomotif berjalan dari Jakarta sampai Surabaya adalah 3000 liter HSD (High Speed Diesel), bayangkan saja efisiensinya! Itu belum lagi kalau pas musim liburan atau lebaran, satu rangkaian kereta ekonomi dapat mengangkut mungkin sampai dengan 1500 orang penumpang dalam satu rangkaian! Betapa sesungguhnya kereta api adalah moda transportasi darat yang paling efisien!
Seorang railfan sedang memotret KA Logawa yang bersiap memasuki Stasiun Lempuyangan. Dok Pri

    Di tengah maraknya seruan untuk berhemat, rasanya aneh sekali mengetahui bahwa angkutan ini masih saja menjadi anak tiri pemerintah. Ah, sudahlah, capek rasanya membahas pemerintah yang asyik membangun jalan tol dari pada membangun jalan rel dan membeli saran dan prasaran perkeretaapian. Lebih baik saya lanjutkan cerita saya tentang kereta api dan mengapa saya menjadi pecinta kereta api.




       Efisiensi yang terkandung dalam kereta api hanyalah salah satu alasan yang mendasari saya untuk mengagumi kereta api. Selain itu, masih teramat banyak alasan lain. Nostalgia adalah salah satunya.
        Pengalaman saya pertama kali naik kereta api, seingat saya adalah sewaktu saya berumur 6 atau 7 tahun. Waktu itu, saya bersama dengan keluarga naik kereta (saya lupa namanya) ke Surabaya. Sebagai seorang anak kecil, kekaguman saya begitu memuncak melihat gagahnya lokomotif (waktu itu masih bercat merah-biru) melintas di depan saya. Apalagi sewaktu lokomotif tersebut membunyikan semboyan 35-nya (klakson lokomotif). Sebagai anak kecil, saya benar-benar tersihir oleh si ular besi.
        Dan, kekaguman itu pun berlanjut. Setelah itu, setiap kali bepergian dengan Bapak saya, setiap melintas di palang pintu kereta, saya memaksa Bapak untuk berhenti dan tidak akan melanjutkan perjalanan selama saya belum melihat kereta melintas (nakal sekali ya? Hehehehe).

1 comment:

  1. Sekarang, PT KAI mengoperasikan KA Kertajaya dan Tawang jaya dengan 14 kereta penumpang kelas Ekonomi AC PSO dengan daya tampung 106 tempat duduk penumpang ditambah lagi dengan 1 kereta genset dan 1 KM3, jadi total rangkaian KA2 ini bisa mencapai 16 - 17 kereta sekali jalan. Tapi tampaknya cuma Lok CC 206 saja yang "mampu" menarik rangkaian super panjang seperti ini.

    ReplyDelete

Mohon bantuan kliknya